Home / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dinikahi tapi Tak Dicintai: Chapter 101 - Chapter 110

143 Chapters

Pertengkaran Furqon dan Sarah.

"Ya Alloh, kamu kenapa Zenia?" Sarah sudah nampak pucat dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Wanita berkulit kuning langsat itu mengikuti Furqon yang sedang membopong tubuh Zenia masuk kedalam kamar mereka yang ada di lantai satu. "Dimana suster Erina? Panggil dia?" perintah Furqon setelah merebahkan tubuh putrinya itu diatas ranjang. "Papah ini gimana sih, suster Erina kan sudah Papa pecat." Karena panik Furqon sampai lupa jika orang yang selama ini mengawasi dan menjaga Zenia sudah dipecatnya. "Astaghfirullah...." Pria yang masih menggunakan kkemeja kerja itu meraup wajahnya kasar. "Telpon Dokter Darma saja, suruh datang kesini!"Bukannya menuruti perintah suaminya, Sarah melah mencari kontak telpon Fagan. [Fagan.... cepat datang kesini! Zenia pingsan,] ucapnya saat sambungan telpon terhubung. Furqon yang duduk di pinggir ranjang langsung melotot tajam kearah istri keduanya itu. "Aku menyuruhmu menghubungi dokter Damar," ujarnya dengan suara pelan tapi tegas. "Zenia
Read more

"Panggil aku Zura!"

"Alhamdulillah....." ujar seorang wanita berseragam perawat, ditangkupkannya kedua tangan penuh syukur. "Tetima kasih Zenia......Akhirnya kamu membuka matamu." Sambungnya sambil mendekat ku ujung rajang lalu menekan tombol untuk memanggil dokter. "Sus...." ucap Zenia tanpa suara dengan lelehan bening merembes dari sudut matanya. "Iya, ini suster Erina. Maaf terlalu lama meninggalkan kamu." Wanita berkulit sawo matang itu membelai wajah Zenia yang sudah hampir satu bulan tidak di lihatnya. "Tunggu sampai dokter datang, nanti kita bicara lagi." Tambah suster Erina saat Zenia hendak kembali bicara. Setelah satu minggu akhirnya do'anya terkabul, Zenia sadar dari komanya. Erina baru kembali saat Fagan meminta menyusul ke rumah sakit karena Zenia tiba-tiba pingsan. Dan sesampainya di rumah sakit ia tak kalah terkejut saat Dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi setelah melihat kondisi Zenia yang mengalami pendarahan otak.Tidak hanya Erina semua keluarga Zenia sangat terpukul
Read more

"Meminta keikhlasan,....."

"Mendekatlah...." Kembali wanita yang sedang setengah terbaring itu mengulangi ucapannya. Namun kali ini tatapannya sedikit hangat dan tidak sedingin saat Sarah baru masuk. Perlahan tangannya terulur ke arah Sarah.Tak jauh dari ranjang suster Erina menganggukkan kepalanya memberi isyarat agar Sarah mendekat.Masih dengan ragu-ragu istri Furqon itu pun berjalan mendekat dan menggapai uluran tangan anak tirinya itu. "Tolong maafkan semua kesalahan Eyang, aku mewakili Eyang meminta keikhlasan Bunda untuk memberinya pengampunan atas segala kesalahan dan dosa yang telah beliau perbuat terhadap Bunda dan Azqiara." Dengan mata berkaca-kaca Sarah hanya mampu terdiam. Ia tak pernah menyangka jika Zura yang dulu sangat membencinya bisa mengucapkan kata maaf dengan setulus ini. "Aku juga minta maaf sudah membenci Bunda dan menyakiti perasaan...." "Nggak sayang... Bunda gak pernah marah atau benci sama kamu. Jadi kamu tidak perlu minta maaf.' Sarah mendekat dan menggenggam erat kedua tangan Z
Read more

"Bukan Zenia yang lembut dan pengertian tapi Meizura yang dingin dan membenciku,"

