Home / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Dinikahi tapi Tak Dicintai: Chapter 121 - Chapter 130

143 Chapters

Momen romantis.

Pov Meizura.Nikah lagi? Dahi berkerut dengan mata yang menyipit. Apa pria ini hendak.... "Maksudnya kita memperbarui Akad nikah kita sayang.... Bukannya Mas mau nikah lagi," jelasnya tanpa kuminta. Mas Fagan tersenyum lebar, lalu menjawil hidungku gemas. "Gak ada wanita yang bisa menggantikan posisi kamu di hati Mas, Zura." Blus..... Mendadak wajahku terasa panas, segera aku menunduk agar Mas Fagan tak melihat wajahku yang pasti sekarang sudah memerah. Astaga, apa ini? Seperti ada yang menarik ujung bibirku, membuatku ingin tersenyum. "Jangan ditahan kalau mau senyum! Kamu makin cantik kalau tersenyum," ujarnya dengan tangan terulur menarik daguku dan membuatku mendongak. Cup..... Mas Fagan mencium bibirku. Degh..... Aku tertegun, otakku seperti dipause beberapa saat. Aku hanya bisa menatap wajah tampan yang ada di depanku ini sedang tersenyum manis lalu kembali mendekat. Cup... Astaga... Mas Fagan mencium kembali bibirku di depan umum. Aku segera memundurkan kepalaku begit
Read more

Kesabaran Fagan

Pov Meizura. Sepanjang perjalanan Mas Fagan hanya diam saja, tak lagi banyak bicara seperti sebelumnya. Seharusnya aku senang bahkan lega karena aku tak perlu meresponnya lagi dan suasana pun jadi hening seperti yang selalu aku inginkan. Namun anehnya aku merasa ada yang hilang, entah itu apa? Dan ketika aku teringat raut kecewa yang tersirat di wajah Mas Fagan hatiku terasa nyeri. Meski Mas Fagan tak mengatakan apapun namun dari tatapannya aku tahu pria itu kecewa dan sepertinya kesal karena aku menghubungi suster Erina. Tanpa sadar kuhela nafas panjang, entah mengapa keheningan ini yang biasanya membuatku nyaman kini membuat sedikit merasa menyesal. Tak terasa sepeda sudah memasuki gerbang hotel. Dua orang satpam yang berjaga menganggukkan kepalanya sopan. Setelahnya salah satu dari dua orang itu segera mendekat dan mengambil alih sepeda dari tangan Mas Fagan begitu kami turun. Dari lobi nampak dua orang suruhan Papa menyambut kedatangan kami. "Siang Pak Fagan," sapanya sopan.
Read more

Ada hal-hal yang memang harus dilupakan dan jangan diungkit lagi."

"Zura....." panggil Fagan dari luar pintu. "Biarkan saja dulu, pergilah! Aku akan mengurusnya," Suster Erina menarik Fagan menjauh dari kamar Zura. "Aku tidak akan pergi. Sepertinya dia salah faham, aku harus...." "Percuma. Apapun yang akan kamu katakan tidak akan masuk kedalam otaknya. Dia sedang lelah." Suster Erina berusaha menjelaskan kondisi Meizura. Tidak akan ada gunanya untuk saat ini berbicara dengan wanita itu. Fagan menghela nafas, meski terpaksa namun pria itu tetap menuruti perintah suster Erina. Bagaimanapun Suster Erina lebih tahu bagaimana cara menghadapi kejiwaan istrinya yang masih belum stabil. "Dengarkan aku! Kondisi Zura sudah jauh baik, tinggal sedikit lagi dia bisa berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi ingat... sebaik apapun kondisi mentalnya nanti Zura harus tetap menjalani terapi meski hanya sebulan atau dua bulan sekali." Mendengar penjelasan wanita berpakaian perawat itu membuat hati Fagan sedikit tenang. Setidaknya ada sedikit hasil dari usa
Read more

Hubungan yang membaik.

