Home / Pernikahan / Pengantin Pengganti Calon Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pengantin Pengganti Calon Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

117 Chapters

31 | Argan Cemburu

Nial mengukir senyum kecut di wajahnya. Ia berdiri, menjadi bagian dari salah satu orang yang menyaksikan kemesraan Aliya dan Argan di sekitar kampus. Kedatangan mereka cukup mencolok, karena hampir semua orang mengenal siapa Argan.Sikap dan tingkah mereka di kampus membuat banyak orang merasa iri. Nial tidak menampik, kedua orang itu memang terlihat serasi. Jika saja jalan yang mereka lalui untuk bisa bersama bukanlah sebuah perjodohan paksa, Nial sendiri pasti akan mengira jika mereka pasangan yang bahagia.Namun, karena ia mengetahui apa yang tidak orang lain ketahui, ia tidak melihat mereka berdua seperti itu. Aliya mungkin merasa tidak nyaman saat Argan memperlakukannya seperti itu. Nial harus bertanya pada Aliya untuk memastikan. Ia juga penasaran apa yang terjadi pada hari kemarin, di saat Nial mendengar jika Aliya dibawa pergi oleh Alison. Nial sudah berusaha mencari Aliya ke semua tempat, bahkan hingga hari gelap. Tapi, ia tidak menemukannya. Akhirnya Nial berhenti, dan dia
Read more

32 | Terbongkarnya Hubungan Max dengan Alison

“Kemarin, aku sangat khawatir. Saat mendengar dari Liora jika Alison membawamu, aku bergegas pergi dan mencarimu.”Saat ini, Aliya tengah berjalan bersama Nial menuju kelas. Hanya berjalan bersama seperti ini saja tidak mungkin membuat Argan marah, kan? Ini masih bisa dikatakan wajar. Lagipula, Argan juga sudah berjanji jika ia tidak akan terlalu mengekang kebebasan Aliya.“Aku tidak mengerti kenapa kalian bisa sekhawatir itu,” kekeh Aliya. Padahal Alison adalah saudarinya, tapi teman-teman Aliya menganggap Alison seolah ia adalah orang jahat yang bisa saja melakukan sesuatu yang buruk pada Aliya.“Kamu masih bertanya seperti itu, padahal sikapnya sudah terbukti seperti apa.”Ketika Aliya menoleh, ia melihat Nial menunjuk ke arah wajahnya. Aliya ingat jika di wajahnya masih ada bekas tamparan Alison. Meski sudah mulai memudar, tapi bekas itu tidak hilang sepenuhnya. Nial saja masih bisa melihatnya dengan jelas.“Ini bukan apa-apa.” Aliya tersenyum penuh pengertian. Ia tahu Alison hany
Read more

33 | Pria Brengsek

“APA?!” Aliya tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar apa yang ia katakan. “Bagaimana mungkin? Apakah kamu tidak berbohong?”“Kenapa? Apa kamu masih ingin membela saudaramu tersayang itu?” tanya Liora menyindir. Jika membahas tentang keburukan Alison, Aliya selalu melayangkan protes. Dia akan tetap berpihak pada Alison meski ia dalam posisi salah sekali pun.“Maafkan aku, Ay.” Gina menggelengkan kepalanya lemah. “Aku tahu, membicarakan Alison seperti ini sangat tidak pantas. Tapi, aku tidak tahu lagi pada siapa aku bisa menceritakan masalahku.”Gina terlalu hancur. Ia membutuhkan teman-temannya di saat seperti ini. Pengkhianatan yang dilakukan Max meninggalkan luka yang tidak ringan. Gina sendiri yakin jika luka ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh.“Aku menerima sebuah video dimana Max tengah bermesraan dengan Alison. Aku sudah mengeceknya dan itu bukan rekayasa. Itu nyata.”Gina tidak mungkin bertindak gegabah. Sebelum ia mengakhiri hubungannya dengan Max, ia mencari
Read more

