Home / Pernikahan / Pengantin Pengganti Calon Ipar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pengantin Pengganti Calon Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

51 | Memang Siapa Aku?

Aliya mengangkat wajahnya ketika mendengar suara kursi di depannya bergeser. Wajahnya seketika berubah kaku saat menyadari orang yang kini menempati kursi di depannya adalah Nial."Tidak keberatan aku duduk di sini?"Aliya mengukir senyum kaku. Pria itu bahkan sudah duduk sebelum ia bertanya. Jadi, untuk apa Aliya menjawab?"Bagaimana kabarmu, Ay?" tanya Nial. Sejak Aliya menikah, ia jadi jarang ikut berkumpul bersama teman-temannya yang lain. Perempuan itu hanya mengikuti kelas dan lekas pulang setelah selesai. Paling-paling dia hanya berkumpul bersama tiga sahabatnya di kantin saat istirahat. Itu pun tidak lama.Semakin sulit bagi Nial untuk mencari waktu supaya bisa menyapa dan mengajaknya berbincang."Aku baik," jawab Aliya, seadanya."Ku dengar Alison akan menikah. Apakah itu benar?""Ya. Dari mana kamu tahu?" Aliya merasa bingung. Ia sendiri baru mengetahuinya saat berkunjung ke rumah dua hari lalu. Bagaimana bisa berita itu menyebar dengan cepat?"Undangannya sudah disebar. Ora
Read more

52 | Sehari Sebelum Pernikahan

"Bagaimana?"Aliya terkesiap saat Argan memeluknya tiba-tiba dari belakang. Tapi, perlahan dia mulai terbiasa. Pelukan Argan justru terasa begitu nyaman."Bagaimana apanya?" balas Aliya tidak mengerti"Tentang pesta pernikahan itu, yang mana yang ingin kamu datangi?"Karena pesta pernikahan Alison dan Gina diadakan bersamaan, mereka harus memilih salah satunya. Mungkin mereka bisa saja mendatangi keduanya, tapi itu jika Aliya tidak lelah."Aku akan mendatangi keduanya. Tapi pertama, pesta Gina yang akan aku datangi," ucap Aliya menjawab. Gina adalah sahabatnya. Selain itu, Alison tidak akan mengharapkan kehadiran dirinya sebesar Gina. Karena itu, Aliya lebih memilih mengutamakan sahabatnya."Apa kamu yakin tidak akan lelah?" tanya Argan. Dia merasa khawatir."Gina adalah sahabatku. Jika aku tidak datang, dia akan sangat kecewa. Aku juga tidak ingin melewatkan moment penting sahabatku." Aliya menjelaskan. "Sementara Alison, dia merupakan keluargaku. Orang tuaku akan marah jika aku tida
Read more

53 | Drama Sebelum Pergi ke Pesta

Hari ini Alison begitu senang karena ia akan menikah. Meski bukan dengan Argan yang sebenarnya merupakan pria yang ia inginkan. Tapi tak apa, Alison tetap bersyukur ia menikah dengan pria kaya. Gaun pengantin yang ia miliki juga terlihat sangat indah dan mewah. Keluarga Morgan menyiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Mungkin mereka tetap berusaha menjaga nama baik mereka, hingga memperlakukan Alison layaknya menantu idaman."Sudah selesai?"Carla berdiri di depan pintu tempat Alison dirias oleh perias yang ia undang. Dia memandang perempuan yang akan segera menjadi menantunya itu dengan pandangan menilai."Bagus. Jangan sampai mempermalukan keluargaku."Senyum di wajah Alison menghilang, digantikan ekspresi kesal karena kalimat tidak menyenangkan yang diucapkan nyonya Morgan itu."Jangan bawa tingkah liarmu itu di pesta. Dan jangan bersikap murahan saat tuan muda dari keluarga Alfred datang."Kedua mata Alison berbinar cerah ketika mendengar tentang pria yang ia cintai."Argan ak
Read more

