Home / Pernikahan / Pengantin Pengganti Calon Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pengantin Pengganti Calon Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

117 Chapters

11 | Rasa Tidak Terima

Alison kembali ke rumah, dan dia mendapat teguran dari orang tuanya. Dia harus duduk di ruang tamu selama hampir satu jam untuk mendengar ceramahan mereka. Tapi, apakah Aliso mendengarkan? Tentu saja tidak. Dia hanya diam, berpura-pura menyesal. Padahal, dalam hati dia sangat bosan mendengarkan ocehan mereka. Alison masih banyak memerankan drama anak baik karena ia masih membutuhkan dukungan orang tuanya.“Jangan lagi ulangi kesalahanmu ini, Alison. Ayah dan Ibu sudah lelah menghadapi masalah yang kamu buat.” Addy memijit pelipisnya. Kepalanya terasa sakit akibat menghadapi sikap putrinya yang susah diatur. Addy sendiri merasa heran, Alison terlihat patuh, namun dia begitu banyak membuat masalah. Tidak seperti Aliya yang memang pembangkang, tapi Addy tidak pernah mendengarnya membuat ulah.“Cobalah seperti Aliya, dia tidak sepertimu yang hobi menyulitkan orang tua,” ucap Kirana dengan nada datar.Tangan Alison diam-diam terkepal saat dirinya dibandingkan dengan saudara kembarnya itu.
Read more

12 | Menemui Argan

“Argan!”Saat Argan baru tiba dikantornya untuk kembali bekerja setelah libur beberapa hari, ia dikejutkan oleh kedatangan Alison yang tiba-tiba memeluknya.Argan dengan segera melepaskan pelukan perempuan itu. Selain ia memang tidak suka, sikapAlison yang seperti ini juga bisa menimbulkan kesalahpahaman.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Argan terdengar tak senang.“Aku ingin menjelaskan semuanya.” Alison memelas. Ini kesempatan baginya, karena ia bisa bertemu Argan secara langsung. Sejak kemarin yang ingin ia lakukan adalah bertemu dengan pria itu, tapi hal itu sangat sulit. Karena Argan baru saja menikah, ia tidak lagi tinggal di rumahnya. Dan menghubungi Argan juga percuma, yang selalu menjawab panggilan darinya selalu Aliya. “Argan ku mohon dengarkan aku.”“Aku tidak ingin mendengar apapun.” Alasan yang diberikan Aliosn tidak akan bisa mengubah apapun. Karena kini semua sudah berubah. Argan sudah terikat dengan Aliya, jadi dia tidak ingin lagi berhubungan dengan Alison. Biarkan pere
Read more

13 | Dia Menyukaimu

Untuk Aliya yang sering bergaul dengan siapa pun, ia tidak akan mudah jatuh cinta. Dan juga, tidak mudah menerima seseorang yang menyatakan perasaan padanya.Lalu, bagaimana saat dia mendengar salah satu teman terdekatnya justru memendam perasaan padanya?“Nial?” Aliya mengernyit. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang teman-temannya katakan. “Tidak mungkin.”“Bagaimana itu tidak mungkin? Apa kamu tidak sadar semua sikap Nial padamu itu berbeda?”Terkadang sikap Aliya yang sangat tidak peka itu membuat orang lain gemas ingin memukul kepalanya. Saat diberitahukan pun ia tidak mudah percaya dengan omongan mereka.“Dia terlalu buta,” cibir Liora. “Percuma saja bicara dengannya, Gina. Hanya membuang tenaga saja.”“Kamu bicara seakan aku ini bodoh.” Aliya terkadang kesal dengan perkataan Liora yang sering mengejeknya. Tapi, Aliya tidak mudah mengalah. Jika sudah keterlaluan, ia akan membalas Liora tanpa mau kalah.“Memang kamu bodoh,” tukas Liora. Ia menjulurkan lidahnya ke arah Aliya.A
Read more

