Home / Pernikahan / Pengantin Pengganti Calon Ipar / 73 | Kamu Menantu, Bukan Pembantu

Share

73 | Kamu Menantu, Bukan Pembantu

Author: Rish Alra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aliya terbangun kala ia merasakan seseorang mengecup keningnya. Meski terkesan lembut, tetap saja membuat tidurnya terganggu. Perlahan, kedua matanya terbuka. Ia melihat Argan di depannya. Pria itu mengusap kepalanya dengan sayang.

"Argan?" Aliya membangunkan tubuhnya. Ia duduk di ranjang, mengusap matanya dengan tangan. "Jam berapa ini?"

"Jam tujuh pagi," jawab Argan seadanya.

Aliya tercenung. Pantas saja saat ini Argan sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ternyata hari sudah siang. Tapi Aliya justru baru bangun di saat para penghuni rumah yang lain sudah memulai aktifitas mereka sejak tadi pagi.

"Aku bangun kesiangan," gumamnya cemas.

"Tidak masalah. Kamu bahkan bisa tidur lagi jika kamu mau," ucap Argan. Ia tidak akan melarang istrinya jika ingin bermalas-malasan. Lagipula, saat ini istrinya itu tengah mengandung. Dia memang tidak boleh kelelahan.

"Tidak mau. Aku ingin bangun," balas Aliya.

Terlalu banyak tidur juga membuatnya tidak nyaman. Ia akan merasakan pegal di tubuhnya dan r
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   74 | Ada Apa dengan Aliya?

    Aliya sejak kecil sering kali tersisihkan. Ia melihat bagaimana orang tuanya menyayangi Alison dengan penuh kasih sayang, melihat mereka bermain bersamanya dengan tawa riang, bahkan terkadang berpelukan layaknya keluarga bahagia.Aliya sering kali dilupakan, padahal ia lahir di saat yang sama dengan Alison. Namun entah kenapa sejak dulu keberadaannya seolah dianggap transparan. Ia hanya bayangan Alison yang hanya bisa melihat bagaimana saudara kembarnya itu tumbuh dengan bahagia.Kadang Aliya menangis, dia juga manusia biasa, dia hanya anak kacil yang juga menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Ia juga ingin seperti Alison. Tapi sesaat kemudian ia sadar, tak seharusnya ia memiliki pemikiran seperti itu. Diabaikan itu tidak menyenangkan. Kurang kasih sayang itu menyesakkan. Setidaknya ... setidaknya Alison tidak merasakan hal yang sama dengannya. Ya, benar. Itulah yang menjadi prinsip hidup Aliya selama ini.Selama adiknya hidup dengan bahagia, ia tidak keberatan menja

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   75 | Meminta dengan Paksa

    "Kirana! Kirana!"Addy berseru memanggil istrinya dengan suara keras. Tidak lama, wanita yang ia tunggu akhirnya muncul dan mendekatinya."Ada apa? Kenapa harus berteriak?" tanya Kirana tak senang. Ia sempat kaget mendengar seruan suaminya itu. Tidak bisakah dia memanggil dengan nada yang biasa? Kenapa harus berteriak? Padahal mereka berada di rumah. Tidak perlu menggunakan suara keras untuk memanggilnya."Kenapa pengeluaran tiap bulan semakin membengkak, Kirana? Sebenarnya apa saja yang kamu beli?" tanya Addyson marah. Dia sudah berusaha bersabar saat melihat nominal pengeluaran yang bertambah di tiap bulan. Tapi semakin dibiarkan, pengeluaran tiap bulannya bahkan nyaris membuat ia terkena serangan jantung."Aku tidak belanja apapun. Bahkan alat riasku saja belum ada yang baru!" balas Kirana kesal. Kenapa suaminya malah menyalahkannya jika pengeluaran menjadi lebih besar dari sebelumnya? Bukankah itu urusannya sendiri? Kirana hanya tinggal menerima uang yang menjadi haknya."Kenapa t

