Share

54 | Pergi ke Pesta

Penulis: Rish Alra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perempuan mana yang tidak tersentuh ketika mendengar kalimat itu? Bahkan Aliya sendiri merasakan semua kekesalan yang awal terkumpul kini menguap tak berbekas. Ia merasa bersalah karena tidak mengerti bagaimana posisi Argan. Seharusnya Aliya tidak memprotes. Dia harusnya bersyukur karena memiliki suaminya yang amat menyayangi dan mencintainya.

"Tidak." Aliya menggelengkan kepalanya. Dia membalas genggaman Argan pada tangannya, dan menatap pria itu dengan perasaan bersalah. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu. Aku terlalu egois hingga tidak bisa mengerti kamu."

"Jangan bicara begitu, sayang." Argan mengusap kepala istrinya itu. Dia berkata demikian bukan demi membalikkan keadaan. Sejujurnya, Argan tidak apa jika Aliya kesal dan melimpahkan kesalahan padanya. Argan pun sadar dirinya menyebalkan. Tapi, dia hanya berusaha menjelaskan pada Aliya mengapa ia bisa bersikap seperti itu. Argan tidak berharap Aliya akan berbalik menyalahkan dirinya sendiri.

"Tidak. Memang aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   55 | Pesan Argan untuk Aliya

    Saat ini Aliya berdiri di depan meja yang di atasnya tersaji berbagai macam hidangan menggugah selera.Aliya sebenarnya sudah meminta ijin pada Gina untuk pulang cepat, tapi sahabatnya itu tidak mengijinkan. Dia meminta Aliya untuk tinggal sebentar. Setidaknya, untuk sekedar mencicipi hidangan yang ada.Aliya tidak mungkin menolak. Karena itu dia di sini, memilih jejeran kue yang tampak begitu cantik. Argan juga berdiri di sisinya, tapi dia lebih banyak memperhatikan Aliya dari pada kue-kue itu."Apa kamu mau?""Itu kelihatan tidak enak," jawab Argan, memandang kue yang disodorkan istrinya tepat di depan wajahnya.Kue itu berlapiskan krim berwarna putih dengan bubuk yang berkilauan di atasnya. Jangan lupakan buah ceri segar yang diletakkan di tengah-tengahnya.Menurut Aliya, kue itu sangat cantik dan imut. Aneh, Argan justru memiliki pendapat yang sangat berbeda dengannya. Mungkin pria itu tidak terlalu menyukai sesuatu yang menggemaskan."Ini cantik.""Lebih cantik kamu."Aliya memut

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   56 | Pesta Pernikahan Alison

    Alison mengedarkan pandangannya. Dia sudah menunggu sejak tadi, tapi orang yang ditunggu sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.Max yang melihat tingkah Alison tampak tidak peduli. Pria itu duduk di kursinya sambil meminum segelas minuman yang diberikan pelayan. Saat ini, pikirannya dipenuhi oleh Gina. Perempuan yang sudah lama menyandang status sebagai kekasihnya itu kini juga tengah melangsungkan pernikahan. Sayang sekali, pria yang menjadi mempelai pengantin pria bukanlah dirinya. Di sini, ia menjadi pengantin pria untuk wanita lain. Takdirnya begitu lucu, dia menjaga Gina selama bertahun-tahun, tapi perempuan itu malah menjadi milik orang lain. Sungguh sial!"Argan!"Max menoleh ketika mendengar pekikan kecil Alison. Perempuan yang menjadi istrinya itu tampak menutup senyum di wajahnya dengan kedua tangan. Dia tampak cerah ketika mendapati mantan kekasihnya datang ke acara ini.Sangat bodoh. Alison masih saja menyimpan perasaan pada Argan. Padahal pria itu sudah jelas-jel

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   57 | Aliya Cemburu

    Argan melirik istrinya yang sejak tadi tidak bersuara. Perempuan itu hanya diam menatap pemandangan di luar jendela. Sementara Argan yang sibuk menyetir enggan membuka suara karena khawatir salah bicara.Tapi, keterdiaman istrinya membuat Argan merasa tidak nyaman. Ia terus menerka-nerka, kira-kira apa yang dipikirkan istrinya saat ini? Apakah Argan sudah melakukan kesalahan yang tidak ia sadari? Tapi apa?"Sayang." Argan memanggil dengan hati-hati, khawatir respon yang ia terima justru tidak menyenangkan.Tapi, ternyata Aliya hanya menoleh padanya seperti biasa. Tak ada emosi sama sekali di wajahnya. Setidaknya dengan itu, Argan bisa sedikit lebih tenang."Ada apa? Apa ada yang kamu pikirkan?""Tidak ada," balas Aliya menggeleng. Dia kembali menatap keluar jendela, enggan melanjutkan pembicaraan dengan Argan. Saat ini yang ingin ia lakukan hanya termenung sendirian. Dia masih memikirkan Alison yang masih menyimpan rasa pada Argan hingga sekarang. Padahal, saudarinya itu sudah menikah

