Share

Momen romantis.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Meizura.

Nikah lagi? Dahi berkerut dengan mata yang menyipit. Apa pria ini hendak....

"Maksudnya kita memperbarui Akad nikah kita sayang.... Bukannya Mas mau nikah lagi," jelasnya tanpa kuminta.

Mas Fagan tersenyum lebar, lalu menjawil hidungku gemas. "Gak ada wanita yang bisa menggantikan posisi kamu di hati Mas, Zura."

Blus.....

Mendadak wajahku terasa panas, segera aku menunduk agar Mas Fagan tak melihat wajahku yang pasti sekarang sudah memerah. Astaga, apa ini? Seperti ada yang menarik ujung bibirku, membuatku ingin tersenyum.

"Jangan ditahan kalau mau senyum! Kamu makin cantik kalau tersenyum," ujarnya dengan tangan terulur menarik daguku dan membuatku mendongak.

Cup..... Mas Fagan mencium bibirku.

Degh.....

Aku tertegun, otakku seperti dipause beberapa saat. Aku hanya bisa menatap wajah tampan yang ada di depanku ini sedang tersenyum manis lalu kembali mendekat.

Cup...

Astaga... Mas Fagan mencium kembali bibirku di depan umum. Aku segera memundurkan kepalaku begit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kesabaran Fagan

    Pov Meizura. Sepanjang perjalanan Mas Fagan hanya diam saja, tak lagi banyak bicara seperti sebelumnya. Seharusnya aku senang bahkan lega karena aku tak perlu meresponnya lagi dan suasana pun jadi hening seperti yang selalu aku inginkan. Namun anehnya aku merasa ada yang hilang, entah itu apa? Dan ketika aku teringat raut kecewa yang tersirat di wajah Mas Fagan hatiku terasa nyeri. Meski Mas Fagan tak mengatakan apapun namun dari tatapannya aku tahu pria itu kecewa dan sepertinya kesal karena aku menghubungi suster Erina. Tanpa sadar kuhela nafas panjang, entah mengapa keheningan ini yang biasanya membuatku nyaman kini membuat sedikit merasa menyesal. Tak terasa sepeda sudah memasuki gerbang hotel. Dua orang satpam yang berjaga menganggukkan kepalanya sopan. Setelahnya salah satu dari dua orang itu segera mendekat dan mengambil alih sepeda dari tangan Mas Fagan begitu kami turun. Dari lobi nampak dua orang suruhan Papa menyambut kedatangan kami. "Siang Pak Fagan," sapanya sopan.

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ada hal-hal yang memang harus dilupakan dan jangan diungkit lagi."

    "Zura....." panggil Fagan dari luar pintu. "Biarkan saja dulu, pergilah! Aku akan mengurusnya," Suster Erina menarik Fagan menjauh dari kamar Zura. "Aku tidak akan pergi. Sepertinya dia salah faham, aku harus...." "Percuma. Apapun yang akan kamu katakan tidak akan masuk kedalam otaknya. Dia sedang lelah." Suster Erina berusaha menjelaskan kondisi Meizura. Tidak akan ada gunanya untuk saat ini berbicara dengan wanita itu. Fagan menghela nafas, meski terpaksa namun pria itu tetap menuruti perintah suster Erina. Bagaimanapun Suster Erina lebih tahu bagaimana cara menghadapi kejiwaan istrinya yang masih belum stabil. "Dengarkan aku! Kondisi Zura sudah jauh baik, tinggal sedikit lagi dia bisa berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi ingat... sebaik apapun kondisi mentalnya nanti Zura harus tetap menjalani terapi meski hanya sebulan atau dua bulan sekali." Mendengar penjelasan wanita berpakaian perawat itu membuat hati Fagan sedikit tenang. Setidaknya ada sedikit hasil dari usa

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hubungan yang membaik.

