Home / Romansa / Uangku Bukan Uangmu, Mas! / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Uangku Bukan Uangmu, Mas!: Chapter 131 - Chapter 140

147 Chapters

Bab 131

Bab 131Aku menghampuri gerbang dimana Rangga sudah menungguku di sana. "Tidak usah di buka gerbangnya. Biar lewat sini saja," ucapnya sembari menyodorkan bingkisan kotak menu dari sela-sela gerbang yang agak sempit."Udah, cepat masuklah lagi. Jangan lupa hati-hati ya. Jangan sembarangan membukakan gerbang ataupun pintu pada orang yang tidak dikenal. Aku kemari untuk memastikan kalian dalam keadaan aman. Kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku," Aku kembali termangu dengan kata yang Rangga ucapkan. Apa dia sungguh mengkhawatirkan aku dan Clara? Atau itu hanya actingnya saja?Ya Tuhaan, karena dulu sudah terbiasa hidup di lingkungan keluarga Valdi yang toksik, akhirnya sekarang membuatku selalu sering berprasangka buruk.Dampak dari lingkungan keluarga toksik memang luar biasa. Dan sekarang meskipun aku sudah terlepas dari lingkungan seperti itu, tapi bayang-bayangnya masih kerap mengganggu. Aku patut mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menakdirkan aku keluar
Read more

Bab 132

Bab 132Karena pria yang menghubungiku tersebut mengatakan jika sekarang tengah berada di depan gerbang rumahku, aku memutuskan untuk memastikan perkataannya apakah benar atau tidak. Aku sedikit meningkat tirai jendela kamar, memastikan apakah ada orang di luar sana atau tidak.Tapi sama sekali aku tidak menemukan keberadaan orang di sana.Hatiku semakin was-was saja. Apa maksud semua ini? Jujur saja aku merasa takut dan cemas terutama akan putriku. Aku memandang ke arah Clara yang tengah terlelap, "Semoga kita terhindar dari orang-orang yang berniat jahat pada kita, Nak," aku berdoa dalam hati."Cepat bukakan pintumu, Rika!" Suara berat itu kembali terdengar.Aku semakin tidak menentu. Perasaan merasa terancam mendominasi sekarang."Kamu bilang kamu sekarang ada tepat di depan gerbang rumahku. Apa kata-kata mu bisa dipercaya? Kurasa kamu sudah berbohong!" ucapku."Apa kamu ingin aku langsung muncul di hadapanmu sekarang? Kalau iya, katakan! Aku bisa melakukan keinginanmu itu dengan
Read more

Bab 133

Bab 133"Itu tidak penting, Rika! Nanti kamu dengan sendirinya akan tahu siapa aku. Jadi tidak usahlah bertanya. Lagi pula tidak penting juga untuk menanyakan siapa. Sebab kita harus bertemu hanya karena harus membahas sesuatu yang penting. Jadi, bukalah pintumu!" Ucapan tersebut semakin membuat aku takut saja. Sebab mana ada orang yang berkata begitu kecuali menyimpan niat yang buruk. Apa aku harus menelpon polisi saja sekarang? Oh iya mengapa aku baru berpikir untuk menelpon polisi sekarang? Ya Ampun, seharusnya aku melakukan ini sejak tadi. Bukan malah meminta bantuan Rangga.Tapi jika aku menghubungi polisi bagaimana dengan laki-laki tidak dikenal yang sedang meneleponku ini?Oh iya, aku ada ide."Maaf sebelumnya pak bisakah aku mematikan teleponnya sebentar?" Aku berharap laki-laki itu tidak keberatan."Tidak bisa! Karena ketika kamu matiin telepon kamu tentu aja bisa menghubungi orang lain untuk meminta bantuan. Hahaha aku tidak mungkin membiarkan itu terjadi. Aku ini nggak b
Read more