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   58 | Pergi Tanpa Pamit

    Ini pagi pertama Alison bergabung bersama keluarga Morgan. Suasana di ruang makan saat ini tampak tegang. Alison yang tidak terbiasa dengan suara hening ini merasa tidak nyaman. Tidak ada yang bicara diantara mereka. Hanya dentingan sendok yang terdengar. Bahkan cara makan mereka terlihat begitu menjaga etika.Alison jadi merindukan bagaimana suasana rumahnya. Sarapan di rumahnya tidak akan seperti ini. Setidaknya di sana orang tua Alison senantiasa menanyakan tentang harinya, tentang kabarnya. Tidak seperti yang terjadi sekarang. Apakah seterusnya dia akan menemui suasana di meja makan bak di meja hijau?"Makan makananmu dan jangan melamun."Suara teguran dari Morgan membuat Alison tersentak. Suara pria itu juga membuat Max dan Carla ikut menoleh memperhatikan Alison. Morgan bahkan tidak sedikit pun menatap Alison. Bagaimana ia bisa mengetahui jika sejak tadi Alison sibuk termenung?"Makan." Max menggeser piring makan Alison semakin mendekat. Dia tidak ingin membuat Alison dalam masa

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   59 | Hamil?

    "Argan!" Aliya merengek. Sejak tadi pria itu bersikap dingin padanya. Padahal atas kesalahan yang ia perbuat pagi tadi, Aliya sudah meminta maaf. Kenapa pria itu masih saja mengacuhkannya?"Hm." Argan menyahut dengan gumaman. Pria itu tampak sibuk dengan iPad-nya, sambil sesekali menyesap kopi miliknya. Tak sekali pun dia mengalihkan perhatian dari benda di tangannya itu. Tampaknya Argan sengaja ingin membuat istrinya merasa bersalah."Jangan terus mengabaikanku seperti ini." Aliya memelas. Dia tidak senang saat Argan bersikap seperti ini. Biasanya jika Argan marah, dia hanya akan menegur dan memberi peringatan padanya. Tapi Aliya sudah menerima keduanya. Ia juga sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Kenapa Argan malah bersikap seperti ini padanya?"Aku sibuk. Jangan ganggu aku," ketus Argan.Kedua mata Aliya berkaca-kaca. Sontak saja perempuan itu beranjak pergi ke kamarnya sembari mengusap air mata yang jatuh di wajahnya.Argan yang melihat itu menghela napas berat. Sesekali

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   60 | Kemarahan Max

    Alison sangat senang saat ini. Ia memilih jejeran pakaian branded di sekitarnya. Semua terlihat bagus dan memukau. Alison ingin memiliki semuanya. Tapi di antara semuanya, ia harus memilih mana yang paling menarik matanya. Dia tentu tidak ingin membuat Max mendadak jadi bangkrut. Dia tetap harus menjaga pengeluaran supaya tidak membludak.Sementara Max menunggu di salah satu kursi yang disediakan di toko itu, sembari memainkan handphone-nya, atau memperhatikan keadaan sekitar yang semakin ramai. Lalu, pandangannya terpaku pada sosok yang ia temukan berjalan melewati pintu toko itu. Dengan cepat Max keluar untuk mengejar sosok itu."Gina!"Max berseru memanggil. Dia mengedarkan pandangan, mencari mantan kekasihnya di antara banyaknya manusia di sana. Dia tidak boleh kehilangannya. Perasaan rindu di dada Max terasa menggebu. Ingin rasanya dia berlari untuk memeluk perempuan itu. Dimana dia sekarang?Sementara di satu tempat tidak jauh darinya, Gina tengah kebingungan oleh Kyle yang tiba

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   61 | Siapa yang Mengantarmu