    Bertahap hubungan Meizura dan Fagan mulai membaik. Sikap Fagan yang sabar dan terus mengalah membuat wanita berkulit putih dan memiliki wajah imut itu merasa nyaman. Perlahan Meizura sudah mulai berbicara meski tak secerewet dulu, namun bagi Fagan itu sudah lebih dari cukup. Pria bertubuh tinggi itu sudah bertekad untuk meluluhkan kembali hati wanita yang sangat dicintainya itu. Pelan-pelan dia akan membuat wanita yang pernah dirinya kecewakan itu kembali mencintainya. Sudah hampir satu bulan ini Fagan tidak pernah keluar rumah. Waktunya benar-benar ia fokuskan untuk menemani Meizura dan memulihkan kesehatan mental istrinya itu. Bahkan untuk masalah pekerjaan pun kini bukan lagi prioritasnya. Selama masih bisa dikerjakan di rumah maka akan dia kerjakan setelah Meizura tidur. Dan jika ada yang perlu ditandatangani, maka Derry akan datang ke rumah mengantarkan dokumennya. Setiap hari kegiatan Fagan hanya menemani Meizura. Dimulai dari pagi dan berakhir saat istrinya itu tidur. Setia

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   "Siapa dia buat kamu?"

    Pov Meizura. Sepanjang perjalanan pulang suasana menjadi hening. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir tipis pria di sampingku itu. Mungkin dia sedang kesal, terlihat dari wajahnya yang sedikit memerah juga rahangnya yang mengeras. Beberapa kali ku dengar helaan nafas kasarnya, ingin bertanya tapi takut malah membuatnya kesal. Aku sendiri masih bingung apa yang membuatnya jadi seperti itu. Saat keluar dari ruangan dokter pria ini masih baik-baik saja, tak ada raut kesal atau marah. Tapi entah kenapa setelah saat di parkiran raut wajahnya berubah. Apa mungkin karena bertemu Kak Ganendra? Ah.... mana mungkin, dia tidak mengenal seniorku itu. Pikiran yang melayang kemana-mana membuatku tak sadar jika mobil yang kami tumpangi sudah berhenti di depan rumah. Merasa tak nyaman aku pun menoleh ke arah sebelahku. Nampak Mas Fagan menatapku dengan tangan kanan di tumpukan diatas stir mobil. Tatapan matanya menyimpan kilatan amarah yang masih bisa aku tangkap. "Apa yang sedang kamu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kembali dihantui rasa bersalah.

    Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, hawa dingin setelah tadi sore turun hujan membuat Meizura tidur dengan nyenyak. Dengan berbantalkan lengan kekar milik Fagan juga pelukan hangat pria itu. Berbeda dengan istrinya, mata Fagan sulit terpejam. Sudah lebih dari dua jam pria itu berusaha untuk ikut terlelap namun gagal, matanya masih tetap saja terjaga bahkan tak sedikitpun merasa kantuk. "Huh....." Pria itu mendesah, begitu banyak hal. yang merasuki otaknya. Membuatnya dilanda gundah gulana. Pelan menarik tangannya yang di jadikan bangalan untuk sang istri. Digantikannya dengan bantal, tak lupa ia letakkan juga sebuah guling di sisi tubuh istrinya. Setelah memastikan tidur istrinya tak terganggu, Fagan berjalan pelan keluar kamar. Tujuannya teras rumah untuk mencari udara segar. Duduk di kursi teras sambil menghisap sebatang nikotin Fagan pilih untuk sedikit menenangkan hatinya yang sedang resah. Namun hampir lima batang zat yang membuat banyak orang kecanduan itu telah dihisap

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kedatangan teman lama.

    Pov Fagan. "Zura..." Jantungku serasa hampir lepas dari tempatnya. Reflek aku berdiri, tanpa sadar ponsel yang masih terhubung dengan Derry terjatuh dari tanganku. Tak peduli dengan benda pintar itu, dengan sedikit gemetaran aku mendekati Zura yang menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan. Mungkin karena panik otakku jadi seperti tidak berfungsi. "Sa-sayang.. Sejak kapan kamu di sini?" Aku panik. Takut dia mendengar semua yang aku katakan pada Derry melalui sambungan telpon tadi. "Apa dari tadi?" Kembali kulemparkan tanya karena istriku hanya diam saja.Wanita berwajah pucat ini menggeleng namun tatapannya masih membuatku merasa khawatir. Kupengang tangannya dan kugenggam erat jemari lentiknya. "Apa kamu mendengar apa yang Mas bicarakan di telpon tadi?" Zura tak menjawab, netra beningnya menatapku dalam. Seolah sedang memindai setiap ekspresi yang nampak di raut wajahku. Hal itu membuatku salah tingkah. "Zura, kamu jangan salah faham dengan apa yang kamu dengar, Mas bis

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Keinginan Zura.