Bertahap hubungan Meizura dan Fagan mulai membaik. Sikap Fagan yang sabar dan terus mengalah membuat wanita berkulit putih dan memiliki wajah imut itu merasa nyaman. Perlahan Meizura sudah mulai berbicara meski tak secerewet dulu, namun bagi Fagan itu sudah lebih dari cukup. Pria bertubuh tinggi itu sudah bertekad untuk meluluhkan kembali hati wanita yang sangat dicintainya itu. Pelan-pelan dia akan membuat wanita yang pernah dirinya kecewakan itu kembali mencintainya. Sudah hampir satu bulan ini Fagan tidak pernah keluar rumah. Waktunya benar-benar ia fokuskan untuk menemani Meizura dan memulihkan kesehatan mental istrinya itu. Bahkan untuk masalah pekerjaan pun kini bukan lagi prioritasnya. Selama masih bisa dikerjakan di rumah maka akan dia kerjakan setelah Meizura tidur. Dan jika ada yang perlu ditandatangani, maka Derry akan datang ke rumah mengantarkan dokumennya. Setiap hari kegiatan Fagan hanya menemani Meizura. Dimulai dari pagi dan berakhir saat istrinya itu tidur. Setia
Read more

"Siapa dia buat kamu?"

Pov Meizura. Sepanjang perjalanan pulang suasana menjadi hening. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir tipis pria di sampingku itu. Mungkin dia sedang kesal, terlihat dari wajahnya yang sedikit memerah juga rahangnya yang mengeras. Beberapa kali ku dengar helaan nafas kasarnya, ingin bertanya tapi takut malah membuatnya kesal. Aku sendiri masih bingung apa yang membuatnya jadi seperti itu. Saat keluar dari ruangan dokter pria ini masih baik-baik saja, tak ada raut kesal atau marah. Tapi entah kenapa setelah saat di parkiran raut wajahnya berubah. Apa mungkin karena bertemu Kak Ganendra? Ah.... mana mungkin, dia tidak mengenal seniorku itu. Pikiran yang melayang kemana-mana membuatku tak sadar jika mobil yang kami tumpangi sudah berhenti di depan rumah. Merasa tak nyaman aku pun menoleh ke arah sebelahku. Nampak Mas Fagan menatapku dengan tangan kanan di tumpukan diatas stir mobil. Tatapan matanya menyimpan kilatan amarah yang masih bisa aku tangkap. "Apa yang sedang kamu
Read more

Kembali dihantui rasa bersalah.

Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, hawa dingin setelah tadi sore turun hujan membuat Meizura tidur dengan nyenyak. Dengan berbantalkan lengan kekar milik Fagan juga pelukan hangat pria itu. Berbeda dengan istrinya, mata Fagan sulit terpejam. Sudah lebih dari dua jam pria itu berusaha untuk ikut terlelap namun gagal, matanya masih tetap saja terjaga bahkan tak sedikitpun merasa kantuk. "Huh....." Pria itu mendesah, begitu banyak hal. yang merasuki otaknya. Membuatnya dilanda gundah gulana. Pelan menarik tangannya yang di jadikan bangalan untuk sang istri. Digantikannya dengan bantal, tak lupa ia letakkan juga sebuah guling di sisi tubuh istrinya. Setelah memastikan tidur istrinya tak terganggu, Fagan berjalan pelan keluar kamar. Tujuannya teras rumah untuk mencari udara segar. Duduk di kursi teras sambil menghisap sebatang nikotin Fagan pilih untuk sedikit menenangkan hatinya yang sedang resah. Namun hampir lima batang zat yang membuat banyak orang kecanduan itu telah dihisap
Read more

Kedatangan teman lama.

Pov Fagan. "Zura..." Jantungku serasa hampir lepas dari tempatnya. Reflek aku berdiri, tanpa sadar ponsel yang masih terhubung dengan Derry terjatuh dari tanganku. Tak peduli dengan benda pintar itu, dengan sedikit gemetaran aku mendekati Zura yang menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan. Mungkin karena panik otakku jadi seperti tidak berfungsi. "Sa-sayang.. Sejak kapan kamu di sini?" Aku panik. Takut dia mendengar semua yang aku katakan pada Derry melalui sambungan telpon tadi. "Apa dari tadi?" Kembali kulemparkan tanya karena istriku hanya diam saja.Wanita berwajah pucat ini menggeleng namun tatapannya masih membuatku merasa khawatir. Kupengang tangannya dan kugenggam erat jemari lentiknya. "Apa kamu mendengar apa yang Mas bicarakan di telpon tadi?" Zura tak menjawab, netra beningnya menatapku dalam. Seolah sedang memindai setiap ekspresi yang nampak di raut wajahku. Hal itu membuatku salah tingkah. "Zura, kamu jangan salah faham dengan apa yang kamu dengar, Mas bis
Read more

Keinginan Zura.