54 | Pergi ke Pesta

Perempuan mana yang tidak tersentuh ketika mendengar kalimat itu? Bahkan Aliya sendiri merasakan semua kekesalan yang awal terkumpul kini menguap tak berbekas. Ia merasa bersalah karena tidak mengerti bagaimana posisi Argan. Seharusnya Aliya tidak memprotes. Dia harusnya bersyukur karena memiliki suaminya yang amat menyayangi dan mencintainya."Tidak." Aliya menggelengkan kepalanya. Dia membalas genggaman Argan pada tangannya, dan menatap pria itu dengan perasaan bersalah. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu. Aku terlalu egois hingga tidak bisa mengerti kamu.""Jangan bicara begitu, sayang." Argan mengusap kepala istrinya itu. Dia berkata demikian bukan demi membalikkan keadaan. Sejujurnya, Argan tidak apa jika Aliya kesal dan melimpahkan kesalahan padanya. Argan pun sadar dirinya menyebalkan. Tapi, dia hanya berusaha menjelaskan pada Aliya mengapa ia bisa bersikap seperti itu. Argan tidak berharap Aliya akan berbalik menyalahkan dirinya sendiri."Tidak. Memang aku
Read more

55 | Pesan Argan untuk Aliya

Saat ini Aliya berdiri di depan meja yang di atasnya tersaji berbagai macam hidangan menggugah selera.Aliya sebenarnya sudah meminta ijin pada Gina untuk pulang cepat, tapi sahabatnya itu tidak mengijinkan. Dia meminta Aliya untuk tinggal sebentar. Setidaknya, untuk sekedar mencicipi hidangan yang ada.Aliya tidak mungkin menolak. Karena itu dia di sini, memilih jejeran kue yang tampak begitu cantik. Argan juga berdiri di sisinya, tapi dia lebih banyak memperhatikan Aliya dari pada kue-kue itu."Apa kamu mau?""Itu kelihatan tidak enak," jawab Argan, memandang kue yang disodorkan istrinya tepat di depan wajahnya.Kue itu berlapiskan krim berwarna putih dengan bubuk yang berkilauan di atasnya. Jangan lupakan buah ceri segar yang diletakkan di tengah-tengahnya.Menurut Aliya, kue itu sangat cantik dan imut. Aneh, Argan justru memiliki pendapat yang sangat berbeda dengannya. Mungkin pria itu tidak terlalu menyukai sesuatu yang menggemaskan."Ini cantik.""Lebih cantik kamu."Aliya memut
Read more

56 | Pesta Pernikahan Alison

Alison mengedarkan pandangannya. Dia sudah menunggu sejak tadi, tapi orang yang ditunggu sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.Max yang melihat tingkah Alison tampak tidak peduli. Pria itu duduk di kursinya sambil meminum segelas minuman yang diberikan pelayan. Saat ini, pikirannya dipenuhi oleh Gina. Perempuan yang sudah lama menyandang status sebagai kekasihnya itu kini juga tengah melangsungkan pernikahan. Sayang sekali, pria yang menjadi mempelai pengantin pria bukanlah dirinya. Di sini, ia menjadi pengantin pria untuk wanita lain. Takdirnya begitu lucu, dia menjaga Gina selama bertahun-tahun, tapi perempuan itu malah menjadi milik orang lain. Sungguh sial!"Argan!"Max menoleh ketika mendengar pekikan kecil Alison. Perempuan yang menjadi istrinya itu tampak menutup senyum di wajahnya dengan kedua tangan. Dia tampak cerah ketika mendapati mantan kekasihnya datang ke acara ini.Sangat bodoh. Alison masih saja menyimpan perasaan pada Argan. Padahal pria itu sudah jelas-jel
Read more

57 | Aliya Cemburu

Argan melirik istrinya yang sejak tadi tidak bersuara. Perempuan itu hanya diam menatap pemandangan di luar jendela. Sementara Argan yang sibuk menyetir enggan membuka suara karena khawatir salah bicara.Tapi, keterdiaman istrinya membuat Argan merasa tidak nyaman. Ia terus menerka-nerka, kira-kira apa yang dipikirkan istrinya saat ini? Apakah Argan sudah melakukan kesalahan yang tidak ia sadari? Tapi apa?"Sayang." Argan memanggil dengan hati-hati, khawatir respon yang ia terima justru tidak menyenangkan.Tapi, ternyata Aliya hanya menoleh padanya seperti biasa. Tak ada emosi sama sekali di wajahnya. Setidaknya dengan itu, Argan bisa sedikit lebih tenang."Ada apa? Apa ada yang kamu pikirkan?""Tidak ada," balas Aliya menggeleng. Dia kembali menatap keluar jendela, enggan melanjutkan pembicaraan dengan Argan. Saat ini yang ingin ia lakukan hanya termenung sendirian. Dia masih memikirkan Alison yang masih menyimpan rasa pada Argan hingga sekarang. Padahal, saudarinya itu sudah menikah
Read more

