Semua Bab Pengantin Pengganti Calon Ipar: Bab 41 - Bab 50

117 Bab

41 | Pertemuan Ini Takdir

Argan dan Aliya memutuskan untuk menginap, karena orang tua Argan yang memaksa. Saat mereka berusaha menolak, Mia terlihat akan marah pada mereka. Karena itu Argan terpaksa membawa istrinya untuk bermalam di sana. Dia tidak ingin membuat ibunya marah. Argan juga harus menjaga nama baik Aliya. Jangan sampai satu kesalahan bisa membuat istrinya itu sampai tidak disukai ibunya lagi.“Tidak apa kan kita menginap?” Argan bertanya sekali lagi pada Aliya yang baru selesai membersihkan diri. Perempuan itu juga masih mengenakan bathrobe di tubuhnya.“Tidak apa,” jawab Aliya, seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ini pengalaman pertamanya menginap di mertua. Rasanya pasti akan sangat berkesan. Aliya tidak keberatan untuk tinggal semalam karena ia merasa cukup nyaman. Orang tua Argan juga menyambut baik dirinya. Apa yang bisa membuat Aliya keberatan dengan permintaan sederhana ibu mertuanya?“Aku senang melihat kamu bisa memiliki hubungan baik dengan ibu.” Dulu, Argan selalu berharap jika
Baca selengkapnya

42 | Calon Suami Gina?

Gina turun dari taksi yang mengantarnya. Baru saja kakinya menapaki tanah, suara seseorang yang tidak ingin ia dengar tiba-tiba terdengar.“Gina!”Tubuh Gina menegang. Ia berbalik dan terkejut melihat Max di sana. Ia sudah tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi, untuk apa dia di sini?“Gina, kamu dari mana saja? Aku sudah lama menunggumu?” tanya Max, memegangi kedua pundak Gina.Gina merasa sangat tidak nyaman. Ia menyingkirkan tangan Max dari tubuhnya.“Mau apa kamu di sini?” tanya Gina tak senang.“Ada yang ingin aku katakan.”“Aku sudah tidak ingin mendengar apapun lagi darimu. Sebaiknya kamu pergi.”“Kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini!” Max menggertakkan giginya menahan marah. Ia menarik tangan Gina kasar hingga perempuan itu memekik kesakitan. “Ingatlah siapa aku. Kamu pikir bisa lepas dengan mudah dariku?”“Lepaskan aku!” rintih Gina, mencoba menarik tangannya kembali. Cengkaraman Max di tangannya sangat kuat. Gina benar-benar merasa sakit. “Ini sakit, Max.”“Bagaim
Baca selengkapnya

43 | Gina Pindah

Gina membawakan minuman untuk Kyle, lalu ia duduk di samping pria itu, menemaninya.“Aku pikir, sebaiknya kamu tidak tinggal di sini lagi,” ucap Kyle, menatap sekitar rumah Gina. Tempat yang Gina tempati saat ini memang cukup nyaman. Namun, terlalu sepi dan berbahaya jika untuk seorang perempuan lajang seperti Gina. Kyle khawatir jika pria gila tadi akan kembali dan mengganggu calon istrinya.“Aku juga berpikir begitu.” Gina menunduk sedih. Sulit baginya meninggalkan rumah ini. Tapi, jika ia tetap tinggal, ia bisa dalam bahaya. “Tapi, ke mana aku harus pindah? Apakah aku harus tinggal di hotel sementara waktu?”Gina tidak mau jika ia harus menumpang pada teman-temannya. Mereka semua kebanyakan masih tinggal bersama orang tua. Terkecuali, Aliya yang kini sudah tinggal bersama suaminya karena telah menikah. Gina juga tidak mungkin meminta bantuan Aliya. Sebisa mungkin, masalah ini ingin ia selesaikan sendiri.“Tidak perlu. Tinggallah denganku,” ajak Kyle. Dia tinggal di unit apartement
Baca selengkapnya