34 | Makan Siang Bersama

Aliya melihat Argan berdiri di samping mobil. Pria itu bersandar sembari memainkan handphone. Tidak sedikit orang yang memperhatikan orang itu. Bagaimana tidak? Ia terlalu berpenampilan mencolok. Mobilnya saja yang berharga fantastis terlihat sangat mengkilap jika dibandingkan dengan kendaraan using di sampingnya. Argan membuat banyak orang merasa seperti semut kecil. Mereka yang awalnya merasa percaya diri seketika merasa dirinya bukan lah apa-apa jika dibandingkan dengan pria yang berdiri di dekat gerbang kampus itu.“Argan.” Aliya memanggil.Pria itu mengangkat wajahnya dan mengukir senyum pada Aliya. Kala Aliya mendekat, tangan pria itu merengkuh pinggangnya dan mendaratkan kecupan singkat di pipinya. Tindakan yang ia lakukan membuat wajah Aliya seketika memerah. Ia merutuki sikap Argan yang bertindak semakin menjadi. Padahal mereka saat ini berada di luar, apa Argan sengaja menunjukkan kemesraan seperti ini di depan umum? Aliya mungkin tidak akan masalah jika Argan melakukannya d
Read more

35 | Berkunjung ke Rumah Mertua

Mia menyambut kedatangan menantunya dengan perasaan gembira. Sejak Aliya datang, ia langsung memeluk perempuan itu.“Ibu tidak menyangka kamu akhirnya mau datang ke sini, Nak,” ucap Mia penuh rasa suka cita.Aliaya tersenyum tak enak. Dia melirik Argan dan berkata pada ibu mertuanya, “Maafkan aku, Bu. Argan baru mengajakku hari ini. Aku tidak tahu jika Ibu sudah sering meminta aku datang. Jika aku tahu, aku pasti akan datang saat ibu meminta.”“Tidak boleh,” ucap Argan keberatan. Alasan mengapa ia tidak mengatakan pada Aliya adalah karena ia tidak akan mengijinkan istrinya itu pergi sendirian. Tentu saja ia harus bersama Argan menemui orang tuanya. Meski orang tua Argan tidak akan melakukan apapun pada istrinya, Argan tetap merasa perlu ada dia di saat istrinya datang ke sini. Karena ia berstatus sebagai suami Aliya di sini.“Kenapa?” tanya Mia tak suka.“Dia hanya bisa datang bersamaku. Jika tidak, tidak akan aku ijinkan,” jelas Argan, tak peduli ibunya akan marah atau tidak, Argan h
Read more

36 | Bukan Pria yang Baik

Aliya mengintip di balik gordeng. Dia tertawa kecil melihat suaminya ditegur dan dimarahi oleh ayahnya. Argan memang selalu bersikap semaunya. Karena itu, harus ada seseorang yang mau menegurnya. Untuk saat ini, hanya ayahnya yang bisa membuat Argan menunduk dengan patuh. Pria itu terlihat tidak berdaya di depan ayahnya sendiri. Aliya tidak bisa menahan perasaan geli di perutnya. Melihat Argan seperti ini rasanya cukup lucu.“Apakah menyenangkan menertawai suamimu, sayang?”Aliya berbalik dan tersenyum kaku. Dia tidak sadar kapan pembicaraan Argan dengan ayahnya berakhir. Tahu-tahu pria itu sudah berdiri tepat di belakangnya saat ini.“Sudah selesai, ya?”“Kamu berharap aku dimarahi cukup lama?”“Tidak,” elak Aliya sembari menggaruk pipinya malu. Dia tidak mengira jika aksinya mengintip pria itu akan ketahuan seperti ini. “Aku tadi datang karena ibu menyuruhku memanggilmu. Karena kamu sedang bicara dengan ayah, jadi aku memutuskan menunggu kalian selesai.”“Menunggu atau menertawaiku,
Read more

37 | Max Kacau

Alison mendatangi Max di sebuah bar. Ia datang karena pria itu yang menjadi semakin sulit untuk dihubungi. Padahal Alison membutuhkannya.Saat ia tiba di tempat itu, ia melihat Max di meja bartender dengan keadaan mabuk. Alison pun mendekatinya dan langsung memarahinya.“Max! Apa yang kamu lakukan?!” tanyanya dengan nada membentak. Keadan Max saat ini terlihat sangat kacau dan menyedihkan. Kira-kira apa yang bisa membuat pria itu menjadi seperti ini? Terakhir kali, Alison ingat jika Max masih baik-baik saja.Max menoleh dengan mata sayu. Dia menegakkan tubuhnya dan mendekati Alison.“Gina? Apakah ini kamu?” Dia berjalan hendak memeluk perempuan yang ia kira mantan kekasih yang masih sangat ia cintai itu. Akan tetapi, sebuah tamparan di wajahnya membuat Max sadar jika orang itu bukan seseorang yang ia harapkan.“Sadarlah, bodoh!” maki Alison. “Ini aku, Alison.”Pandangan Max menjadi berubah, tidak seperti sebelumnya. Ada sorot kebencian di pandangan pria itu yang tersirat untuk Alison
Read more