    Argan akan kembali ke rumah sakit untuk menemui istrinya, tapi di perjalanan ia menemukan sosok yang familiar di matanya. Awalnya Argan ingin bersikap abai, tapi sadar jika sosok itu tidak dalam keadaan baik-baik saja, ia akhirnya menghentikan mobilnya di tepi. Lalu turun untuk menemui sosok itu."Alison."Perempuan yang ia panggil itu berbalik. Wajahnya tampak kacau dengan banyaknya air mata di sana. Saat melihat Argan, tangisnya semakin pecah."Argan!" Dia memeluk Argan, menangis kencang.Argan ingin mendorong tubuh perempuan itu. Tapi melihat bagaimana punggung perempuan itu bergetar, ia menjadi tidak tega. Kondisi Alison sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ada apa? Kenapa sampai menangis seperti ini?" tanya Argan. Alison tidak mungkin menjadi seperti ini tanpa alasan. Dia juga hanya berjalan di trotoar, tidak seperti biasanya. "Dimana Max? Apa dia tidak bersamamu?""Mereka menghinaku, Argan. Mereka mencemoohku." Alison bercerita tanpa bisa menghentikan tangisnya. Bahkan suara

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   62 | Jagalah Anak Kita

    Aliya mendapati suaminya sudah kembali dengan menenteng sebuah plastik berisi pesanan yang ia minta.“Ini, sayang.” Argan memberikan plastik itu pada istrinya. Dengan ekspresi cerah, Aliya menerima dan membukanya.“Terima kasih.” Dia mengeluarkan satu buah jeruk segar dari sana, lalu mulai mengupasnya. “Kenapa lama? Apakah sulit menemukan buah ini?”Aliya kira hanya akan menghabiskan waktu lima belas menit untuk suaminya itu keluar mencari apa yang tengah ia inginkan. Tapi, ternyata Argan kembali setelah setengah jam.“Tadi aku bertemu Alison.”Gerakan Aliya seketika berhenti. Dia menatap Argan meminta penjelasan.“Jangan salah paham. Kami tidak melakukan apapun.” Dengan cepat Argan meluruskan. Dia tidak ingin membuat istrinya memikirkan masalah berat. Lagipula Argan hanya bersikap baik pada Alison. “Aku menemukannya tengah berjalan sendirian di trotoar sembari menangis. Karena simpati, akhirnya aku turun dan menanyakan keadaannya.”“Biar ku tebak. Dia pasti memelukmu, kan?” Aliya bah

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   117 | Akhir yang Bahagia

    Argan tidak tahu bagaimana bisa istrinya berada di sini. Saat Argan keluar, dia bertemu dengan istrinya yang tengah berkacak pinggang dan menatapnya dengan tajam."Jelaskan padaku!" tegas Aliya."Itu ...." Argan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia sedikit tidak mengerti di bagian mana ia harus menjelaskan."Argan!" pekik Aliya. Dia tidak mau menunggu terlalu lama untuk mendengarkan pria itu bicara. "Cepat jelaskan apa yang kamu lakukan pada Alison! Aku melihatnya menangis tadi.""Ini tidak seperti yang kamu pikir, sayang." Argan menjelaskan dengan hati-hati. "Sebenarnya, tapi kami hanya membicarakan tentang masa lalu. Alison meminta maaf padaku. Karena dia menangis, aku tidak tega dan segera memeluknya. Jangan cemburu.""Aku tidak cemburu!" tukas Aliya menyangkal."Oke. Oke. Aku akan memeluknya lebih sering."Aliya seketika melotot padanya. Argan meringis kecil."Aku bercanda, sayang."Apakah ini saat yang tepat untuk itu? Aliya melengos malas. Meski Alison adalah adikn

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   116 | Menyelesaikan Masa Lalu

    Alison baru akan menjenguk ibunya yang masih berada di rumah sakit. Tapi di salah satu koridor dia bertemu dengan Argan. Pria itu berhenti saat menyadari kehadirannya."Dimana kakakku?" tanya Alison. Dia tidak melihat sosok Aliya di dekat Argan. "Apakah dia tidak ikut?""Tidak. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Argan. Pria itu berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Alison. "Apakah kamu melarikan diri lagi dari suamimu?""Tentu saja tidak," tukas Alison. Dia merenggut. "Max tahu aku datang ke sini. Aku juga sudah meminta ijin padanya.""Itu bagus." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya. "Memang sebaiknya kamu meminta ijin pada suamimu saat ingin pergi kemana pun.""Ku dengar kamu memiliki masalah." Karena bertemu Argan, Alison jadi teringat tentang masalah yang dibicarakan Max kemarin. "Apakah terjadi sesuatu pada Aliya?""Apakah kamu peduli?" Argan tersenyum sinis. "Bukankah kamu senang setiap Aliya celaka?""Aku tidak ingin ribut denganmu sekarang," decak Alison. Walau s