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   76 | Masalah

    Aliya tidak tahu jika Argan menyadap handphone miliknya. Obrolan yang istrinya itu lakukan dengan ayahnya semua didengar pula oleh Argan. Saat ini ia tengah berusaha menahan emosinya mengetahui bagaimana Addy berusaha memeras putrinya sendiri. Kata-katanya tadi sungguh tidak pantas diucapkan oleh seorang ayah pada anaknya. Pantas saja Aliya tidak pernah bahagia saat bersama keluarganya. Ayahnya saja seperti itu."Orang tua itu benar-benar tidak tahu malu," desis Argan.Dia mengambil handphone-nya. Argan menghubungi salah satu anak buahnya."Beritahu aku jika istriku melakukan transaksi," titah Argan. "Jika bisa, jangan sampai ia berhasil. Tahan uang yang hendak ia kirimkan."Argan tidak akan membiarkan Addy menerima uang dari Aliya. Argan juga yakin, jika pun bisa memberikan uang pada ayahnya, istrinya tidak akan meminta padanya. Ia pasti akan berusaha sendirian.Karena alasan itulah, Argan tidak rela jika Addy menerima uang itu."Itu mudah, bos. Akan segera aku lakukan," balas Luc.A

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   77 | Pulang untuk Memastikan

    "Bicaralah dengan orang tuamu. Mungkin mereka bisa memberikan solusi," saran Luc.Sebenarnya ia lebih senang jika tuan Rendra turun tangan langsung untuk menegur Addyson. Sepertinya akan menyenangkan melihat dua pria itu berhadapan. Apalagi membayangkan bagaimana wajah pucat Addyson ketika menghadapi keluarga Alfred."Aku bukan seorang anak yang akan merengek pada ayahnya," ketus Argan. Apa Luc pikir ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri? Saran yang ia berikan sangat tidak berguna.Luc yang merasa sarannya tidak diterima hanya bisa mengedikkan bahunya acuh. Jika memang Argan tidak ingin mendengarnya, ia tidak masalah sama sekali."Aku akan menemui istriku lebih dulu. Aku ingin melihat apakah ia akan berkata jujur padaku," putus Argan. Pria itu mengambil jasnya, lalu berjalan pergi keluar dari kantornya.Luc pun ikut keluar. Tidak mungkin ia terus berdiam diri di sana. Jika ada yang hilang di ruangan ini, maka dia yang akan disalahkan.Argan segera berjalan ke arah mobilnya. D

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   78 | Tertangkap Basah

    Argan berdiri di kamar mandi. Dia pergi karena tahu istrinya tidak nyaman dengan keberadaannya. Ia bisa merasakan jika istrinya itu gelisah saat Argan bersamanya. Argan jadi bertanya-tanya, sampai kapan Aliya akan berusaha menutupi masalahnya? Apakah ia berpikir jika Argan tidak bisa mengetahui apa yang ia sembunyikan?Untuk sekarang Argan membiarkannya. Ia akan tetap diam saat Aliya memutuskan tidak bicara. Tapi, Argan tetap tidak akan membiarkan Addyson menerima uang dari istrinya. Pria itu tidak pantas mendapatkan sepeser pun uang dari putri yang ia abaikan selama ini. Bukankah lebih pantas jika ia meminta pada Alison?Ah! Argan lupa. Alison mana mungkin mau mengulurkan tangan untuk mambantu orang tuanya? Dia justru akan memilih berbalik, bersikap tidak mau tahu apapun yang terjadi pada mereka. Ia hanya akan berkata jika itu bukan urusannya sama sekali.Sejak dulu perangai Alison selalu seperti itu. Dia enggan melirik kesusahan orang lain, meski itu orang tuanya sendiri.Argan kelu

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   79 | Berunding

    Aliya sebenarnya tak ingin Argan menemukannya dalam keadaan seperti ini. Ia juga tak ingin membuat ayahnya berada dalam masalah. Tapi rasa sakit di hatinya tidak tertahankan. Luka yang kemarin tertoreh masih terasa basah. Kini ayahnya kembali menorehkan luka yang baru. Perih di hatinya kian bertambah. Air mata adalah bukti bagaimana rasa sakit yang ia rasakan. Aliya juga bisa merasa lelah. Ia juga bisa menyerah. Berada di titik terendah hingga ia merasa tidak berdaya dalam keadaan. Rasanya Aliya ingin berteriak, mengeluarkan segala emosi yang begitu menyesakkan dada. Tapi di sisi lain ia pun merasa tidak bertenaga. Rasa sakitnya membuat tubuhnya begitu lemah.Untung saja, ada tangan yang siap menopang tubuhnya kala ia lelah. Kini bahkan tangan itu membawa tubuhnya melayang, bergerak untuk kembali ke kamarnya, tempat dimana ia bebas mengekspresikan diri, menangis tanpa khawatir ada yang tahu. Tubuhnya dibaringkan di ranjang, dibalut selimut hingga sebatas dada. Lalu kecupan hangat tera