38 | Keputusan Orang Tua Max

Max pulang ke rumahnya saat keadaannya sudah mulai membaik. Meski suasana hatinya amsih kacau dan pikirannya masih dipenuhi oleh Gina, Max tidak bisa terus terpuruk. Dia juga ingat jka ia harus tetap pulan ke rumah supaya orang tuanya tidak terlalu banyak bertanya jika ia menghilang cukup lama.“Max.”Max berhenti melangkah. Ia melihat kedua orang tuanya di ruang tamu.“Kemarilah,” titah ayahnya.Max pun menurut. Ia duduk di kursi lain, tepat di depan orang tuanya.“Ada apa?”Ayahnya tidak menjawab. Ia hanya melempar sebuah amplop coklat ke atas meja. Isi dari amplop itu sedikit keluar dari tempatnya.Kedua mata Max melebar. Ia segera mengambil benda itu dan memeriksa isinya.Benar. Itu adalah foto-foto dirinya bersama Alison. Ini juga bukan foto yang seharusnya dilihat orang tuanya. Karena di sana terlalu vulgar untuk dilihat. Max sendiri merasa malu melihat dirinya di foto itu.“Bukankah dia perempuan yang dulu menjadi kekasih Argan? Apakah kamu memungut bekas sahabatmu sendiri?” ta
Read more

39 | Kenyataan Pahit

Addy tidak bisa untuk tidak terkejut ketika menemukan keluarga salah satu teman terdekat Argan berkunjung ke rumahnya. Morgan juga merupakan rekan kerja Addy, sama seperti Rendra. Hanya saja, hubungan mereka tidak terlalu bagus. Morgan terkenal arogan, meski ia tidak memiliki kuasa yang berpengaruh seperti Rendra, ia kerap kali memandang orang lain dengan rendah.Kini, Addy penasaran apa yang membuat pria itu datang menemuinya. Apakah ia sudah menyinggung pria itu tanpa sadar?“Tidak perlu segan, Addy. Kami datang ke sini dengan maksud baik,” ucap Morgan memulai pembicaraan. Ia tahu pria yang duduk di depannya itu terlalu banyak memikirkan maksud kedatangannya ke sini, hingga wajahnya terlihat begitu pucat.Addy berdehem, mencoba mengusir perasaan canggung yang ada.“Maafkan aku atas sikap tidak sopanku. Aku hanya merasa heran dengan kedatangan kalian yang tidak terduga,” ucap Addy terus terang.“Tentu saja. Kami juga tidak menyangka jika harus menginjakkan kaki ke sini.” Carla menyah
Read more

40 | Terbongkarnya Topeng Alison

Alison kembali ke rumah saat hari sudah melewati tengah malam. Tadinya dia tidak ingin pulang, dia ingin menghabiskan waktu di bar bersama teman-temannya. Tapi, uangnya mulai menipis lagi. Sepertinya Alison harus kembali meminta uang pada Max, supaya ia bisa bersenang-senang lagi.Saat ia berjalan ke arah ruang tamu, Alison terkejut mendapati orang tuanya masih terjaga. Keduanya tengah duduk di sofa seperti sengaja menunggunya.“Ayah, Ibu, kenapa kalian belum tidur?” tanya Alison.“Pertanyaan yang sama juga ingin ibu tanyakan padamu. Kenapa kamu baru pulang, Alison? Apa setiap malam kamu selalu mengendap-endap seperti ini?” Kirana tidak pernah tahu pukul berapa putrinya itu pulang karena dia dan Addy terbiasa tidur di jam sepuluh malam. Mereka juga terbiasa mematikan semua lampu setelah itu. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan Alison karena ia memiliki kunci cadangan untuk masuk saat ia pulang ke rumah. Hanya saja, Kirana tidak pernah tahu kapan tepatnya putrinya itu kembali ke rumah.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status