Pov Fagan. "Tidurlah, nanti sore kita akan melaksanakan bangun nikah. Derry sudah mempersiapkan semuanya. Papa sama bunda juga Zahra nanti sore akan tiba." kataku pada Zura setelah kami makan siang. Wanita yang selalu tampak dingin itu diam saja, masih setia duduk manis di sofa dekat jendela. Mimik wajahnya sedikit aneh, seperti hendak menyampaikan sesuatu. "Ada apa?" tanyaku sambil memegang tangannya yang saling meremas. "Apa ada yang ingin kamu katakan?" Zura mendongak, menatapku dalam lalu menarik nafas panjang sebelum berbicara. "Katakan!" ujarku dengan seulas senyum. "Aku akan melanjutkan study-ku diluar negeri bersama Zaskia." Deghh...... Ada perasaan tak nyaman saat mendengar nama sahabat Zura itu. Seolah ada firasat buruk membayang di pikiranku. Namun kucoba untuk tenang. Kutarik ujung kedua bibirku, "Iya. Setelah kita memperbaiki akad nikah kita, Mas akan menemanimu untuk melanjutkan study ke luar negeri. Bukankah Mas sudah pernah mengatakan hal itu?" Zura menatapku,
Read more

Kepasrahan

Pov Meizura. "Ya Alloh.... Mbak Zura, Pak Fagan.. Astaghfirullah...." Aku langsung berlari keluar ketika mendengar teriakan Bi Sarti. "Ya Alloh," pekikku kaget saat sampai di teras rumah.Mas Fagan dan Kak Ganendra sedang adu jotos. Dua orang satpam yang melerai terlihat kesulitan karena dua lelaki itu sama-sama memberontak saat dipisahkan. "Mas, sudah.... berhenti...." Aku segera mendekat dan menarik lengan Mas Fagan namun dia terus meronta sampai membuatku hampir terjatuh. Tak putus asa aku berusaha memeganginya lagi. Awalnya aku kesulitan untuk menenangkan Mas Fagan namun setelah aku memeluk tubuhnya dari belakang akhirnya dia pun luluh. Tak lagi memberontak. Nafasnya naik turun dan tatapannya masih tajam mengarah pada Kak Ganendra yang juga membalas menatap tak kalah tajam. "Mas, sudah..." ucapku dengan suara memelas. Dengan sedikit memaksa aku pun menariknya masuk ke dalam rumah. Tanpa diminta Bik Sarti langsung mengambilkan minum setelah kami duduk di sofa ruang tengah.
Read more

Ke surga bersamamu.

Pov Fagan. "Aku pamit." Dengan perasaan tak rela aku melepas tangan Meizura dan beranjak bangun. "InsyaAllah besok Mas akan datang lagi untuk mengantarmu ke bandara. Tentu jika kamu mengizinkan," Kukuatkan hatiku untuk mengucapkan kalimat yang rasanya menyayat hatiku sendiri. Sebuah senyum tipis kuukir di bibir sebelum menarik koper yang tadi aku letakkan di sisi sofa. Setelahnya aku pun berjalan menuju pintu depan. YA Alloh,....kakiku erasa sangat berat, hari-hari indah yang hampir sebulan ini kah rajutnya bersama istriku bak rantai yang membuat kakiku berat untuk melangkah. 'Ya Alloh..... Sungguh hatiku tak rela melepasnya,' ratapku dalam hati berharap belas kasih Tuhanku. Meski tadi di depan Meizura bibirku fasih mengutarakan keikhlasan untuk melepaskan dirinya namun kepada Tuhanku aku tak akan pernah berbohong. Aku masih menyimpan harapan meski dengan hati yang penuh luka. Setiap saat hatiku tak pernah letih mengucap do'a kepada sang Khalik. Berharap masih memiliki kesempatan u
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status