58 | Pergi Tanpa Pamit

Ini pagi pertama Alison bergabung bersama keluarga Morgan. Suasana di ruang makan saat ini tampak tegang. Alison yang tidak terbiasa dengan suara hening ini merasa tidak nyaman. Tidak ada yang bicara diantara mereka. Hanya dentingan sendok yang terdengar. Bahkan cara makan mereka terlihat begitu menjaga etika.Alison jadi merindukan bagaimana suasana rumahnya. Sarapan di rumahnya tidak akan seperti ini. Setidaknya di sana orang tua Alison senantiasa menanyakan tentang harinya, tentang kabarnya. Tidak seperti yang terjadi sekarang. Apakah seterusnya dia akan menemui suasana di meja makan bak di meja hijau?"Makan makananmu dan jangan melamun."Suara teguran dari Morgan membuat Alison tersentak. Suara pria itu juga membuat Max dan Carla ikut menoleh memperhatikan Alison. Morgan bahkan tidak sedikit pun menatap Alison. Bagaimana ia bisa mengetahui jika sejak tadi Alison sibuk termenung?"Makan." Max menggeser piring makan Alison semakin mendekat. Dia tidak ingin membuat Alison dalam masa
Read more

59 | Hamil?

"Argan!" Aliya merengek. Sejak tadi pria itu bersikap dingin padanya. Padahal atas kesalahan yang ia perbuat pagi tadi, Aliya sudah meminta maaf. Kenapa pria itu masih saja mengacuhkannya?"Hm." Argan menyahut dengan gumaman. Pria itu tampak sibuk dengan iPad-nya, sambil sesekali menyesap kopi miliknya. Tak sekali pun dia mengalihkan perhatian dari benda di tangannya itu. Tampaknya Argan sengaja ingin membuat istrinya merasa bersalah."Jangan terus mengabaikanku seperti ini." Aliya memelas. Dia tidak senang saat Argan bersikap seperti ini. Biasanya jika Argan marah, dia hanya akan menegur dan memberi peringatan padanya. Tapi Aliya sudah menerima keduanya. Ia juga sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Kenapa Argan malah bersikap seperti ini padanya?"Aku sibuk. Jangan ganggu aku," ketus Argan.Kedua mata Aliya berkaca-kaca. Sontak saja perempuan itu beranjak pergi ke kamarnya sembari mengusap air mata yang jatuh di wajahnya.Argan yang melihat itu menghela napas berat. Sesekali
Read more

60 | Kemarahan Max

Alison sangat senang saat ini. Ia memilih jejeran pakaian branded di sekitarnya. Semua terlihat bagus dan memukau. Alison ingin memiliki semuanya. Tapi di antara semuanya, ia harus memilih mana yang paling menarik matanya. Dia tentu tidak ingin membuat Max mendadak jadi bangkrut. Dia tetap harus menjaga pengeluaran supaya tidak membludak.Sementara Max menunggu di salah satu kursi yang disediakan di toko itu, sembari memainkan handphone-nya, atau memperhatikan keadaan sekitar yang semakin ramai. Lalu, pandangannya terpaku pada sosok yang ia temukan berjalan melewati pintu toko itu. Dengan cepat Max keluar untuk mengejar sosok itu."Gina!"Max berseru memanggil. Dia mengedarkan pandangan, mencari mantan kekasihnya di antara banyaknya manusia di sana. Dia tidak boleh kehilangannya. Perasaan rindu di dada Max terasa menggebu. Ingin rasanya dia berlari untuk memeluk perempuan itu. Dimana dia sekarang?Sementara di satu tempat tidak jauh darinya, Gina tengah kebingungan oleh Kyle yang tiba
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status