Home / Romansa / Dinikahi tapi Tak Dicintai / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Dinikahi tapi Tak Dicintai: Chapter 111 - Chapter 120

143 Chapters

"Aku tak perduli, kamu memaafkan akau atau tidak. Yang pasti aku akan selalu menempel padamu karena kamu istriku."

"Kamu mau kan maafin aku?" mohon Fagan memberanikan diri memegang tangan Meizura. Perlahan tangannya mengusap pelan pipi wanita cantik itu.Hatinya seperti tercabik-cabik melihat air mata kembali membasahi pipi mulus sang istri. Serasa ada batu besar yang menindih jantungnya sampai membuat pria itu menghela nafas panjang berulangkali. "Aku salah, aku berdosa tapi aku masih suamimu. Apapun keputusanmu aku tetap akan bertahan disisimu. Kamu boleh mencaciku, memukulku atau mendiamkanku tapi, demi Alloh aku tak akan menceraikanmu." Meizura menutup matanya, tak sanggup melawan tatapan intens Fagan. Takut hatinya akan luluh dan terlarut dalam buaian cinta yang Fagan gaungkan. "Buka matamu, tatap kedalam mataku. Lihatlah kejujuran dan kegigihanku." Kembali Fagan berbicara dengan nada sedikit naik dan genggamannya semakin mengerat. Kali ini Fagan bertekad untuk tidak lagi menyerah seperti seminggu yang lalu. Ya, setelah menemui Meizura seminggu yang lalu pria gagah itu menyerah dan kembal
Read more

"Karena aku ingin akulah yang menjadi suamimu dunia akhirat. Dan untuk mencapai itu aku harus membuatmu mencintaiku supaya kamu bersedia mengarungi bahtera rumah tangga bersamaku"

"Apa kamu takut tidur satu kamar denganku?" tanya laki-laki gagah di depanku ini. Tubuh pria yang masih bergelar suami ini masih tetap kekar seperti dulu meski nampak sedikit kurus dengan adanya jambang tipis yang menyelimuti rahang dan janggutnya. Padahal dulu sudah sering aku katakan jika aku tidak menyukainya berjambang. Tunggu, kenapa dia harus peduli dengan ketidaksukaanku? Dia kan tidak mencintaiku jadi pasti dia tidak mengingat ucapanku. "Hei kok ngelamun." Dia mengibaskan telapak tangannya kedepan wajahku. Spontan aku mundur satu langkah, dia pun menghela nafas panjang. "Aku akan tidur di sofa jadi kamu tidak perlu takut." Sambungnya lagi. Tak ingin menjawab aku pun mengambil ponselku yang ada di atas meja samping ranjang lalu berjalan menuju pintu. "Mau kemana?" Mas Fagan menghalangi jalanku. "Kamu benar-benar takut?" tanyanya lagi. Takut? Cih.... kenapa aku harus takut padanya? Apa dia sudah lupa kejadian sebelum aku kehilangan ingatanku. Aku hampir membunuhnya yang s
Read more

Perubahan Fagan.

Suara adzan terdengar dari benda pipih yang ada diatas meja samping ranjang. Membangunkan Meizura dari alam mimpi. Perlahan wanita berkulit putih itu membuka matanya, digapainya benda pipih itu segera dimatikannya alarm yang sengaja dipasang supaya tidak terlambat untuk melaksanakan kewajibannya. Masih dengan mata sedikit tertutup ia beranjak bangun hendak turun dari ranjang namun gerakannya seketika berhenti mana kala retina matanya menangkap sesosok tubuh yang sangat dikenalnya sedang berdiri membelakangi dirinya. 'Mas Fagan? Sedang apa dia?' batinnya dengan mata yang menyipit. "Allahuakbar..." Suara berat itu terdengar sangat khusu'. Suaranya melantun dengan sangat pas dengan gerakan sholatnya sampai membuat Meizura terkagum. Mata wanita berambut panjang itu seolah tersihir dengan pandangan di depannya. Hatinya berbisik penuh tanya, sejak kapan suaminya itu jadi rajin sholat? Bacaan dalam sholatnya pun terdengar sangat fasih dan khusu'.Entah kejadian apa yang sudah merubah pri
Read more

Kesunyian yang membuatnya nyaman.

