Semua Bab Pengantin Pengganti Calon Ipar: Bab 71 - Bab 80

117 Bab

71 | Teguran Tuan Morgan

"ADA APA INI?!"Morgan begitu murka melihat keributan yang terjadi di rumahnya. Dengan kasar ia menarik istrinya yang masih belum berhenti memberi cakaran pada punggung putra mereka."Lepaskan aku! Biarkan aku memberi pelajaran pada mereka!" Carla meronta tidak terima ketika Morgan menjauhkannya dari Max. Emosinya masih belum mereka. Ia perlu melakukan sesuatu untuk meluapkannya. "Lepas!"Plak!Wajah Carla tertoreh ke samping. Dia seketika membeku tak percaya. Tangannya memegang pipinya yang terasa panas. Lalu dengan kedua mata yang berkaca-kaca, dia menatap suaminya."Apa kamu sudah kehilangan akal?" Morgan bicara dengan suara tertahan. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa istrinya bertingkah seperti ini? Di depan para pekerja di rumahnya dia bertindak liar. Melukai putra dan menantunya sendiri. Perempuan bodoh itu baru saja mempermalukan dirinya sendiri."Ini bukan salahku! Ini salah perempuan jalang itu!" pekik Carla, menunjuk Alison dengan emosi."Aku dan suamiku hanya keluar untu
Baca selengkapnya

72 | Keributan Pagi Hari

Alison terusik kala suara ketukan pintu terdengar begitu keras di kamarnya. Tidurnya jadi terganggu. Padahal ia baru tidur dari jam dua pagi.Ketika melihat Max keluar dari kamar mandi, ia segera menegurnya."Cepat keluar dan suruh orang itu berhenti mengetuk pintu!" seru Alison. Perempuan itu kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia masih sangat mengantuk saat ini. Ia tidak ingin diganggu.Max menghela napas. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, ia pun membuka pintu. Tampak ibunya berdiri di depannya dengan ekspresi marah."Mana menantu tidak berguna itu? Hari ini dia harus bangun pagi. Dasar pemalas. Dia harus membantu para pelayan di dapur," cecar Carla. Dia berusaha melihat ke dalam, mencari keberadaan sosok menantunya."Alison sedang tidak begitu sehat, Bu. Saat ini ia sedang istirahat," jelas Max."Halah, jangan beralasan kamu!" Carla sama sekali tidak percaya. "Istrimu itu hanya malas. Karena itu dia berdalih supaya lepas dari kewajibannya.""Ibu, tolonglah."Ini
Baca selengkapnya

73 | Kamu Menantu, Bukan Pembantu

Aliya terbangun kala ia merasakan seseorang mengecup keningnya. Meski terkesan lembut, tetap saja membuat tidurnya terganggu. Perlahan, kedua matanya terbuka. Ia melihat Argan di depannya. Pria itu mengusap kepalanya dengan sayang."Argan?" Aliya membangunkan tubuhnya. Ia duduk di ranjang, mengusap matanya dengan tangan. "Jam berapa ini?""Jam tujuh pagi," jawab Argan seadanya.Aliya tercenung. Pantas saja saat ini Argan sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ternyata hari sudah siang. Tapi Aliya justru baru bangun di saat para penghuni rumah yang lain sudah memulai aktifitas mereka sejak tadi pagi."Aku bangun kesiangan," gumamnya cemas."Tidak masalah. Kamu bahkan bisa tidur lagi jika kamu mau," ucap Argan. Ia tidak akan melarang istrinya jika ingin bermalas-malasan. Lagipula, saat ini istrinya itu tengah mengandung. Dia memang tidak boleh kelelahan."Tidak mau. Aku ingin bangun," balas Aliya.Terlalu banyak tidur juga membuatnya tidak nyaman. Ia akan merasakan pegal di tubuhnya dan r
Baca selengkapnya

74 | Ada Apa dengan Aliya?