    Pov Fagan. "Tidurlah, nanti sore kita akan melaksanakan bangun nikah. Derry sudah mempersiapkan semuanya. Papa sama bunda juga Zahra nanti sore akan tiba." kataku pada Zura setelah kami makan siang. Wanita yang selalu tampak dingin itu diam saja, masih setia duduk manis di sofa dekat jendela. Mimik wajahnya sedikit aneh, seperti hendak menyampaikan sesuatu. "Ada apa?" tanyaku sambil memegang tangannya yang saling meremas. "Apa ada yang ingin kamu katakan?" Zura mendongak, menatapku dalam lalu menarik nafas panjang sebelum berbicara. "Katakan!" ujarku dengan seulas senyum. "Aku akan melanjutkan study-ku diluar negeri bersama Zaskia." Deghh...... Ada perasaan tak nyaman saat mendengar nama sahabat Zura itu. Seolah ada firasat buruk membayang di pikiranku. Namun kucoba untuk tenang. Kutarik ujung kedua bibirku, "Iya. Setelah kita memperbaiki akad nikah kita, Mas akan menemanimu untuk melanjutkan study ke luar negeri. Bukankah Mas sudah pernah mengatakan hal itu?" Zura menatapku,

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kepasrahan

    Pov Meizura. "Ya Alloh.... Mbak Zura, Pak Fagan.. Astaghfirullah...." Aku langsung berlari keluar ketika mendengar teriakan Bi Sarti. "Ya Alloh," pekikku kaget saat sampai di teras rumah.Mas Fagan dan Kak Ganendra sedang adu jotos. Dua orang satpam yang melerai terlihat kesulitan karena dua lelaki itu sama-sama memberontak saat dipisahkan. "Mas, sudah.... berhenti...." Aku segera mendekat dan menarik lengan Mas Fagan namun dia terus meronta sampai membuatku hampir terjatuh. Tak putus asa aku berusaha memeganginya lagi. Awalnya aku kesulitan untuk menenangkan Mas Fagan namun setelah aku memeluk tubuhnya dari belakang akhirnya dia pun luluh. Tak lagi memberontak. Nafasnya naik turun dan tatapannya masih tajam mengarah pada Kak Ganendra yang juga membalas menatap tak kalah tajam. "Mas, sudah..." ucapku dengan suara memelas. Dengan sedikit memaksa aku pun menariknya masuk ke dalam rumah. Tanpa diminta Bik Sarti langsung mengambilkan minum setelah kami duduk di sofa ruang tengah.

Bab terbaru

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Tujuh bulanan.

    Tak terasa kehamilanku sudah menginjak tujuh bulan. Dan hari ini akan diadakan tasyakuran tujuh bulanan calon anak kami. Aku begitu bahagia juga berdebar-debar menunggu hari kelahiran anak kami yang tinggal dua bulan lagi. Bukan tanpa alasan aku merasakan kegelisahan ini, dua kehamilanku sebelumnya tidak pernah sampai menginjak bulan ke tujuh. Mas Fagan yang nampak tenang pun sempat takut dan overprotective begitu Kehamilanku menginjak bulan kelima. Bulan dimana dua calon anak kami gugur dan kembali ke pangkuan ilahi tanpa sempat kami dekap. "Hati-hati jalannya, Sayang, jangan buru-buru! Tamunya juga gak akan pergi kok," tegur Mas Fagan saat aku buru-buru ke depan saat mendengar kedatangan Zaskia. "Iya, Mas, ini jalanya sudah pelan kok." Aku Memperlambat jalanku. Disamping karena teguran Mas Fagan juga karena tanganku yang di pegangnya. Pelan tapi pasti hubungan Papa dengan Papa mertuaku pun membaik. Di hari yang kaya orang Jawa di sebut tingkepan ini, keluarga besar kami benar-b

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Hidup yang penuh warna.

    Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perlahan zemuanya mulai membaik. Hari- hariku terasa penuh warna. Tidka lagi monoton dan penuh sandiwara.Hpir setiap pagi aku terbangun oleh suara Mas Fagan yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi. Suara cukup keras sampai membuat seisi rumah terbangun tepat jam tiga pagi Ya, diambil baiknya saja, mungkin calon anak kami ingin orang tuanya beribadah di sepertiga malam. Dan anehnya, mual Mas Fagan akan hilang setelah kami berdua mengambil air wudhu untuk sholat sunah.Dan mualnya akan kembali setelah selesai sholat shubuh. Bukanlah itu pertanda. Anak kami pasti akan jadi anak sholeh nantinya.Meski begitu tersiksa dengan mual dan nyidam yang tiba-tiba saja dirasakannya. Namun tak sekalipun suamiku itu mengeluh atau menyalahkan kehamilanku. Mas Fagan begitu sabar dan ikhlas menjalani perannya. Ia bahkan selalu mengunci kamar mandi setiap kali muntah, takut aku menyusul masuk ke dalam katanya. "Sudah di atas ranjang saja, jangan ikut masu

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ternyata sudah 4 minggu.