"Aku juga belum sarapan," ujar Fagan dengan raut memelas, menatap Meizura yang sedang fokus memakan sarapannya. Meizura mengerutkan dahinya. 'Kenapa masih disini kalau belum sarapan? Aku tidak memintanya untuk menunggui aku makan.' omel Meizura dalam hati. "Tidak bisakah aku mendapatkan satu suapan saja? Rasanya perutku bertambah lapar karena melihatmu makan." Sebenarnya tadi Fagan ingin menyuapi Meizura namun wanita itu menolak. Tak ingin memaksa akhirnya Fagan pun menurut dan menyerahkan sendok dan piring yang berisi nasi lengkap dengan lauk buatan Sarah. "Pasti enak udang asam manis buatan Bunda itu?" Wajah Fagan dibuat-buat seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. "Ck...." tanpa sadar Meizura berdecak kesal. Matanya melirik tak suka. Segera diserahkannya piring yang dipegangnya pada Fagan. Sebuah senyum muncul di bibir tipis Fagan, akhirnya istrinya itu memberi respon sikapnya. Meski hanya decakan kesal namun itu sangat berarti bagi Fagan. Setidaknya usahanya sedikit me
Read more

"Ratu di hatiku...."

Apa?" sahut Fagan cepat. "Yang pertama jangan membiarkan sendirian. Jangan biarkan keheningan membuatnya nyaman. Kedua terapi mandiri, buat di merasa sedih, marah dan bahagia bergantian setiap harinya." Fagan mengerutkan dahinya, "Bagaimana kalau dia mengamuk? Membanting barang atau melukai dirinya sendiri, misalnya?" "Kalau menurut penjelasan Dokter Rehan pelampiasan dengan menangis atau berteriak itu bisa membuat pasien lebih lega. Tak jarang pasien dengan gangguan mental dihipnotis supaya bisa melampiaskan apa yang ada dihatinya. Banyak dari mereka menangis sambil berteriak meluapkan emosinya dan setelah sadar mereka lebih tenang." "Oh," Sarah dan Zahra kompak menganggukkan kepalanya. "Saya sudah berkonsultasi dengan dokter Rehan. Satu-satunya cara untuk Zura adalah dengan terapi mandiri. Sehari buat Zura senang, mungkin dengan mengajaknya melakukan hal yang dulu sangat disukainya. Lalu besoknya buat dia merasa terharu, sedih atau marah begitu seterusnya untuk menghidupkan lagi
Read more

"Persahabatan kita sudah berakhir sejak aku tahu kamu dengan sengaja membiarkan kedua anakmu melibatkan putriku dalam pertikaian mereka."

Pov Fagan. Hampir 20 menit aku memeluknya, membiarkannya meluapkan segala rasa yang mungkin selama ini menyesakkan dada istriku. Tangisnya sedikit mereda, dan tubuhnya terasa sedikit berat menyandar padaku. Mungkin dia tertidur? Seperti kebanyakan wanita akan tertidur setelah menangis lama. Kuputuskan untuk mengangkat tubuh ramping ini dan membaringkannya di atas ranjang. Ku lihat matanya terpejam namun tangannya masih erat memegang kaos yang kupakai. Tanpa sadar senyum tipis terukir di bibirku, "Mas, gak akan kemana-mana." Aku pun ikut serta berbaring sambil mendekapnya. Ah.... rasanya begitu nyaman dan lega. Sudah lama sekali aku tidak bisa mendekap tubuh yang selalu membuatku candu dengan aroma lilinya. Serasa beban berat yang selama ini menindih jantungku terangkat. "I love you.." bisikku pelan lalu mengecup lama pucuk kepalanya. "Maafin Mas ya sayang.... Mas Janji akan memperbaikinya semuanya." lanjutku tak kalah lirih. Kuelus pelan rambut panjangnya yang tadi pagi membuatku
Read more

"Kamu pikir Zura tidak tahu wajah aslimu?...."

Keputusan Furqon cukup membuat Firdaus dan Kinanti kecewa. Ternyata meski sudah dua tahun berlalu nyatanya tak membuat ayah kandung Meizura itu sedikit luluh. Hati pria itu tetap mengeras bak karang di lautan. Firdaus menghela nafas, meski bisa memahami perasaan sang sahabat namun rada kecewa itu tetap ada. Persahabatan yang sudah terbina sejak menempuh bangku kuliah sampai mereka menuju usia senja ternyata tak berarti apa-apa dihadapan kemarahan seorang ayah. Memang patut Furqon marah tapi tidak bisakah sedikit saja memandang persahabatan mereka selama ini. Padahal suami Kinanti itu sudah mentolerir tindakan Furqon yang sempat memenjarakan putra sulung dan mempermalukan nama besar keluarganya. "Baiklah, aku terima keputusanmu," ucapnya berusaha memahami keputusan dang sahabat.Bagaimanapun sebagai seorang ayah Firdaus pun pasti akan melakukan hal yang sama seperti Furqon. Dirinya pun tak akan memaafkan jika ada orang-orang yang menyakiti anak-anaknya. "Tidak bisakah....." Kinanti
Read more

Zura yang dingin atau Zura yang ceria?