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   115 | Menunda Kehamilan

    Saat ini Alison tengah menikmati makan malam dengan Max di rumah mereka. Tidak ada lagi suasana dingin dan menyesakkan. Hari yang mereka lalui menjadi semakin baik. Terlebih, setelah mereka pindah ke rumah ini."Apa kamu dengar? Katanya keluarga Alfred tengah menghukum seseorang." Max memecah suasana hening di meja makan. Sesekali ia memang akan mengajak istrinya bicara di saat makan kala ia mengingat sesuatu yang ingin ia katakan. Dan berita yang ia dengar ini cukup menarik menurutnya."Menghukum seseorang?" Alison mengernyit. Mulutnya masih bergerak karena makanan yang ia kunyah. "Siapa?""Ku dengar itu salah satu teman Aliya.""Rasanya tidak mungkin." Alison mendengus geli. Ia mengenal dengan baik bagaimana sifat Aliya. Dia mana tega membiarkan temannya sendiri dihukum? Terlebih oleh keluarga Alfred."Sungguh. Aku tidak berbohong."Max bahkan langsung memeriksa kebenaran itu. Bukan karena penasaran, tapi ia jelas harus memastikan berita itu sebelum benar-benar menyampaikannya pada

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   114 | Siapa yang Berani?

    Sejak tadi Aliya menunggu dengan gelisah. Ia khawatir jika kejadian ini akan menjadi masalah besar. Bagaimana jika polisi menangkap suaminya? Aliya tidak ingin itu terjadi. Apalagi saat ini Aliya sedang dalam keadaan hamil. Ia ingin suaminya ada menemani selama anak ini tumbuh dalam perutnya. Aliya ingin suaminya ada saat anak ini lahir ke dunia."Tenanglah, sayang." Mia sudah mengingatkan beberapa kali pada menantunya itu untuk tidak cemas, tapi Aliya tetap saja khawatir. Dia berjalan bolak balik di dekat sofa, menggigit ujung kukunya dengan gelisah. "Percaya pada ibu. Argan akan bisa menangani masalah ini. Bahkan ayah mertuamu juga ada di sana, kan? Semua akan baik-baik saja.""Aku tidak bisa berhenti cemas, Ibu. Sebelum aku tahu jika suamiku memang tidak kenapa-napa," ucap Aliya."Masalah seperti ini biasa terjadi." Mia meminum tehnya dengan santai. Dia tidak terlihat cemas sedikit pun. Berbeda sekali dengan Aliya. "Kamu tahu sendiri kan bagaimana keluarga kami? Kami tidak akan mem

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   113 | Kekacauan

    "Bu, Aliya mana?"Mia menoleh kala mendengar suara putranya bertanya. Tampak Argan yang berdiri di depannya dengan wajah mengantuk. Sepertinya dia baru bangun tidur."Tadi dia meminta ijin untuk keluar sebentar. Katanya ada yang harus ia beli di supermarket."Kedua mata Argan terbuka sempurna. Rasa kantuk sebelumnya kini seolah lenyap seketika."Kenapa Ibu mengijinkannya?!" tanya Argan kesal. "Apa Ibu lupa jika Aliya sedang hamil?""Dia hanya ke supermarket yang ada di seberang jalan. Kenapa kamu begitu khawatir?" balas Mia mengernyit heran.Argan berdecak. Ibunya sama sekali tidak mengerti. Argan kembali ke kamarnya hanya untuk membasuh muka dan menggosok gigi dengan cepat. Dia mengganti pakaian dan bergegas pergi setelah selesai."Argan, kamu mau kemana?" tanya Mia kala melihat putranya itu melintas."Mencari istriku.""Anak itu." Mia menggelengkan kepalanya. "Padahal Aliya hanya ke supermarket. Kenapa dia khawatir begitu?"Argan bergegas ke supermarket yang dimaksud ibunya. Dia mas