Bab 134

Bab 134Samar-samar aku beberapa orang mengobrol lirih. Pelan-pelan aku membuka kelopak mata.Pandangan mataku terasa kabur, tidak bisa melihat ruangan ini dengan jelas. Tapi bayang-bayang putih terlihat meski agak berkunang-kunang.Untuk memperjelas penglihatan aku mengucek-ucek mataku lalu berusaha mengedit-ngedipkannya. Tapi entahlah mengapa aktivitas fisik ringan seperti itu saja membuatku agak sulit melakukannya.Aku bahkan tidak bisa melihat dengan jelas dimana aku tidur sekarang. Apa ini di kamarku? Atau di kamar Clara? Atau di ruang tamu? Tapi siapa yang kudengar tengah mengobrol tersebut? Seingatku Aku tidak pernah membawa orang asing ke dalam rumah kami. Di dalam rumah kami, hanya ada dua orang, yaitu aku dan anakku. Tidak ada yang lain sama sekali.Jadi siapa yang tengah bercakap-cakap tersebut? Dan mengapa suara mereka lirih sekali? Apa yang mereka bicarakan?"Sss.... Sss...," Oh mengapa sulit sekali bagiku untuk berbicara. Ini tidak seperti biasanya. Atau apakah aku sed
Read more

Bab 135

Bab 135"Alhamdulillah Rika sudah sadar, syukurlah," beberapa orang mengucapkan kata-kata yang sama.Berarti memang sebelumnya aku pingsan. Kalau tidak, tentu saja tidak mungkin mereka berkata begitu."Ya alhamdulillah, tapi sesuai saran dokter kita harus tetap tenang agar dia tidak telalu merasa terganggu. Kita harus tetap membiarkannya tenang," ucap Rangga."Benar begitulah pesan yang tadi disampaikan oleh dokter," Kak Zian Kakak laki-lakiku juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Rangga.Sedangkan ibuku setelah tadi aku berhasil membuka mata, dia menghambur memelukku erat."Bu memangnya aku kenapa? mengapa Ibu menangis?" Tanyaku."Nak, kamu sudah dua hari tidak sadarkan diri. Dan sekarang kamu sadar tentu Ibu menjadi sangat senang. Ibu sangat bersyukur karena Tuhan masih menakdirkan yang terbaik untuk kita semua." Ucap Ibu sembari matanya yang berkaca-kaca.Aku sebenarnya masih ingin bertanya lebih, tapi karena itu masih terasa berat, akhirnya aku mengurungkan niatKulihat beberap
Read more

Bab 136

Bab 136Dengan menggunakan kursi roda, Rangga mendorongku. Tadi ketika aku meminta untuk ingin sejenak keluar mencari udara segar, dia sendiri yang memutuskan untuk mengajakku berkeliling taman. Karena memang aku sudah merasaterlalu sesak berada di dalam ruangan. "Mungkin aku harus belajar untuk berdiri sendiri dan mulai melangkah, Rangga." ucapku pelan. Karena memang tenagaku terlalu terkuras apabila Aku berbicara keras."Tidak usah sekarang, sebab tulang kakimu belum cukup kuat untuk itu, kalau mau melatih otot dan tulangmu, kamu bisa menggerak-gerakkan kakimu sedikit demi sedikit dari kursi roda ini. Aku takut kalau melangkah secara langsung akan berdampak buruk pada kesehatanmu sendiri," Aku mengikuti saran Rangga, dokter memang menyarankanku untuk menggerak-gerakkan kakiku sedikit demi sedikit dari atas kursi roda terlebih dahulu sebelum berlatih berjalan secara langsung. Di kaki ini memang ada sedikit tulang yang mengalami keretakan.Luar biasa sekali kejadian malam itu. Hingg
Read more

Bab 137

Bab 137"Aku sendiri yang memancingnya!"Dahiku berkerut, dengan cara apa dia memancing Melia untuk mengakui kesalahannya sendiri?"Bagaimana caramu memancing Melia untuk mengatakan itu semua? Apa kamu yakin orang akan dengan mudah menceritakan kesalahan sendiri? Kurasa kalau dia waras tentu saja dia tak akan mengumbar kesalahan yang begitu besar padamu. Atau jangan-jangan pengakuannya tersebut hanyalah sebagai umpan?" Aku berucap sembari menyelidiki ekspresi yang ditunjukkan oleh Rangga.Mendengar kata-kataku Rangga menghela nafas panjang, ia menatapku sejenak sebelum menjawab."Pemikiranmu boleh juga. Tapi aku sudah memperhitungkan segala konsekuensinya, kalau dia menceritakan hal-hal seperti itu untuk menjebak, maka aku pasti kan pasti ada sesuatu yang ingin dia peroleh dari aku. Maka aku tidak pernah memberi informasi apapun padanya selain dari membahas kata-kata dia itu sendiri. Jadi aku bisa memastikan bahwa dia tidak mendapatkan informasi apapun tentangku. Bahkan sebaliknya jik
Read more

