Semua Bab Pengantin Pengganti Calon Ipar: Bab 61 - Bab 70

117 Bab

61 | Siapa yang Mengantarmu

Argan akan kembali ke rumah sakit untuk menemui istrinya, tapi di perjalanan ia menemukan sosok yang familiar di matanya. Awalnya Argan ingin bersikap abai, tapi sadar jika sosok itu tidak dalam keadaan baik-baik saja, ia akhirnya menghentikan mobilnya di tepi. Lalu turun untuk menemui sosok itu."Alison."Perempuan yang ia panggil itu berbalik. Wajahnya tampak kacau dengan banyaknya air mata di sana. Saat melihat Argan, tangisnya semakin pecah."Argan!" Dia memeluk Argan, menangis kencang.Argan ingin mendorong tubuh perempuan itu. Tapi melihat bagaimana punggung perempuan itu bergetar, ia menjadi tidak tega. Kondisi Alison sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ada apa? Kenapa sampai menangis seperti ini?" tanya Argan. Alison tidak mungkin menjadi seperti ini tanpa alasan. Dia juga hanya berjalan di trotoar, tidak seperti biasanya. "Dimana Max? Apa dia tidak bersamamu?""Mereka menghinaku, Argan. Mereka mencemoohku." Alison bercerita tanpa bisa menghentikan tangisnya. Bahkan suara
Baca selengkapnya

62 | Jagalah Anak Kita

Aliya mendapati suaminya sudah kembali dengan menenteng sebuah plastik berisi pesanan yang ia minta.“Ini, sayang.” Argan memberikan plastik itu pada istrinya. Dengan ekspresi cerah, Aliya menerima dan membukanya.“Terima kasih.” Dia mengeluarkan satu buah jeruk segar dari sana, lalu mulai mengupasnya. “Kenapa lama? Apakah sulit menemukan buah ini?”Aliya kira hanya akan menghabiskan waktu lima belas menit untuk suaminya itu keluar mencari apa yang tengah ia inginkan. Tapi, ternyata Argan kembali setelah setengah jam.“Tadi aku bertemu Alison.”Gerakan Aliya seketika berhenti. Dia menatap Argan meminta penjelasan.“Jangan salah paham. Kami tidak melakukan apapun.” Dengan cepat Argan meluruskan. Dia tidak ingin membuat istrinya memikirkan masalah berat. Lagipula Argan hanya bersikap baik pada Alison. “Aku menemukannya tengah berjalan sendirian di trotoar sembari menangis. Karena simpati, akhirnya aku turun dan menanyakan keadaannya.”“Biar ku tebak. Dia pasti memelukmu, kan?” Aliya bah
Baca selengkapnya

63 | Menantu Kesayangan

Mia tengah sangat senang saat itu. Karena putranya baru saja mengabari jika ia akan datang bersama dengan menantunya. Mia memang sudah mengharapkan mereka kembali berkunjung. Suasana rumah menjadi terasa lebih sepi saat sepasang suami istri itu tidak lagi menginap di rumah ini."Sepertinya kita harus menyiapkan banyak hidangan," ucap Mia pada suaminya.Rendra belum mengatakan apapun untuk menanggapi. Tapi, sebelum ia membuka mulutnya, istrinya bahkan sudah beranjak lebih dulu dan meninggalkannya ke dapur untuk melakukan niatnya.Wanita itu mengangkat tangannya, memanggil para pelayannya tanpa terkecuali. Dia memerintahkan pada mereka untuk bergegas menyiapkan jamuan supaya nanti ketika menantunya tiba, ia bisa segera makan dengan khidmat. Tentu saja mereka mendengarkan dengan sangat baik ketika Nyonya itu bicara. Karena jika mereka salah sedikit saja menangkap maksud ucapannya, mereka bisa menerima hukuman yang membuat mereka menyesal."Berikan menantuku masakan terbaik. Ingat! Jangan
Baca selengkapnya