Sudah hampir satu bulan Meizura tinggal di rumah almarhumah Eyangnya yang ada di pinggiran kota. Setiap pagi wanita berambut panjang itu menghabiskan hari-harinya dengan duduk di ayunan yang ada di bawah pohon mangga depan rumah bercat putih itu. Tak banyak yang dilakukannya, hanya menatap deretan tanaman hias yang di tata rapi berjajar dengan pagar putih yang mengelilingi halaman rumah. Sesekali ia menghela nafas ketika ingatannya mulai menerawang dimana ia dan Eyangnya menanam tanaman-tanaman yang sedang dipandanginya. "Ini bunga apa sih Eyang, kok gak ada bunganya?" tanya Meizura saat dua wanita bera generasi itu berkutat dengan tanaman-tanaman hias di suatu pagi. "Ini nama tanaman gelombang cinta," jawab Eyang Farida masih dengan berkutat pada tanaman yang sedang diberinya pupuk. "Mana cintanya? Gak ada bentuk love love nya?" gumam Meizura dengan dahi yang berkerut. Tangannya menyusuri lekukan daun tanaman yang jadi objek pembicaraan mereka itu. Eyang Farida pun tersenyum, "T
Read more

"Dia tetaplah Meizura yang dulu."

Menyadari raut wajah Meizura menegang segera Fagan melembutkan suaranya, "Maaf.... Maaf sudah membuatmu kaget." Fagan mendekat, tangannya terulur ke depan Meizura. "Aku salah... aku berdosa, kamu boleh menghukumku apapun tapi aku mohon jangan tinggalkan aku....." mohon Fagan dengan suara Fagan bergetar, matanya merah dengan genangan air yang sebentar lagi akan tumpah. Pria gagah itupun meluruh ke tanah, masih dengan mengulurkan tangan yang tak kunjung disambut oleh Meizura. Pria itu kembali meminta pengampunan, kali ini dengan berurai air mata. "Aku manusia kejam, aku manusia lebih buruk dari iblis yang tak patut untuk diampuni..... Aku tak memintamu memaafkan aku tapi hukum aku sesukamu. Kamu boleh mencaci-maki aku setiap hari, memukulku setiap detik, bahkan kamu boleh menyayat tubuhku untuk melampiaskan kebencianmu."Meizura memicingkan matanya, tatapannya dingin namun tak sedingin dulu. Ada kilatan kesedihan di tatapan dinginnya. "Sungguh aku rela Zura,,, akan aku lakukan apapun
Read more

"Aku kangen.....Kamu boleh marah dan memaki Mas, tapi Mas tidak akan pergi."

Pov Fagan. Seperti apa yang di katakan suster Erina, pagi ini aku sudah di depan rumah almarhum Eyang Farida. Rencananya hari ini aku akan menjelaskan kejadian sebelum akhirnya Eyang Farida meninggal. Aku sangat menyesal kenapa tidak sekaligus menjelaskan hal itu pada Zenia. Meizura dan Zenia memang dua orang yang sama, akan tetapi Zenia memeiliki kelembutan hati yang tidak dimiliki dalam hidup Meizura. Ya, Zenia terbangun dalam keadaan dicintai oleh Papa dan semua keluarganya sedangkan Meizura tumbuh dalam dikte Eyang Farida dan sikap keras papanya. Tidak bisa disalahkan jika Meizura tumbuh menjadi wanita yang keras dan dingin karena hidupnya dipenuhi dengan hasutan dan kebencian yang ditanamkan oleh orang yang sangat disayanginya. Entah apa yang mendasari Eyang Farida sehingga menjadikan Meizura yang notabennya cucunya sendiri sebagai senjata untuk merusak kebahagiaan Papa Furqon dan Bunda Sarah. Jika dipikir-pikir Bunda Sarah bukan ibu tiri yang jahat, bahkan bisa dikatakan san
Read more

Flashback.

Falsback Fagan. "Awasi terus! Jangan sampai kalian kehilangan jejaknya. Terus awasi dari jauh dan laporkan setiap pergerakan dan perkembangannya." Printahku melalui sambungan telpon kepada salah satu detektif yang aku sewa. Pagi ini saat aku hendak berangkat kerja, ponselku berdering. Menampilkan nomor salah satu orang yang aku sewa untuk mencari keberadaan istriku yang sudah hampir 3 bulan pergi dari rumah. Aku sudah hampir gila sejak kepergiannya. Hampir setiap hari Eyang mertuaku menelpon dan menanyakan kenapa cucu kesayangannya belum juga bisa dihubungi? Kapan dia akan pulang dari liburannya? Kenapa liburannya bmsangat lama dan tidak bisa menerima telpon? Dan masih banyak pertanyaan lagi yang Wanita 70 tahun itu tanyakan. Rasanya sudah seperti sedang diteror menghadapi nenek dari istriku itu. Tentu aku tidak bisa setta merta menyalahkannya, ini juga salahku karena sudah membuat istriku kabur dari rumah. Seandainya aku bisa bersikap lebih lembut dan mengalah seperti biasanya mu
Read more