Bab 138

Bab 138Semua penjelasan yang diterangkan oleh Rangga masih belum membuatku puas. Tentu saja karena yang Rangga jelaskan hanya tentang bagaimana cara yang dia tempuh dalam usaha memancing media untuk berkata jujur. Akan tetapi aku belum mendengar secara penuh alasan mengapa Melia justru hampir saja membuatku terbunuh dalam tragedi malam tersebut."Tapi mengapa Melia ingin mencelakaiku malam itu, Rangga?" aku bertanya tanpa bisa menahan rasa ingin tahu dari dalam hatiku. "Baiklah, aku akan menjelaskan lebih lanjut kepadamu.""Sebenarnya dari dulu ketika aku mendekatimu, yaitu sejak kamu masih bekerja dalam satu perusahaan dengannya, dia tidak suka melihat kedekatan yang terjalin di antara kita. Aku sebenarnya tidak bisa menjelaskan secara detail, sebab aku rasa terlalu rumit untuk menjabarkannya padamu. Akan tetapi lebih singkatnya dia mendendam padamu padamu karena hal itu,""Kalau kamu masih belum mengerti juga, aku akan jabarkan...,"***Beberapa hari yang lalu,Aku kaget ketika se
Read more

Bab 139

Bab 139Tengah berbicara, dering telepon Melia mengganggu obrolan. Cepat-cepat Melia melirik ke arah ponsel."Bu Ratih?" Kulihat matanya sedikit terperanjat.Dia menyebut nama Bu Ratih? Itu kan nama ibunya Valdi. Apa ada Bu Ratih yang lain. Sedangkan raut mukanya terlihat cemas dan sesekali ia menatapku.Aku pikir ada yang mengganggunya dari orang yang sedang menghubunginya tersebut."Sebentar, ya. Aku mau ngomong sama temenku. sebentar aja, kok," ucapnya sembari melangkah cepat menuju ke luar kafe. Aneh bin ajaib, cara berjalannya yang tadi agak terseok-seok, kini terlihat malah lancar sekali langkahnya. Tidak ada tanda-tanda menahan sakit sana sekali. Aku mulai curiga dengan wanita ini. Tapi untuk sementara aku menyembunyikan rasa ganjil yang mulai muncul.Melihat raut mukanya yang seperti panik tadi, aku tersentil untuk menelisik apa yang akan dia bicarakan pada seseorang yang tadi dia panggil Bu Ratih.Maafkan aku, kali ini aku terpaksa mencuri obrolan mereka. Kalau saja tadi aku
Read more

Bab 140

Bab 140Aku tidak habis pikir dengan wanita ini, mengapa harus berkata seperti itu sedangkan dia sendiri masih mempunyai seorang kekasih."Oke, oke, terima kasih. Aku senang dengan kejujuranmu. Tapi sepertinya, kamu lebih baik berkata seperti itu sama Roy saja." Ucapku kemudian."Aku dan Roy akan segera putus. Aku tidak mencintainya sana sekali. Aku hanya mencintai anda Pak Rangga," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Sebenarnya aku sama sekali tidak bersimpati dengan kata-kata yang dia ucapkan. Aku tidak bisa tertarik pada seseorang yang suka menghianati sebuah hubungan. Aku menganggapnya menghianati karena dia berkata seperti itu di tengah-tengah hubungannya dan Roy yang masih belum berakhir. Tapi untuk sementara biar ku hal yang lebih penting, jika kira-kira pembahasan ini bisa membuatku banyak mendapatkan informasi, maka aku akan melanjutkan. Ide segera muncul di otakku."Melia, kemarin aku melihat kamu bertemu dengan Bu Ratih dan Mel, ibu dan saudari Valdi. Kalau boleh tahu, apa k
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status