64 | Kabar Bahagia

Mia menahan pekikan senangnya saat melihat Aliya tiba. Menantunya itu turun dari mobil dengan hati-hati. Segera saja Mia mendekat dan lantas memeluknya."Sayang, Ibu sangat senang mendengar kamu akan kembali berkunjung ke sini."Aliya membalas pelukan hangat ibu mertuanya. Tiap kali datang, Aliya selalu mendapat sambutan hangat semacam ini. Ia tidak pernah menyesal untuk datang. Karena keberadaannya benar-benar terasa diharapkan oleh mertuanya itu."Aku memang sedang ingin bertemu Ibu dan Ayah," balas Aliya. "Untungnya, Argan membawaku ke sini.""Ya, dia harus," balas Mia tegas. "Jika tidak, aku akan menghukum bocah nakal itu."Argan yang sejak tadi hanya diam menyimak kini berdecak malas.Tanpa memperdulikan putranya, Mia membawa Aliya masuk. Sementara Argan menyusul di belakang bersama ayahnya."Sepertinya kalian datang dengan maksud tertentu." Rendra sudah mencium bau mencurigakan dari kedua orang itu. Ketika melirik putranya itu, ia melihat sebuah seringai di wajahnya."Ayah akan
Baca selengkapnya

65 | Cahaya dalam Rumah

Setelah acara makan selesai, Mia dan Rendra mengajak anak serta menantu mereka itu untuk berbincang di ruang tamu. Mereka juga memiliki hal penting yang ingin dikatakan."Sebaiknya tinggal di sini mulai sekarang," ucap Rendra menyarankan. "Seperti yang Argan bilang sebelumnya, kondisi Aliya saat ini rentan. Kami hanya khawatir tidak ada yang bisa menjaga Aliya saat Argan bekerja."Aliya menatap suaminya meminta pendapat, namun Argan masih memperhatikan ayahnya bicara. Karena ia tahu pria itu belum selesai."Dan untuk Aliya, sebaiknya kamu tidak perlu masuk kuliah. Kamu bisa tetap mengikuti kelas secara online," papar Rendra."Apakah memang bisa?" Aliya merasa tidak yakin."Tentu. Akan ayah atur semua untukmu. Tenang saja."Ini adalah cucu pertama Alfred. Tentu saja mereka akan sebisa mungkin menjaga bayi itu hingga ia lahir ke dunia."Aku setuju saja. Lagipula, seharian ini aku memang kepikiran, bagaimana tentang istriku saat aku harus pergi bekerja ke kantor. Siapa yang akan menjagan
Baca selengkapnya

66 | Fakta Tentang Aliya

Mia segera menarik Argan saat melihat putranya itu berjalan sendirian. Argan terlihat kebingungan. Terlebih, saat ibunya melirik sekitar dengan waspada."Ada apa, Bu?" tanya Argan heran."Ada yang ingin ibu tanyakan," ucap Mia. Dia terlihat serius kali ini. "Apa ada sesuatu tentang istrimu yang tidak kamu ketahui?""Maksudnya?" Argan mengernyit. Dia terlihat semakin bingung. Dia sama sekali tidak mengerti. Dan pertanyaan ibunya juga tidak jelas."Ibu hanya heran. Sikap Aliya terlihat dewasa. Tapi dia seperti tidak pernah mendapatkan perlakuan hangat dari orang tuanya," ungkap Mia, memaparkan apa yang ia pikirkan. "Dia selalu mudah tersentuh dengan perhatian yang ibu berikan. Melihat itu, ibu memang merasa senang. Tapi, juga kasihan secara bersamaan. Ibu jadi berpikir, apakah menantuku selama ini hidup dengan baik?""Ibu menyadarinya?" Argan menyunggingkan senyum sinis. Dia memang sudah banyak memperhatikan keluarga Aliya. Bahkan sejak ia masih menyandang status sebagai kekasih Alison.
Baca selengkapnya

67 | Jalan-jalan Malam

Aliya tersenyum merasakan angin yang menerpa wajahnya. Argan ternyata benar-benar menepati janjinya untuk membawanya keluar. Saat ini mereka tengah berada di pantai. Padahal Argan sendiri bilang jika dia khawatir Aliya akan kedinginan ketika udara dingin menerpa kulitnya. Tapi ia justru membawanya ke tempat ini.Laut di depannya tentu akan membuat udara lebih terasa dingin, bukan?“Bagaimana? Apakah kamu senang?” Melihat senyum di wajah istrinya menjadi kepuasan sendiri bagi Argan. Dia senang bisa menjadi alasan bibir itu melengkung ke atas.“Aku senang,” sahut Aliya. Dia menatap suaminya dengan ekspresi cerah. “Terima kasih.”Tubuh Argan menegang saat istrinya tiba-tiba memeluknya. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya ialah yang memeluk Aliya, tapi kini istrinya itu yang memeluknya, bahkan tanpa ia minta. Argan tidak bisa menahan perasaan membuncah di dadanya. Tidak salah ia membawa istrinya itu ke sini, meski awalnya sempat dilanda perasaan ragu. Jika demi membuat istrinya
Baca selengkapnya