    Malamnya suster Erina langsung datang ke rumah bersama seorang bidan setelah siangnya mendapatkan telpon dari Mas Fagan. Perempuan berwajah tegas itu datang dengan membawa alat-alat medis yang tidak semuanya aku tahu namanya. Suster Erina dan dua orang perawat laki-laki menata alat-alat medis atas intruksi snag Bidan. Ya Alloh.... kenapa aku merasa akan menjadi pasien di rumahku sendiri. Aku hanya sedang hamil bukan habis kecelakaan dan sedang koma. Saat ini aku duduk bersandar di atas ranjang dengan Mas Fagan yang setia menemani sambil menggenggam satu tanganku. "Zenia, dengerin Sus, beliau ini teman Sus, namanya Bidan Hana. Dia akan memeriksa kondisimu. Jangan menolak!" Belum apa-apa Suster Erina sudah memberiku peringatan. Meski nadanya dibuat lembut tapi tatapannya itu tatapan tak ingin dibantah. Wanita ini bahkan lebih tegas dari Papa dan Mas Fagan. Aku mengangguk penuh kepasrahan. Sepatah kata penolakan dariku akan berbuntut panjang dan membuatku harus menjalani terapi len

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Kabar gembira

    Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami sudah sampai di pelataran sebuah klinik terdekat dari rumah. Dengan dipegangi pak sopir di sisi kanan Mas Fagan dan aku di sisi kirinya. Kami turun dan menuju kursi tunggu. Sedangkan Bi Sarti lebih dulu turun dan langsung mendaftar di tempat pendaftaran. Di siang hari yang terik seperti saat ini suasana klinik yang nampak lengang, mungkin orang-orang lebih memilih datang di sore hari saat udara lebih sejuk. Hanya ada dua orang pasien yang menunggu antrian. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya namaku di panggil. Aku sedikit bingung, yang sakit Mas Fagan kenapa Bibi mendaftarkan namaku. "Sayang.... ini klinik bersalin tentu saja nama kamu yang di daftarkan Bibi." ujar Mas Fagan merangkulku lalu mengelus lembut lenganku.Lama-lama Mas Fagan sudah seperti Suster Erina yang bisa membaca isi hatiku. Dan sikapnya lembutnya selalu sukses membuat hatiku bergetar dan semakin merasa bergantung padanya. Kami pun akhirnya masuk dengan

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Sakit.

    Beberapa hari ini Mas Fagan kurang enak badan. Setiap pagi selepas sholat shubuh dia pasti akan muntah-muntah. padahal perutnya msih kosong. aku pikir itu asam lambung, aku mengajaknya ke dokter untuk periksa tapi bukan Mas Fagan jika tidak keras kepala. Laki-laki itu tegas menolak dan mengatakan akan segera membaik jika aku memanjakannya. Ada-ada saja suamiku ini. Memang ada penyakit yang sembuh hanya dengan dimanjakan? Pagi ini kondisinya semakin membuatku khawatir. Sejak pagi intensitas muntahnya makin sering sampai-sampai membuat tubuh kekarnya itu lemas.Dan sekarang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur sambil memelukku. Tak sedetikpun aku di izinkan jauh darinya. Bahkan untuk sarapan aku sampai merepotkan Bi Sarti untuk mengantar ke kamar. Tak berhenti berdrama, sarapan pun aku harus membujuknya seperti anak kecil. Ya Alloh...... Mas. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kondisiku ketika aku hamil anak pertama kami dulu. Saat itu aku begitu manja dan malas untuk

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   prioritas.