Aliya sejak kecil sering kali tersisihkan. Ia melihat bagaimana orang tuanya menyayangi Alison dengan penuh kasih sayang, melihat mereka bermain bersamanya dengan tawa riang, bahkan terkadang berpelukan layaknya keluarga bahagia.Aliya sering kali dilupakan, padahal ia lahir di saat yang sama dengan Alison. Namun entah kenapa sejak dulu keberadaannya seolah dianggap transparan. Ia hanya bayangan Alison yang hanya bisa melihat bagaimana saudara kembarnya itu tumbuh dengan bahagia.Kadang Aliya menangis, dia juga manusia biasa, dia hanya anak kacil yang juga menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Ia juga ingin seperti Alison. Tapi sesaat kemudian ia sadar, tak seharusnya ia memiliki pemikiran seperti itu. Diabaikan itu tidak menyenangkan. Kurang kasih sayang itu menyesakkan. Setidaknya ... setidaknya Alison tidak merasakan hal yang sama dengannya. Ya, benar. Itulah yang menjadi prinsip hidup Aliya selama ini.Selama adiknya hidup dengan bahagia, ia tidak keberatan menja
Baca selengkapnya

75 | Meminta dengan Paksa

"Kirana! Kirana!"Addy berseru memanggil istrinya dengan suara keras. Tidak lama, wanita yang ia tunggu akhirnya muncul dan mendekatinya."Ada apa? Kenapa harus berteriak?" tanya Kirana tak senang. Ia sempat kaget mendengar seruan suaminya itu. Tidak bisakah dia memanggil dengan nada yang biasa? Kenapa harus berteriak? Padahal mereka berada di rumah. Tidak perlu menggunakan suara keras untuk memanggilnya."Kenapa pengeluaran tiap bulan semakin membengkak, Kirana? Sebenarnya apa saja yang kamu beli?" tanya Addyson marah. Dia sudah berusaha bersabar saat melihat nominal pengeluaran yang bertambah di tiap bulan. Tapi semakin dibiarkan, pengeluaran tiap bulannya bahkan nyaris membuat ia terkena serangan jantung."Aku tidak belanja apapun. Bahkan alat riasku saja belum ada yang baru!" balas Kirana kesal. Kenapa suaminya malah menyalahkannya jika pengeluaran menjadi lebih besar dari sebelumnya? Bukankah itu urusannya sendiri? Kirana hanya tinggal menerima uang yang menjadi haknya."Kenapa t
Baca selengkapnya

76 | Masalah

Aliya tidak tahu jika Argan menyadap handphone miliknya. Obrolan yang istrinya itu lakukan dengan ayahnya semua didengar pula oleh Argan. Saat ini ia tengah berusaha menahan emosinya mengetahui bagaimana Addy berusaha memeras putrinya sendiri. Kata-katanya tadi sungguh tidak pantas diucapkan oleh seorang ayah pada anaknya. Pantas saja Aliya tidak pernah bahagia saat bersama keluarganya. Ayahnya saja seperti itu."Orang tua itu benar-benar tidak tahu malu," desis Argan.Dia mengambil handphone-nya. Argan menghubungi salah satu anak buahnya."Beritahu aku jika istriku melakukan transaksi," titah Argan. "Jika bisa, jangan sampai ia berhasil. Tahan uang yang hendak ia kirimkan."Argan tidak akan membiarkan Addy menerima uang dari Aliya. Argan juga yakin, jika pun bisa memberikan uang pada ayahnya, istrinya tidak akan meminta padanya. Ia pasti akan berusaha sendirian.Karena alasan itulah, Argan tidak rela jika Addy menerima uang itu."Itu mudah, bos. Akan segera aku lakukan," balas Luc.A
Baca selengkapnya

77 | Pulang untuk Memastikan

"Bicaralah dengan orang tuamu. Mungkin mereka bisa memberikan solusi," saran Luc.Sebenarnya ia lebih senang jika tuan Rendra turun tangan langsung untuk menegur Addyson. Sepertinya akan menyenangkan melihat dua pria itu berhadapan. Apalagi membayangkan bagaimana wajah pucat Addyson ketika menghadapi keluarga Alfred."Aku bukan seorang anak yang akan merengek pada ayahnya," ketus Argan. Apa Luc pikir ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri? Saran yang ia berikan sangat tidak berguna.Luc yang merasa sarannya tidak diterima hanya bisa mengedikkan bahunya acuh. Jika memang Argan tidak ingin mendengarnya, ia tidak masalah sama sekali."Aku akan menemui istriku lebih dulu. Aku ingin melihat apakah ia akan berkata jujur padaku," putus Argan. Pria itu mengambil jasnya, lalu berjalan pergi keluar dari kantornya.Luc pun ikut keluar. Tidak mungkin ia terus berdiam diri di sana. Jika ada yang hilang di ruangan ini, maka dia yang akan disalahkan.Argan segera berjalan ke arah mobilnya. D
Baca selengkapnya