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   80 | Bicara dengan Ayah

    Rendra baru kembali dari kantornya. Dia melihat istri dan putranya yang tengah berada di ruang tamu. Kedua orang itu sepertinya tengah terlibat perseteruan kecil. Segera saja ia mendekati mereka. Rendra tidak ingin dua orang yang ia sayangi itu sampai bertengkar."Ada apa ini?" tanyanya menginterupsi. Seketika, kedua orang itu berhenti dan menatap padanya. Tampaknya mereka baru menyadari kedatangannya. "Kenapa kalian bertengkar?"Argan berdecak kecil. "Siapa yang bertengkar? Aku dan ibu hanya sedang berdiskusi."Rendra menatap istrinya, menunggu tanggapan."Kami hanya berbagi pendapat," jelas Mia."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Merasa ada hal penting yang tengah dibicarakan oleh mereka, Rendra memutuskan duduk dan bergabung di sana dengan mereka. "Lanjutkan saja. Aku akan mendengarkan dan ikut bicara jika perlu.""Ini juga masalah yang perlu kamu ketahui, suamiku," ucap Mia.Rendra menjadi semakin penasaran. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini? Bisa-bisanya dia tidak tahu

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   81 | Orang-orang dari Keluarga Alfred

    Addyson tengah berjalan cemas di ruang kerjanya. Sejak ia bicara dengan Argan di telepon, perasaannya dihantui ketakutan. Bagaimana ia bisa menghadapi keluarga Alfred? Addyson tidak pernah ingin memiliki masalah dengan keluarga itu. Ia bisa hancur oleh mereka hanya dalam sekejap. Mereka terlalu berbahaya untuk disinggung. Sialnya, ia justru terjebak situasi ini karena kecerobohannya sendiri. Addy menyesal meminta bantuan putrinya yang kini menyandang status sebagai istri Argan. Jika ia tahu di sana ada pria itu, Addy tidak akan menghubungi Aliya.Argan bahkan mendengar bagaimana Addy mencaci maki putrinya, menyebutnya dengan kata 'sialan'. Addy bahkan menyuruh putrinya sendiri menjilat keluarga suaminya.Addyson meremas rambutnya frustasi. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana ia harus menghadapi situasi ini. Sikap buruknya terbongkar di depan mata. Argan dengan jelas melihat bagaimana ia memperlakukan Aliya. Addyson yakin pria itu tidak akan terima. Karena Addyson tahu, saat ini pria

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   117 | Akhir yang Bahagia

    Argan tidak tahu bagaimana bisa istrinya berada di sini. Saat Argan keluar, dia bertemu dengan istrinya yang tengah berkacak pinggang dan menatapnya dengan tajam."Jelaskan padaku!" tegas Aliya."Itu ...." Argan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia sedikit tidak mengerti di bagian mana ia harus menjelaskan."Argan!" pekik Aliya. Dia tidak mau menunggu terlalu lama untuk mendengarkan pria itu bicara. "Cepat jelaskan apa yang kamu lakukan pada Alison! Aku melihatnya menangis tadi.""Ini tidak seperti yang kamu pikir, sayang." Argan menjelaskan dengan hati-hati. "Sebenarnya, tapi kami hanya membicarakan tentang masa lalu. Alison meminta maaf padaku. Karena dia menangis, aku tidak tega dan segera memeluknya. Jangan cemburu.""Aku tidak cemburu!" tukas Aliya menyangkal."Oke. Oke. Aku akan memeluknya lebih sering."Aliya seketika melotot padanya. Argan meringis kecil."Aku bercanda, sayang."Apakah ini saat yang tepat untuk itu? Aliya melengos malas. Meski Alison adalah adikn

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   116 | Menyelesaikan Masa Lalu

    Alison baru akan menjenguk ibunya yang masih berada di rumah sakit. Tapi di salah satu koridor dia bertemu dengan Argan. Pria itu berhenti saat menyadari kehadirannya."Dimana kakakku?" tanya Alison. Dia tidak melihat sosok Aliya di dekat Argan. "Apakah dia tidak ikut?""Tidak. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Argan. Pria itu berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Alison. "Apakah kamu melarikan diri lagi dari suamimu?""Tentu saja tidak," tukas Alison. Dia merenggut. "Max tahu aku datang ke sini. Aku juga sudah meminta ijin padanya.""Itu bagus." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya. "Memang sebaiknya kamu meminta ijin pada suamimu saat ingin pergi kemana pun.""Ku dengar kamu memiliki masalah." Karena bertemu Argan, Alison jadi teringat tentang masalah yang dibicarakan Max kemarin. "Apakah terjadi sesuatu pada Aliya?""Apakah kamu peduli?" Argan tersenyum sinis. "Bukankah kamu senang setiap Aliya celaka?""Aku tidak ingin ribut denganmu sekarang," decak Alison. Walau s

