Semua Bab Suami yang Kuperjuangkan: Bab 71 - Bab 80

149 Bab

Bab 71 Tembakan Pak Ustadz Efendi

"Adit ngobrol dulu yuk sebentar," kata Pak Ustadz setelah selesai ngaji"Iya Pak Ustadz saya siap mendengarkan," kataku segera menghampiri Pak Ustadz. "Namanya ngobrol itu bukan cuma mendengarkan Adit," kata Pak Ustadz seraya tersenyum. "Iya Ustadz saya jawab kalo bisa," jawabku seraya tertawa. "Apa kamu pernah merasa kesulitan karena tidak bersama papahmu lagi?" tanya Pak Ustadz membuka obrolan. "Tentu saja ada Ustadz, melihat mamah kerepotan memikirkan dan mengerjakan segala hal di rumah, itu adalah rasa sulit yang amat besar, apalagi jika saya tidak mampu membantu," ucapku sambil menarik nafas dalam. "Tapi kamu kan selalu membantu mamahmu,dan mamahmu pasti bangga punya anak sepertimu," ucap Pak Ustadz memuji. "Tapi tetap saja terasa kurang Ustadz, meski mamah tidak pernah mengeluh saya tau betul kalau hati dan pikirannya lelah dan kacau," ucapku seraya menghapus air mataku. "Kalau ada orang yang serius mencintai mamahmu, apa kamu akan mendukung mamahmu untuk menikah lagi?" t
Baca selengkapnya

Bab 72 Surprise

"Dalam rangka apa nih, pake makan-makan, emang siapa yang ulang taun," tanya Ibu. "Bukan acara ulang taun Bu, cuma ingin memberi surprise aja," ucapku pada semua orang yang datang. "Surprise untuk siapa Nisa?" tanya Ibu lagi. "Buat mas Bayu dan mbak Sinta?" jawabku seraya menampilkan senyum sinis pada mas Bayu dan mbak Sinta. Kulihat mereka saling pandang dan tampak bingung. "Bagas sama Ani gak datang Nis?" tanya Ibu kecewa. "Nggak Bu mereka memang tidak di undang, ini khusus untuk kita saja," jawabku. "Ya sudah ayo mana surprisenya? Ibu sudah tidak sabar," ucap Ibu girang. "Ini liat Bu," kata mas Ardi sambil menunjukan layar hpnya. "Astaghfirullah... apa maksudnya ini Sinta! Bayu!" bentak Ibu. Mas Bayu dan mbak Sinta hanya saling menatap tanpa berucap apa-apa. "Bisa-bisanya kalian melakukan hal sehina ini, benar-benar memalukan!" bentak Ibu sambil menggebrak meja. "Jelaskan pada Ibu sekarang, apa maksudnya ini! ucap Ibu sambil menuding mas Bayu lalu mbak Sinta. "Jelaskan
Baca selengkapnya

Bab 73 Hanya memuji bukan mencintai

"Kamu apa-apaan si Bay, selama ini kamu begitu memujaku, kenapa sekarang jadi begini, kamu kan gak bisa sehari saja tanpa bercinta denganku," ucap mbak Sinta emosi. "Bukankah kamu yang selalu mengajakku mbak," jawab Bayu tenang. "Aku kan begitu bermaksud untuk memenuhi segala keinginanmu,kebutuhanmu," ucap mbak Sinta dengan suara bergetar. “Aku juga sudah memberikan segala keinginanmu kan, kamu pikir berapa uang yang sudah ku keluarkan untukmu,” jawab mas Bayu. “Aku bahkan tidak pernah memintanya, dan aku menerimanya karna ku pikir kamu memberi karna mencintaiku,dan aku menerima cintamu,” kata mbak Sinta mencak-mencak. "Selama ini aku gak pernah bilang cinta kan, aku hanya memujimu bukan mencintaimu apalagi ingin menikahimu," ucap mas Bayu masih tetap tenang. "Sudahlah, terserah apapun yang akan kalian lakukan,aku sudah tidak perduli, ceraikan saja aku Mas!" ucapku pada mas Bayu. "Ya sudah, kalau itu yang kamu inginkan,aku akan pergi dan besok aku akan mengosongkan toko dan aka
Baca selengkapnya

Bab 74 Minta tolong ke siapa lagi

"Mbak Ani, mbak Ani bisa tolong aku kan," kataku berteriak sambil berlari mendekat ke meja mbak Ani di toko kain miliknya. "Gak usah teriak-teriak Nisa tolong apa?" tanyanya masih sibuk dengan laptopnya. "Pinjemin aku 100 juta mbak?" ucapku memohon. "100 juta? uang semua tuh? buat apa emang?" tanyanya dengan terkejut. "Ya uanglah masa daun 100 juta,Eh, gak 100 tapi dilebihkan buat ngurus ganti nama juga, 100nya buat bayar ke Bayu," kataku lagi. "Bayar ke Bayu, bayar apa?" tanya mbak Ani heran. "Mas Bayu mau menjual tokonya ke orang lain, jadi aku mau bayarin tokonya, biar tetap jadi milikku," ucapku menjelaskan. "Toko yang di rumahmu itu? Emang itu bukan atas namamu, lalu ngapain juga Bayu menjualnya?" ucap mbak Ani heran. "Iya Mbak bukan atas namaku, kami mau bercerai makanya aku butuh uang buat bayarin tuh toko," kataku mengiba. "Bayarin, ngapain, itu juga bakal jadi harta gono gini Nisa, ngapain repot - repot bayarin," kata mbak Ani sambil tersenyum remeh. "Kalau aja bisa
Baca selengkapnya