44 | Sarapan Bersama Keluarga Argan

Aliya bangun lebih dulu dari Argan. Saat hendak membangunkan tubuhnya, ia menyadari ada sepasang tangan melingkar yang menahan tubuhnya. Dengan perlahan Aliya menyingkirkannya. Dia melirik suaminya yang masih tertidur lelap. Aliya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.Setelah selesai, Aliya mencoba keluar dari kamar. Mungkin orang tua Argan sudah bangun lebih awal darinya. Jika Aliya bangun kesiangan saat pertama kali menginap di rumah mertuanya ini, ia akan merasa sangat malu.Ketika tiba di dapur, Aliya menemukan ibu Argan yang tengah memasak sesuatu. Aliya memutuskan untuk menghampirinya.“Selamat pagi, Ibu.”“Ah, menantuku.” Mia sedikit terkejut. “Pagi, Nak.” Dia mengukir senyum hangat pada Aliya.“Ibu bersemangat sekali, pagi-pagi begini sudah bangun.” Padahal, Aliya berharap ialah yang bangun paling awal. Ternyata ibu mertuanya bangun lebih cepat darinya. “Atau aku yang bangun kesiangan?”“Tidak.” Mia terkekeh kecil. “Ini bahkan baru pukul setengah ena
Baca selengkapnya

45 | Kunjungan Aliya

Handphone Aliya bergetar. Dia mengambil handphone-nya dari dalam tas dan mengecek sebuah pesan yang masuk. Argan yang saat ini tengah duduk di sisinya melirik sekilas dan bertanya,“Siapa?”“Ayah,” jawab Aliya, melirik padanya sebentar. Dahinya mengkerut membaca kata-kata yang dikirimkan oleh ayahnya.“Apa ada masalah?” Argan bertanya khawatir. Dia menangkap ekspresi tidak biasa di wajah istrinya. “Kenapa wajahmu seperti itu?”“Aku tidak tahu. Ayah menyuruhku untuk pulang.” Aliya menghembuskan napas kasar. Dia merasakan perasaan tidak enak. Apakah telah terjadi sesuatu di rumah sehingga ayahnya meminta Aliya untuk datang? “Argan, aku sedikit khawatir.”“Tenang saja.” Argan mengambil satu tangan istrinya dan menggenggamnya erat. Sementara satu tangannya yang lain masih memegang kemudi mobilnya. “Aku akan bersamamu. Kamu tidak perlu khawatir.”“Apakah tidak apa jika kita menemui orang tuaku lebih dulu? Sebelum kita kembali ke rumah.”“Tentu. Mengapa tidak?” Argan tidak keberatan sama se
Baca selengkapnya

46 | Peringatan Argan

Argan membawa istrinya ke dalam mobil, memintanya untuk menunggu sebentar. Lalu, Argan sendiri kembali menemui keluarga istrinya. Addy yang sempat berpikir Argan dan Aliya telah pergi, berhenti di luar pintu dengan ekspresi tidak tenang.Dia melihat Argan berjalan ke arahnya.“Argan, ayah-““Inikah yang harus didapatkan oleh istriku ketika dia mengunjungi kediaman orang tuanya sendiri?” Argan langsung menyela ketika Addy baru saja bicara. Argan terlampau kesal dengan sikap mereka semua pada Aliya. Dan jika tanpa adanya Argan bersamanya, istrinya pasti akan pulang dalam keadaan terluka. Mengingat kembali hal itu membuat Argan sangat marah. “Dengarkan aku. Jika sekali lagi aku melihat Alison menyakiti istriku, maka Ayah yang harus disalahkan atas itu. Karena dia menjadi seperti itu berkat didikan darimu.”Argan berbalik dan pergi, meninggalkan Addyson yang kini menghela napas tidak berdaya.Ketika ia kembali masuk ke dalam mobil, wajah cemas istrinya menyambutnya.“Apa yang kamu kataka
Baca selengkapnya

47 | Undangan

"Aku sebenarnya tidak terlalu setuju dengan sikap Argan." Aliya bercerita. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Memikirkan kembali kejadian kemarin membuat kepalanya menjadi pening. "Tapi, aku mengerti alasan mengapa dia bersikap begitu. Dia hanya khawatir. Dan di satu sisi, aku juga merasa senang dengan perhatian yang dia berikan.""Menurutku, Argan tidak salah sama sekali," ucap Liora menanggapi."Aku tidak mengatakan jika dia salah.""Ya, aku mendukung Argan." Liora justru senang mendengar bagaimana sikap Argan untuk Aliya. Dia merasa pria itu bisa dipercaya untuk melindungi sahabatnya. Setelah ini, kehidupan Aliya akan menjadi semakin baik karena dia memiliki seorang pria tepat di sisinya. Argan pasti tidak akan siapa pun menyakiti istrinya."Dia mencintaimu," ucap Gina berkomentar. Dia menatap Aliya dengan senyum di wajahnya. "Ku rasa, wajar saja jika dia bersikap seperti itu. Pria mana yang rela melihat perempuan yang mereka cintai diperlakukan dengan buruk?""Bicara tentang
Baca selengkapnya