14 | Kedatangan Alison

Nial meletakkan tasnya dengan kasar. Ia lalu mendudukkan diri tepat di samping teman-temannya. Ekspresi wajah Nial yang tidak bersahabat membuat mereka bertanya-tanya, ada apa dengan pria itu?“Apa ada sesuatu yang terjadi? Kenapa wajahmu kusut sekali?” tanya Zico.“Ini tentang Aliya,” ucap Nial menjelaskan. Rasanya tidak rela saat ia mengetahui kebenaran yang menyakitkan ini. “Dia … sudah menikah.”“Menikah?!” Teman-teman Nial pun tampak sangat terkejut mendengarnya.“Bagaimana mungkin? Kita bahkan tidak mendengar kabar apapun sebelumnya,” ucap Kelvin tidak percaya.“Aku mendengar sendiri dari Aliya. Bahkan aku baru saja bertemu dengan suaminya,” jelas Nial dengan kesal. Rasanya dia ingin memukul seseorang demi melampiaskan amarahnya saat ini.“Siapa memangnya?” tanya Zico penasaran. Setahunya, Aliya gadis yang cukup sulit didapatkan. Itu karena dia terlalu friendly, dia tidak mudah menaruh perasaan pada orang lain. Ia memang berteman dengan siapa saja, tapi ia memandang semua orang
Read more

15 | Apa Aku Salah?

Argan merasa heran karena sejak tadi Aliya tidak bicara sama sekali. Bahkan ekspresi wajahnya juga tidak terlihat baik. Saat Argan bertanya, dia selalu menjawab tidak apa. Padahal Argan tahu ada yang dipikirkan istrinya itu.Tapi, meski tahu Aliya berbohong, Argan tidak bisa menekannya untuk berkata jujur. Argan lebih memilih untuk membiarkannya. Ia merasa Aliya memang tengah membutuhkan waktu.Saat mereka tiba di rumah, Aliya masih saat seperti itu. Ia juga langsung tidur tanpa sepatah kata pun. Argan mencoba mengerti, mungkin Aliya tengah memikirkan sesuatu. Ia perlu waktu untuk menenangkan dirinya.Lalu, saat Argan ikut berbaring di sisinya, ia mendengar istrinya itu bersuara.“Argan.”“Ya?” Perasaan lega terasa, kala Argan akhirnya mendengar istrinya mau bicara dengannya. Ia merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Dia memutar tubuhnya dan menghadap Aliya yang masih berbaring memunggunginya. “Ada apa, Ay?”“Apa menurutmu aku salah?”Argan tidak mengerti, “Salah?”“Tentang aku ya
Read more

16 | Bicara dengan Nial

Aliya memang sempat berharap ia bisa bicara dengan Nial dan meluruskan masalah yang ada di antara mereka. Tapi, ia tidak mengira jika Nial sendiri yang akan mendatanginya. Pria itu mengajak Aliya bicara tepat saat mereka bertemu di kampus. Meski terasa kecanggungan yang kental di antara mereka, Aliya tetap berusaha mengenyahkan perasaan itu, dia mengikuti Nial untuk menyelesaikan masalah mereka.Nial membawanya duduk di sebuah kursi di taman kampus. Seperti biasa pria itu akan membersihkan terlebih dahulu tempat yang akan diduduki Aliya. Meski Aliya sudah menahannya untuk tidak melakukan itu, Nial tidak mendengarkan.“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Aliya setelah mereka duduk dengan nyaman.“Aku … ingin bertanya dan memastikan sekali lagi, apa benar kamu sudah menikah?”Alliya merasa ragu sesaat, tapi dia tetap menjawab, “Ya.”“Dan suamimu itu … Argan?”“Iya,” jawab Aliya lagi.Nial mendengus kecil. Rasanya benar-benar tidak rela saat ia mengetahui jika Aliya telah resmi m
Read more

17 | Alasan Alison

Semakin Alison memikirkannya, semakin ia merasa kesal. Satu pun orang di sekitarnya tidak ada yang mengerti. Rasanya Alison ingin marah pada mereka semua karena tidak bisa memahami dirinya.“Lupakan Argan. Biarkan dia bahagia bersama istrinya.”Alison mendelik marah pada Max yang baru bicara itu. Apakah pria itu sengaja berkata seperti itu? Rasanya Alison ingin menyobek mulutnya.“Apakah kamu bisa melepaskan Gina?”Max terlihat bingung. Ia tidak mengerti kenapa Alison tiba-tiba bertanya tentang Gina. Meski begitu, Max tetap menjawab.“Tidak.”“Itulah yang aku rasakan.” Alison bangun dan mematikan ujung rokoknya pada asbak. “Aku tidak bisa melepaskan Argan untuk siapa pun. Karena aku menginginkannya. Sejak awal, dia hanya milikku.”“Jika seperti itu, lalu kenapa kamu memilih melarikan diri dari pernikahanmu?” tanya Max tidak habis pikir. Bukankah semua keadaan kacau ini terjadi karena ulah Alison sendiri? Perempuan itu sangat bodoh.“Aku tidak yakin. Kamu tahu sendiri, kan? Pernikahan
Read more