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   112 | Salah Paham

    Alison benci saat air mata di wajahnya tidak mau berhenti. Padahal ia bukan perempuan cengeng sejak dulu. Dia bisa mencaci siapa saja yang sudah membuatnya marah atau menyakitinya. Tapi yang Alison lakukan justru pergi dan bersembunyi hanya untuk menangis di kamarnya sendirian."Semua pria sama saja," rutuknya. Air matanya masih saja tidak mau berhenti. Sebanyak apapun Alison menghapusnya, ia tetap mengalir dengan deras. "Max sialan! Seharusnya aku tahu dia brengsek sejak dulu. Bodohnya aku sempat tertipu dengan semua kata-katanya. Pembohong!"Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Di sana Max berdiri dengan keadaan berantakan. Napasnya terengah-engah. Dia menjatuhkan bunga yang dipegangnya. Lalu berjalan ke arah Alison yang duduk di samping ranjang sembari memeluk lututnya.Saat Max semakin mendekat, Alison memalingkan wajah ke arah lain. Dia enggan melihat pria itu."Aku datang ke kampusmu untuk menjemputmu. Kenapa kamu pergi lebih dulu?" tanya Max."Aku tidak tahu." Alison menjawab dengan

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   111 | Sebucket Bunga

    Hari ini Alison kembali masuk kuliah. Dia bersama Sofia tengah berada di kantin, menikmati makanan kecil sebelum kembali mengikuti kelas."Alison, apakah kamu masih berminat untuk menyewa orang?" tanya Sofia.Alison terpaku sesaat. Karena semua masalah besar yang terjadi, ia bahkan melupakan kebencian yang ia miliki pada Aliya, dan tentang Argan juga.Alison juga tidak menyangka ia bisa berseteru kecil dengan pria itu di rumah sakit seperti dua bocah yang bertengkar. Jika diingat kembali, dirinya sangat kekanakan, bukan? Alison hanya tidak suka pada Argan yang sering mengejeknya. Dan dia yang banyak bersikap manja pada Aliya, padahal badannya sudah besar. Maka dari itu Alison mengejeknya dengan sebutan 'bayi besar'."Aku lupa," balas Alison mengedikkan bahunya. "Untuk sekarang sepertinya tidak, Sofia.""Kenapa?!" pekik Sofia, kecewa. Padahal dia sudah menanti apa yang akan dilakukan Alison kali ini. Sofia yakin, jika Alison berani melakukan rencana ini, dia akan berakhir di penjara de

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   110 | Hari yang Baru

    Ini pagi pertama bagi Max dan Alison di rumah baru mereka. Suasana pagi menyambut hangat keduanya. Jika bukan karena jam wacker yang berdering, mereka mungkin tidak akan terbangun saking nyenyaknya tidur."Aku suka suasana pagi ini," ucap Alison baru selesai membersihkan diri. Masih dengan bathrobe di tubuhnya, perempuan itu merentangkan tangannya sembari memejamkan mata di halaman belakang, menikmati udara segar."Sayang, apa kamu melihat kemejaku?" tanya Max mengacaukan kegiatan Alison.Perempuan itu menurunkan tangannya dan mendengus. Dia pun segera menemui suaminya yang baru saja berteriak itu.Saat tiba di kamar, Alison melihat pria itu tengah menggaruk belakang kepalanya, menghadap ke lemari. Dia terlihat bingung menatap jejeran pakaian di depannya."AL-"Max yang baru hendak kembali berseru, seketika mengatupkan mulutnya saat melihat keberadaan istrinya yang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap.Bukannya terlihat menakutkan, saat ini istrinya justru terlihat sexy. Damn!A

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   109 | Rumah Baru

    Alison turun dari mobil, dia menatap rumah yang berdiri di depannya saat ini. Apakah ini akan menjadi tempat tinggal barunya yang bersama Max? Alison sedikit tak percaya jika ayah mertuanya akan menyiapkan semua ini. Padahal Alison sudah siap untuk menerima kemungkinan terburuk. Atas tindakan beraninya tadi, ia pikir akan ditendang dan dipaksa untuk bercerai."Max, apakah ayah marah?" tanya Alison khawatir. Tujuannya pindah ke rumah ini masih dipertanyakan. Meski Max berkata jika ini memang keinginannya dan ayahnya juga sudah memberi ijin, tetap saja Alison tidak bisa bercaya begitu mudahnya. "Apa sebenarnya kita diusir?""Bicara apa kamu ini?" Max terkekeh kecil. Dia menggelengkan kepalanya.Apa Alison khawatir dengan tindakannya sebelumnya? Bukankah tadi dia begitu berani seperti tidak takut akan resiko yang akan ia terima? Lantas kenapa sekarang dia menciut ketakutan?"Ayahku tidak marah sama sekali. Dia tampaknya merasa bersalah." Max mengatakan apa yang ia pikirkan. Ayahnya meman

DMCA.com Protection Status