68 | Bertemu di Restoran

Aliya turun dari mobil. Argan membawanya ke sebuah restoran sederhana yang menyajikan sate ayam. Dengan semangat ia melangkah masuk hingga melupakan suaminya yang tertinggal di belakang.Argan yang melihat itu hanya bisa menahan senyum geli di wajahnya. Bukannya marah, ia justru merasa gemas melihat ekspresi istrinya saat ini. Dia terlihat seperti gadis kecil yang baru mendapatkan hadiah yang ia inginkan."Argan, ayo!" seru Aliya. Perempuan itu melambaikan tangannya, menyuruh Argan untuk segera menyusul.Argan pun mendekati istrinya itu."Kita cari tempat duduk lebih dulu," ucapnya seraya merengkuh pinggang istrinya. Pandangannya menyapu sekitar, mencari tempat kosong yang cukup nyaman. Di sana memang tidak terlalu ramai. Ada banyak tempat kosong yang bisa menjadi pilihan.Pilihan Argan jatuh pada tempat yang dekat dengan jendela. Di sana tampaknya cukup nyaman. Terlebih, spot itu memperlihatkan langsung pemandangan kota dari luar jendela. Istrinya pasti akan menyukainya."Ayo duduk d
Baca selengkapnya

69 | Cemburu

Aliya tidak bisa menahan perasaan cemburu di dadanya. Sejak Alison datang, adiknya itu langsung memeluk Argan tanpa memperdulikan ia di sana. Perasaan Aliya terasa terbakar. Terlebih, ketika melihat tangan Alison yang memeluk lengan Argan. Sebisa mungkin Aliya bersikap abai, bahkan meski suami Alison datang dan menginterupsi mereka. Tak sekali pun Aliya menolehkan kepala pada mereka. Ia memilih tetap diam sembari memainkan makanannya. Hal itu lebih baik dari pada ia harus melihat bagaimana Alison dan Argan saat ini."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Argan merasa cemas. Sejak meninggalkan restoran, istrinya hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Argan terus berpikir apa yang menjadi masalah? Apakah ia sudah membuat kesalahan tanpa ia sadari?"Jangan mengajakku bicara," pinta Aliya tanpa mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang ia lihat dari jendela mobil."Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Argan hati-hati."Turuti saja apa yang aku katakan," tegur Aliya. Dia be
Baca selengkapnya

70 | Membela Max

Malam ini Argan membiarkan istrinya tertidur dengan lelap. Setelah mendengar apa yang Argan katakan sebelumnya, istrinya itu menangis memeluknya. Aliya tak mengatakan apapun, hingga ia tertidur karena lelah menangis.Argan menyelimuti istrinya itu hingga sebatas dada. Lalu meninggalkan kecupan hangat di keningnya. Dengan perlahan Argan turun dari ranjang. Lalu ia berjalan meninggalkan kamarnya."Apa menantuku baik-baik saja?"Argan terperanjat. Dia mengusap dadanya yang masih berdebar akibat terkejut. Ibunya tiba-tiba saja muncul di depannya dan bertanya."Ibu mengagetkanku," rutuk Argan. Ia bahkan tidak tahu kapan ibunya datang.Mia hanya memutar bola matanya. Dia tidak melakukan apapun, hanya bertanya seperti itu pada putranya. Dimana letak kesalahannya?"Jawab saja pertanyaan ibu. Apa Aliya baik-baik saja?" tanya Mia mendesak."Istriku baik-baik saja. Dia sudah tidur saat ini," jawab Argan seadanya. "Kenapa Ibu ada di sini? Dimana ayah?""Ayahmu sedang di ruang tengah. Seperti bias
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status