"Jika benar itu cinta, jelaskan....... "

"Bibi memintaku menyusul ke ruang sakit setelah satu jam supaya keluargamu tidka menaruh curiga padaku." tutup Fagan mengakhiri ceritanya. "Kamu menurutinya," sahut Meizura dengan ekspresi yang sulit untuk difahami oleh Fagan. Tatapannya tajam tapi suara dan raut wajahnya datar. "Maaf... aku sangat menyesal sudah lari dari tanggung jawab. Saat itu yang aku pikiran hanya cara untuk mempertahankan pernikahan kita. Aku takut jika sampai keluargamu salah faham maka mereka akan mendukungmu untuk meminta cerai." Panjang lebar Fagan menjelaskan. "Tapi kamu membiarkan semua orang menyalahkan aku atas kematian Eyang." Suara Meizura terdengar bergetar namun wajahnya masih terlihat tenang dan datar. "Maaf..." hanya kata itu yang mampu Fagan ucapkan sebagai bentuk penyesalannya atas semua yang terjadi. Sungguh jika bisa memutar waktu Fagan pasti akan memperbaiki semua sikapnya sehingga istrinya itu tak sampai kabur. Terdengar helaan nafas panjang dari wanita yang kini sudah duduk bersebelahan
Read more

Kegelisahan Meizura.

Pov Meizura. Seperti biasa selesai sarapan aku memilih untuk menuju halaman depan. Menghabiskan waktu dengan menikmati indahnya tanaman-tanaman hias di taman depan. Tanaman-tanaman yang menjadi salah satu peninggalan hobi Eyang. Huhhh...... masih ada rasa sesak yang menjalar di dadaku setiap kali teringat dengan satu-satunya manusia yang begitu berarti untukku. Meski sudah mengetahui kebenaran tentang Bunda dan Papa tapi untuk menganggap mereka bagian dari hidupku rada masih begitu sulit. Itu kenapa aku memilih kembali tinggal di rumah ini. Angin sejuk menerpa wajahku begitu aku membuka pintu depan. Sedikit ada rasa lega begitu aku menghirup nikmat Tuhan yang kadang sering lupa kita syukuri ini. "Alhamdulillah..... Terima kasih masih di beri kesempatan menghirup udara segar hari ini," ucapku lirih. Dengan langkah pelan aku menuruni tangga menuju ayunan seperti biasanya. Ayunan ini adalah bukti cinta Eyang padaku dan Mama. Menurut Eyang, dulu saat hamil besar Mama meminta dibuatkan
Read more

"Aku memang bodoh tak bisa membedakan rasa cinta dan dendam.... "

Suara deru mobil di halaman rumah menarik perhatian Meizura yang sedang melipat mukena. Meski begitu tak ada niatan untuk sekedar siapa yang datang. Namun pergerakan tangannya Seketika terhenti ketika pintu kamar diketuk dan terbuka dari luar. "Mbak, ada Tuan Furqon dan Nyonya Sarah di ruang tengah. Mbak diminta turun untuk makan malam bersama," beritahu Wati, asisten rumah tangga yang baru satu bulan ini bekerja di rumahnya. Sejak kembali di rumah Eyangnya ini tidak hanya ada Bik Mirah, Papanya menambah satu asisten lagi yang yang umurnya sedikit lebih muda supaya bisa menjaga Meizura dengan baik. "Mbak Zura mau turun kan? Soalnya sudah di tunggu di meja makan," ulang perempuan berumur 38 tahun itu masih dengan berdiri ditengah pintuNampak Meizura menghela nafas, rasanya enggan namun jika ia tidak turun pasti Sarah akan naik dan membujuknya dengan berurai air mata. Dan itu sungguh sangat menyiksanya.Sudah dua kali wanita berwajah teduh itu datang, setiap kali datang pasti akan me
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status