48 | Rencana Pernikahan

Max berusaha menahan perasaan marahnya. Saat ini orang tuanya tengah berunding perihal pernikahannya dengan Alison. Max tidak bisa berhenti melayangkan tatapan bengis pada perempuan itu.Alison pun tampak sedikit takut. Namun dia berusaha mengabaikan Max dengan memalingkan wajah ke arah lain. Dia memilih memperhatikan kedua orang tua mereka yang tengah serius dengan pembahasannya, dibanding bertemu dengan pandangan Max yang seakan-akan ingin membunuhnya."Bagaimana, Nak? Tema seperti apa yang kamu inginkan dalam pernikahanmu?" tanya Carla pada putranya. Meski ini bukan pernikahan yang mereka inginkan, tetap saja keluarga mereka harus merayakan pesta pernikahan dengan meriah. Mereka akan malu jika pernikahan Max diadakan ala kadarnya. Itu akan membuat banyak orang berspekulasi jika keluarga Morgan telah mengalami kebangkrutan. Morgan dan Carla harus menjaga martabat keluarga mereka."Terserah." Max menjawab tidak peduli. Jika ini pernikahannya bersama Gina, dia mungkin akan antusias me
Baca selengkapnya

49 | Mencoba Menghubungi Argan

Alison mencoba peruntungannya. Dia berusaha menghubungi Argan kembali. Kali ini, untungnya panggilannya bisa tersambung. Alison menahan senyum, menunggu panggilannya dijawab dengan tidak sabar.Sementara Argan melirik handphone-nya yang bergetar di atas meja. Ada nama Alison di sana.Argan meraih benda persegi itu dan nemutuskan untuk menjawab panggilan dari Alison."Argan!" Alison memekik kegirangan. Dia tidak menyangka kali ini Argan akan mau menerima panggilan darinya."Ada apa?" tanya Argan dingin. Dia hanya memberi sedikit kesempatan pada Alison. Jika perempuan itu bicara hal yang tidak penting, maka ia tidak akan segan memblokir nomornya lagi."Aku ... hanya ingin mendengar suaramu," ucap Alison lirih. Dia merindukan sikap lembut Argan padanya. Setelah memutuskan hubungan mereka, sikap Argan menjadi dingin padanya. Seolah ia di sini hanyalah orang lain. Padahal Alison pernah menjadi seseorang yang sangat dipentingkan oleh pria itu. Kenapa semudah itu semua keadaan berubah? Tidak
Baca selengkapnya

50 | Keraguan

Kyle datang ke kampus tempat Gina menimba ilmu. Dia baru sampai dan menghentikan mobilnya di dekat gerbang. Tapi pandangannya menangkap seseorang yang tak asing. Wajah Kyle menjadi tidak senang. Dia bergegas keluar dan mendekati orang itu.Tanpa aba-aba, dia menarik pundak orang itu dengan kasar."Untuk apa kamu datang kemari?"Orang itu terkejut. Dia tidak menduga jika ia akan bertemu dengan pria yang waktu itu mengaku sebagai calon suami Gina."Tentu saja menjemput kekasihku.""Seingatku, Alison tidak kuliah di kampus ini."Max berdecih. Dia tidak tahu dari mana orang itu mengetahui tentang ia dan Alison. Tapi hingga sekarang, Max enggan mengakuinya meski ia sudah akan menikah dengan perempuan itu."Aku menunggu Gina.""Untuk apa menunggu calon istriku?" tanya Kyle, menatap Max dengan dingin. Dia sudah menduga sejak awal. Dia hanya bertanya untuk memastikan. Ternyata Max sama sekali tidak berusaha menutupi niatnya untuk menemui Gina. Padahal kemarin, Kyle sudah memberikannya peringa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status