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   115 | Menunda Kehamilan

    Saat ini Alison tengah menikmati makan malam dengan Max di rumah mereka. Tidak ada lagi suasana dingin dan menyesakkan. Hari yang mereka lalui menjadi semakin baik. Terlebih, setelah mereka pindah ke rumah ini."Apa kamu dengar? Katanya keluarga Alfred tengah menghukum seseorang." Max memecah suasana hening di meja makan. Sesekali ia memang akan mengajak istrinya bicara di saat makan kala ia mengingat sesuatu yang ingin ia katakan. Dan berita yang ia dengar ini cukup menarik menurutnya."Menghukum seseorang?" Alison mengernyit. Mulutnya masih bergerak karena makanan yang ia kunyah. "Siapa?""Ku dengar itu salah satu teman Aliya.""Rasanya tidak mungkin." Alison mendengus geli. Ia mengenal dengan baik bagaimana sifat Aliya. Dia mana tega membiarkan temannya sendiri dihukum? Terlebih oleh keluarga Alfred."Sungguh. Aku tidak berbohong."Max bahkan langsung memeriksa kebenaran itu. Bukan karena penasaran, tapi ia jelas harus memastikan berita itu sebelum benar-benar menyampaikannya pada

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   114 | Siapa yang Berani?

    Sejak tadi Aliya menunggu dengan gelisah. Ia khawatir jika kejadian ini akan menjadi masalah besar. Bagaimana jika polisi menangkap suaminya? Aliya tidak ingin itu terjadi. Apalagi saat ini Aliya sedang dalam keadaan hamil. Ia ingin suaminya ada menemani selama anak ini tumbuh dalam perutnya. Aliya ingin suaminya ada saat anak ini lahir ke dunia."Tenanglah, sayang." Mia sudah mengingatkan beberapa kali pada menantunya itu untuk tidak cemas, tapi Aliya tetap saja khawatir. Dia berjalan bolak balik di dekat sofa, menggigit ujung kukunya dengan gelisah. "Percaya pada ibu. Argan akan bisa menangani masalah ini. Bahkan ayah mertuamu juga ada di sana, kan? Semua akan baik-baik saja.""Aku tidak bisa berhenti cemas, Ibu. Sebelum aku tahu jika suamiku memang tidak kenapa-napa," ucap Aliya."Masalah seperti ini biasa terjadi." Mia meminum tehnya dengan santai. Dia tidak terlihat cemas sedikit pun. Berbeda sekali dengan Aliya. "Kamu tahu sendiri kan bagaimana keluarga kami? Kami tidak akan mem

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   113 | Kekacauan

    "Bu, Aliya mana?"Mia menoleh kala mendengar suara putranya bertanya. Tampak Argan yang berdiri di depannya dengan wajah mengantuk. Sepertinya dia baru bangun tidur."Tadi dia meminta ijin untuk keluar sebentar. Katanya ada yang harus ia beli di supermarket."Kedua mata Argan terbuka sempurna. Rasa kantuk sebelumnya kini seolah lenyap seketika."Kenapa Ibu mengijinkannya?!" tanya Argan kesal. "Apa Ibu lupa jika Aliya sedang hamil?""Dia hanya ke supermarket yang ada di seberang jalan. Kenapa kamu begitu khawatir?" balas Mia mengernyit heran.Argan berdecak. Ibunya sama sekali tidak mengerti. Argan kembali ke kamarnya hanya untuk membasuh muka dan menggosok gigi dengan cepat. Dia mengganti pakaian dan bergegas pergi setelah selesai."Argan, kamu mau kemana?" tanya Mia kala melihat putranya itu melintas."Mencari istriku.""Anak itu." Mia menggelengkan kepalanya. "Padahal Aliya hanya ke supermarket. Kenapa dia khawatir begitu?"Argan bergegas ke supermarket yang dimaksud ibunya. Dia mas