    Pov Meizura. Setelah hari ke tujuh kematian Ardiaz, aku dan Mas Fagan kembali pulang ke rumah Eyang. Jakarta kota yang panas dan sangat bising membuatku tidak betah berlama-lama di sana. Bunda dan Mbak Zahra sangat sedih ketika kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Eyang. Bunda berusaha membujukku untuk tetap tinggal namun aku menolak. Rasanya masih belum nyaman untuk bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masa laluku dan Mas Fagan. Dua hari yang lalu kami pulang dengan diantar Bunda. Beliau menginap satu hari sebelum kembali pulang karena harus mengurus Azqiara yang masih sekolah. Adik sambungku itu masih butuh pengawasan di usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Bunda dan Papa tidak oleh teledor mengingat pergaulan sekarang yang yang begitu bebas. Malam ini kulihat Mas Fagan nampak gelisah. Sejak tadi dia banyak melamun. Sama seperti saat ini, dengan bertelanjang dada, duduk melamun dengan laptop di pangkuannya.Setelah satu jam yang lalu pria jangkung

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Mengikhlaskan segalanya.

    "Kalian merasa lega...?" sentak Mama dengan wajah sembab dan mata bengkak karena terlalu lama menangis. Segera aku beranjak bangun mundur dan berdiri didepan Zura saat Mama berusaha untuk berdiri. Tak akan kubiarkan siapapun menyentuhnya, termasuk Mama. Sudah cukup penderitaan yang selama ini Zura rasakan. Sebagai seorang suami aku harus lebih protect dan peka terhadap perasaannya. "Ma...." Papa menegur Mama. "Jangan asal bicara! Ingat baik-baik, apa kamu pernah melihat Zura menangis saat ada keluarga yang meninggal? Saat Oma Kasih meninggal dia juga tidak menangis." "Ingat, kamu sudah berjanji kan tadi?" Kembali Papa memberi peringatan Mama. Wajahnya nampak serius. Mama pun menurut, mendengus kasar lalu kembali menangis. "Tolong jangan benci Ardiaz,.. hiks...hikss. Semua salah Mama, Ardiaz tidak bersalah." Dengan sabar Tante Tia mengelus punggung dan lengan Mama. Adik bungsu Mama itu terus menasehati Mama untuk bisa tenang dan ikhlas dengan kepergian Putra keduanya. Tante Tia

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ajal tidak seorang pun yang tahu

    Pagi ini selesai sarapan aku akan mengajak Meizura pergi ke makam kedua anak kami. Sudah lama sekali aku tidak kesana. Istriku terlihat lebih bersemangat pagi ini setelah aku mengatakan hendak berziarah ke makam putra dan putri kami. Sudah dari jam tujuh wanita berambut panjang itu duduk di sofa kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Atasan lengan panjang berawarna hitam dipadukan dengan celana krem dan di sampingnya sudah ada kain segi empat berwarna senada dengan celana yang dipakainya. "Kita sarapan dulu," ajakku sambil mengulurkan tanganku kearahnya. Dengan senyum tipis, wanitaku ini langsung menyambutnya. Lekas kami turun menuju meja makan, dimana mertua dan saudara iparku sudah menunggu. Sejak kedatangan kami sampai hari ini keluarga mertuaku selalu menunggu kami saat waktu makan tiba. Entah itu sarapan atau makan malam mereka pasti sudah menunggu kami di meja makan dan mereka baru akan makan saat kami sudah ikut bergabung. Kehangatan begitu terasa diantara semua anggota kel

  • Dinikahi tapi Tak Dicintai   Ardiaz Kritis.

    "Ardiaz kritis. Kondisinya menurun sejak kemarin malam," beritahu Mas Fagan begitu aku dan Bunda sampai di rumah sakit. Kami datang setelah Mas Fagan memintaku menyusulnya ke rumah sakit tentu dengan diantar Bunda. Tadi setelah Bibi menyampaikan pesan Mama Kinanti tentang kondisi Ardiaz, aku tak serta merta ingin datang ke rumah sakit. Kupikir Mama Kinanti menelpon untuk memberitahu Mas Fagan. Pastinya kedatanganku tak terlalu diharapkan setelah ucapanku beberapa hari yang lalu. Tapi ternyata aku salah, Mama Kinanti sengaja menelpon bukan untuk memberitahu Mas Fagan melainkan memintaku untuk datang. Jika bukan karena Mas Fagan yang menelpon dan memintaku menyusulnya mungkin aku tidak akan pernah datang. Mas Fagan sendiri langsung berangkat ke rumah sakit dari kantor. "Jangan berpikir yang tidak-tidak. Kondisi Ardiaz memang sudah memburuk sejak satu bulan lalu. Jadi tidak ada hubungannya dengan kedatangan kita seminggu yang lalu. Jangan dengarkan jika ada omongan yang tak enak." Ka

DMCA.com Protection Status