18 | Terpesona

Argan memperhatikan Aliya saat perempuan itu tengah memilih gaun. Berbeda dengan gadis kebanyakan, tidak terlihat raut kesenangan di wajah Aliya. Dia justru terlihat begitu serius memperhatikan detail gaun yang ditawarkan setiap pegawai toko padanya.“Aku tidak mau.” Aliya menolak gaun ketiga yang ditunjukkan padanya. Dia tidak ragu-ragu saat mengatakan itu. “Warnanya aku tidak suka.”“Bagaimana jika yang ini, sayang?” Argan memutuskan untuk ikut membantu. Siapa tahu seleranya bisa disukai istrinya. Kebetulan, mereka memang memiliki banyak kesamaan dalam beberapa hal. “Kamu akan cantik mengenakan ini.”“Itu terlalu terbuka, Argan.” Aliya tidak keberatan mengenakan gaun seperti itu untuk datang ke sebuah acara. Tapi, acara yang hendak mereka datangi saat ini adalah makan malam bersama orang tua Argan. Aliya tentu harus terlihat sopan di hadapan mertuanya. Tidak dengan pakaian semacam itu.“Tidak masalah. Aku suka.”“Aku tidak mau.” Aliya tetap menolak. Dia juga masih memiliki akal untu
Read more

19 | Siapa Aku

Pertemuan yang ia kira akan berlangsung menegangkan ternyata berlangsung cukup menyenangkan. Orang tua Argan menyambut Aliya dengan hangat. Mereka tampaknya sangat menerima Aliya sebagai menantunya. Aliya merasa senang. Tapi, sejak tadi yang tidak senang adalah Argan. Pria itu cemberut karena Aliya yang tidak mau menuruti kemauannya. Padahal tadi Argan sudah memintanya untuk kembali dan membatalkan janji dengan orang tuanya. Sayangnya, Aliya tidak ingin menurut.“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Mia. Dia menatap putranya itu dengan curiga. “Apa hubungan kalian baik-baik saja?”“Kami baik-baik saja,” jawab Aliya. Dia menggapai tangan Argan di atas meja, menunjukkan jika hubungan mereka memang tidak memiliki masalah apapun.Argan seketika menoleh ketika merasakan Aliya memegang tangannya. Dia membawa telapak tangan istrinya itu menuju bibirnya, memberi kecupan ringan.“Ini salah Ibu.” Argan mengeluh. Dia menatap Ibunya itu kesal. “Aku tidak ingin membawa istriku malam ini.”“Loh? Kenapa?
Read more

20 | Berterus Terang

Argan kembali ke kamar setelah kepalanya mulai mendingin. Ia berbaring di sisi Aliya yang sudah terlelap. Pria itu memunggungi istrinya, sama seperti yang dilakukan Aliya.Tapi, kala ia hendak tidur, ia merasakan pergerakan di sampingnya sehingga mata Argan kembali terbuka. Seseorang memeluknya dari belakang. Argan terkejut, dia tidak menyangka Aliya akan berani bersikap seperti ini. Padahal biasanya, Argan yang bergerak lebih dulu untuk mendekatinya. Kali ini, perempuan itu menjadi lebih berani.“Maafkan aku.” Suara Aliya terdengar. Dia merasa bersalah karena sudah membuat Argan kecewa. Aliya tidak bisa tidur karena terus terpikirkan pria itu. Akhirnya ia menunggu hingga suaminya itu kembali. Aliya akan mengajaknya bicara supaya masalah mereka bisa terselesaikan.Argan melepas pelukannya, lalu berbalik menatap istrinya.“Apa kamu sudah mengerti?”“Aku mengerti sejak awal. Tapi, kamu harus tahu. Bukan aku tidak mau, aku hanya takut.” Aliya bicara terus terang. Dia tidak ingin membuat
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status