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   112 | Salah Paham

    Alison benci saat air mata di wajahnya tidak mau berhenti. Padahal ia bukan perempuan cengeng sejak dulu. Dia bisa mencaci siapa saja yang sudah membuatnya marah atau menyakitinya. Tapi yang Alison lakukan justru pergi dan bersembunyi hanya untuk menangis di kamarnya sendirian."Semua pria sama saja," rutuknya. Air matanya masih saja tidak mau berhenti. Sebanyak apapun Alison menghapusnya, ia tetap mengalir dengan deras. "Max sialan! Seharusnya aku tahu dia brengsek sejak dulu. Bodohnya aku sempat tertipu dengan semua kata-katanya. Pembohong!"Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Di sana Max berdiri dengan keadaan berantakan. Napasnya terengah-engah. Dia menjatuhkan bunga yang dipegangnya. Lalu berjalan ke arah Alison yang duduk di samping ranjang sembari memeluk lututnya.Saat Max semakin mendekat, Alison memalingkan wajah ke arah lain. Dia enggan melihat pria itu."Aku datang ke kampusmu untuk menjemputmu. Kenapa kamu pergi lebih dulu?" tanya Max."Aku tidak tahu." Alison menjawab dengan

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   111 | Sebucket Bunga

    Hari ini Alison kembali masuk kuliah. Dia bersama Sofia tengah berada di kantin, menikmati makanan kecil sebelum kembali mengikuti kelas."Alison, apakah kamu masih berminat untuk menyewa orang?" tanya Sofia.Alison terpaku sesaat. Karena semua masalah besar yang terjadi, ia bahkan melupakan kebencian yang ia miliki pada Aliya, dan tentang Argan juga.Alison juga tidak menyangka ia bisa berseteru kecil dengan pria itu di rumah sakit seperti dua bocah yang bertengkar. Jika diingat kembali, dirinya sangat kekanakan, bukan? Alison hanya tidak suka pada Argan yang sering mengejeknya. Dan dia yang banyak bersikap manja pada Aliya, padahal badannya sudah besar. Maka dari itu Alison mengejeknya dengan sebutan 'bayi besar'."Aku lupa," balas Alison mengedikkan bahunya. "Untuk sekarang sepertinya tidak, Sofia.""Kenapa?!" pekik Sofia, kecewa. Padahal dia sudah menanti apa yang akan dilakukan Alison kali ini. Sofia yakin, jika Alison berani melakukan rencana ini, dia akan berakhir di penjara de

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   110 | Hari yang Baru

    Ini pagi pertama bagi Max dan Alison di rumah baru mereka. Suasana pagi menyambut hangat keduanya. Jika bukan karena jam wacker yang berdering, mereka mungkin tidak akan terbangun saking nyenyaknya tidur."Aku suka suasana pagi ini," ucap Alison baru selesai membersihkan diri. Masih dengan bathrobe di tubuhnya, perempuan itu merentangkan tangannya sembari memejamkan mata di halaman belakang, menikmati udara segar."Sayang, apa kamu melihat kemejaku?" tanya Max mengacaukan kegiatan Alison.Perempuan itu menurunkan tangannya dan mendengus. Dia pun segera menemui suaminya yang baru saja berteriak itu.Saat tiba di kamar, Alison melihat pria itu tengah menggaruk belakang kepalanya, menghadap ke lemari. Dia terlihat bingung menatap jejeran pakaian di depannya."AL-"Max yang baru hendak kembali berseru, seketika mengatupkan mulutnya saat melihat keberadaan istrinya yang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap.Bukannya terlihat menakutkan, saat ini istrinya justru terlihat sexy. Damn!A

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   109 | Rumah Baru

    Alison turun dari mobil, dia menatap rumah yang berdiri di depannya saat ini. Apakah ini akan menjadi tempat tinggal barunya yang bersama Max? Alison sedikit tak percaya jika ayah mertuanya akan menyiapkan semua ini. Padahal Alison sudah siap untuk menerima kemungkinan terburuk. Atas tindakan beraninya tadi, ia pikir akan ditendang dan dipaksa untuk bercerai."Max, apakah ayah marah?" tanya Alison khawatir. Tujuannya pindah ke rumah ini masih dipertanyakan. Meski Max berkata jika ini memang keinginannya dan ayahnya juga sudah memberi ijin, tetap saja Alison tidak bisa bercaya begitu mudahnya. "Apa sebenarnya kita diusir?""Bicara apa kamu ini?" Max terkekeh kecil. Dia menggelengkan kepalanya.Apa Alison khawatir dengan tindakannya sebelumnya? Bukankah tadi dia begitu berani seperti tidak takut akan resiko yang akan ia terima? Lantas kenapa sekarang dia menciut ketakutan?"Ayahku tidak marah sama sekali. Dia tampaknya merasa bersalah." Max mengatakan apa yang ia pikirkan. Ayahnya meman

DMCA.com Protection Status