Pov Meizura. "Hah?" reflek aku ternganga dengan mata melebar tak percaya.Sebaliknya, dengan wajah sok polos Mas Fagan mengukir senyum manis setelah benda pipih itu beralih tempat di atas nakas. Seolah tak melihat ekspresi protes yang aku tampakkan. "Biar Mas, berkemas. Kamu istirahat saja. Tahu beres," ujarnya pongah. 'Nggak! Aku gak mau.' Aku menolak dengan tegas namun hanya dalam hati. Huhh..... Ya, aku masih sangat enggan untuk membuka mulutku meski hanya untuk berkata satu kata, 'Tidak.'Dan akhirnya aku hanya diam dan menghela kasar untuk menunjukkan ketidaksetujuanku. "Kenapa?" tanyanya mungkin dia mendengar helaan nafasku. "Kamu gak suka ke Bali? Mau ke luar negeri, Paris, Roma atau italia?" Astaga..... Kuputar bola mataku jengah. Tanpa banyak bicara aku beranjak bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Semakin lama aku mungkin akan semakin kesal dengan sikap pria menyebalkan ini. ****Sejak pagi Mas Fagan sudah sibuk sendiri, mulai dari menyiapkan pakaian dan semua kebu
Read more

"Yang aku cintai adalah Zenia Meizura Humaira, anak kedua dari keluarga Arrasyid,"

Pov Fagan"Siapa yang kamu cintai sebenarnya Mas?" Sontak aku menoleh, wanita cantik yang duduk di sebelahku menatapku dengan pandangan yang sulit aku mengerti. Saat ini kami sudah duduk di dalam pesawat. Aku sengaja membeli tiket beberapa kursi VIP yang ada di depan, belakang dan samping kami agar membuatnya sedikit nyaman meski tidak sepenuhnya kosong. "A-apa kamu mengatakan sesuatu?" tanyaku setengah tak percaya dengan pendengaranku sendiri.Bukannya menjawab, Zura malah membuang muka. Tatapannya keluar jendela pesawat. Kurasa awan putih lebih disukainya ketimbang menjawab pertanyaanku.Kutatik nafas, mengingat kembali kalimat yang baru beberapa detik lalu singgah di gendang telingaku. "Yang aku cintai adalah Zenia Meizura Humaira, anak kedua dari keluarga Arrasyid," kataku mencoba menjawab pertanyaan yang tadi sempat terlontar dari bibir tipis istriku ini. "Meizura yang mana?" Tak kusangka dia pun bereaksi atas jawabanku. Tatapan matanya sedikit membuatku takut dan ragu untu
Read more

Kelembutan dan kesabaran Fagan.

Pov Meizura. Selama liburan aku sangat dimanjakan oleh Mas Fagan. Pria itu benar-benar sabar menghadapi sikapku yang terkadang masih dingin dan ketus padanya. Tak sekalipun dia marah atau menampilkan ekspresi kesal setiap kali aku menolak ajakannya atau tak mau merespon pertanyaannya. Dia akan langsung menjawab sendiri setiap kali aku tak menjawab pertanyaannya. Dia akan bersikap. seolah-olah memberi pilihan. Dengan senyum manis Mas Fagan akan berkata, "Kamu mau yang lain? Mau ini? Ini apa yang itu? Maaf ya Mas Lupa apa yang kamu suka," ucapnya dengan sabar dan suara lembut. Lama kelamaan aku pun sesekali menjawab pertanyaannya. Ingat ya! Hanya sesekali saja tidka semua pertanyaannya aku jawab.eski begitu wajahnya Mas Fagan langsung nampak sumringah ketika aku membuka mulutku meski hanya untuk berkata 'Tidak. "Sayang.... Kok melamun di sini?" Suara Mas Fagan dari dalam kamar. Pria itu berjalan mendatangiku yang duduk di pinggir kolam renang yang ada di halaman samping kamar.Hote
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status