78 | Tertangkap Basah

Argan berdiri di kamar mandi. Dia pergi karena tahu istrinya tidak nyaman dengan keberadaannya. Ia bisa merasakan jika istrinya itu gelisah saat Argan bersamanya. Argan jadi bertanya-tanya, sampai kapan Aliya akan berusaha menutupi masalahnya? Apakah ia berpikir jika Argan tidak bisa mengetahui apa yang ia sembunyikan?Untuk sekarang Argan membiarkannya. Ia akan tetap diam saat Aliya memutuskan tidak bicara. Tapi, Argan tetap tidak akan membiarkan Addyson menerima uang dari istrinya. Pria itu tidak pantas mendapatkan sepeser pun uang dari putri yang ia abaikan selama ini. Bukankah lebih pantas jika ia meminta pada Alison?Ah! Argan lupa. Alison mana mungkin mau mengulurkan tangan untuk mambantu orang tuanya? Dia justru akan memilih berbalik, bersikap tidak mau tahu apapun yang terjadi pada mereka. Ia hanya akan berkata jika itu bukan urusannya sama sekali.Sejak dulu perangai Alison selalu seperti itu. Dia enggan melirik kesusahan orang lain, meski itu orang tuanya sendiri.Argan kelu
Baca selengkapnya

79 | Berunding

Aliya sebenarnya tak ingin Argan menemukannya dalam keadaan seperti ini. Ia juga tak ingin membuat ayahnya berada dalam masalah. Tapi rasa sakit di hatinya tidak tertahankan. Luka yang kemarin tertoreh masih terasa basah. Kini ayahnya kembali menorehkan luka yang baru. Perih di hatinya kian bertambah. Air mata adalah bukti bagaimana rasa sakit yang ia rasakan. Aliya juga bisa merasa lelah. Ia juga bisa menyerah. Berada di titik terendah hingga ia merasa tidak berdaya dalam keadaan. Rasanya Aliya ingin berteriak, mengeluarkan segala emosi yang begitu menyesakkan dada. Tapi di sisi lain ia pun merasa tidak bertenaga. Rasa sakitnya membuat tubuhnya begitu lemah.Untung saja, ada tangan yang siap menopang tubuhnya kala ia lelah. Kini bahkan tangan itu membawa tubuhnya melayang, bergerak untuk kembali ke kamarnya, tempat dimana ia bebas mengekspresikan diri, menangis tanpa khawatir ada yang tahu. Tubuhnya dibaringkan di ranjang, dibalut selimut hingga sebatas dada. Lalu kecupan hangat tera
Baca selengkapnya

80 | Bicara dengan Ayah

Rendra baru kembali dari kantornya. Dia melihat istri dan putranya yang tengah berada di ruang tamu. Kedua orang itu sepertinya tengah terlibat perseteruan kecil. Segera saja ia mendekati mereka. Rendra tidak ingin dua orang yang ia sayangi itu sampai bertengkar."Ada apa ini?" tanyanya menginterupsi. Seketika, kedua orang itu berhenti dan menatap padanya. Tampaknya mereka baru menyadari kedatangannya. "Kenapa kalian bertengkar?"Argan berdecak kecil. "Siapa yang bertengkar? Aku dan ibu hanya sedang berdiskusi."Rendra menatap istrinya, menunggu tanggapan."Kami hanya berbagi pendapat," jelas Mia."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Merasa ada hal penting yang tengah dibicarakan oleh mereka, Rendra memutuskan duduk dan bergabung di sana dengan mereka. "Lanjutkan saja. Aku akan mendengarkan dan ikut bicara jika perlu.""Ini juga masalah yang perlu kamu ketahui, suamiku," ucap Mia.Rendra menjadi semakin penasaran. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini? Bisa-bisanya dia tidak tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status