Bab 75 Cabut kembali kata-katamu

"Kalian sudah mulai urus perceraiannya?" tanya mbak Ani datar. "Belum lah mba, baru juga kemarin kita ribut, kata talak aja belum keluar dari Bayu," jawabku sesenggukan. "Lalu apa yang kamu maksud dengan bercerai?" tanya mbak Ani heran. "Aku minta cerai, trus Bayu bilang dia akan pergi dengan mengosongkan toko dan menjual bangunannya," jawabku menjelaskan. "Saranku si mending kamu minta maaf aja deh Nis, cabut kembali kata-katamu dan minta balikan aja sama Bayu," ucap mbak Ani tanpa beban. "Masa si Mbak, mau ditaruh di mana mukaku," jawabku hampir berteriak. "Dari pada kamu tak ada penghasilan, ditambah lagi kalau kamu gak bisa nyicil bank ntar rumahmu di sita, trus mau apa kamu?" kata mbak Ani tanpa beban. "Kalau di sita aku tinggal di sini aja bareng di rumah mbak Ani, untuk sementara aku numpang hidup ya, aku akan bantu-bantu mbak Ani deh," kataku memberi penawaran. "Gak bisa Nisa, gak ada yang seperti itu," ucap mbak Ani tegas. "Gak ada gimana, aku bahkan bantu mbak Ani s
Baca selengkapnya

Bab 76 Pak Ustadz atau Pak Seno

Kembali ke Sari. "Mah, kalau misal ada laki-laki yang melamar, apa Mamah mau menikah lagi?" tanya Adit tampak ragu. "Gak tau juga Dit, Mamah belum kepikiran tentang itu,kenapa kamu tanya begitu,kamu mau punya Bapak sambung?" tanyaku penasaran. "Sebenarnya tadi sore Pak Ustazd cerita sama Adit, kalau beliau berniat ingin melamar Mamah, Pak Ustadz minta pendapat Adit sekalian minta tolong Adit untuk menyampaikan ke Mamah, tentang keseriusan beliau," kata Adit serius. "Terus kamu jawab apa Dit?" tanyaku seraya menatap dalam mata Adit. "Ya Adit bilang semuanya terserah Mamah, Adit akan dukung apapun keputusan Mamah," jawab Adit seraya menaikan bahunya. "Pak Seno tadi siang juga bilang begitu Dit, ditempat kalian sukuran," kataku ragu. "Bilang... melamar?" tanya Adit sambil melotot. "Iya Dit, kamu jangan melotot gitu dong Mamah jadi takut Mamah merasa jadi tersangka," ucapku sambil tertawa. "Trus Mamah jawab apa?" tanya Adit tak sabar. "Mamah bilang, Mamah belum ada niat untuk me
Baca selengkapnya

Bab 77 Gak butuh suami

"Mamah rasa kamu yang lebih tau ya, kamu kan lebih lama kenal mereka dan kamu juga lebih sering bersama mereka tentu kamu lebih mengerti tentang pribadi mereka, jadi kalau menurut kamu lebih baik yang mana?" tanyaku meminta pendapat Adit. "Keduanya sama-sama baik si, punya kelebihannya masing-masing,” kata Adit sambil nyengir. "Kalau itu mamah juga tau," jawabku pura-pura merajuk. "Kalo Pak Ustadz saleh jadi sepertinya akan bisa jadi imam dan kepala keluarga yang baik,kalau pak Seno supel dia perhatian dan pengertian dia akan jadi teman curhat yang asik,dan bisa jadi ayah yang asik juga," ucap Adit sambil nyengir.“Dan Adit betah juga senang berlama-lama bersama mereka, keduanya memang sudah seperti orang tua bagi Adit,” ucap Adit terlihat bahagia. "Jadi pastinya kalau mau di pilih lebih baik pilih siapa Dit?" tanyaku meminta pendapat Adit. "Ya terserah Mamah, Mamah sukanya sama siapa, buat Adit keduanya sama-sama ok," jawab Adit sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Ketika awal
Baca selengkapnya

Bab 78 Anita kena jambret

"Alhamdulillah pesenan beres tepat waktu,ayo kita pulang Dit," kataku setelah selesai antar pesanan. "Okeh hayuuu," ucap Adit semangat seraya mengangkat Rafif ke pundaknya. “Horee... raja Rafif naik kuda,” sorak Rafif girang. "Raja Rafif sama Mas Adit mau makan apa, kita jajan yuk, mamah tadi di kasih bonus karena mereka puas dengan pesanannya," ucapku semangat. "Baksooo, Rafif mau makan bakso Mah," ucap Rafif girang. "Ok Rafif, kalo Mas Adit gimana mau bakso juga? atau mau yang lain?" tawarku dengan semangat. "Adit mau mie ayam aja Mah, biar satu tempat juga jadi gak perlu bolak balik," jawab Adit. "Kalau kamu mau yang lain juga gak papa Dit, hari ini santai lah pokonya sekalian jalan-jalan kita," tawarku lagi dengan senyum mengembang. "Gak Mah, Adit memang pengen mie ayam," jawabnya dengan senyum lebar sumringah. Aku sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang. Melihat anak-anak bahagia dan tak kekurangan suatu apapun adalah kebahagiaan yang sempurna, aku serasa tak butuh ap
Baca selengkapnya

Bab 79 Anggap saja kita tak pernah bertemu

"Keluarga Ibu Anita," panggil perawat yang keluar dari UGD. "Iya Sus," ucapku seraya mendekat. "Lukanya sudah diperban, sekarang pasien akan dipindahkan ke ruang rawat, anda silahkan selesaikan administrasinya lebih dulu sekalian memastikan kamar yang akan ditempati," ucap perawat sopan. "Sebentar ya Sus, apa pasien boleh di temui?" tanyaku khawatir. Bukan aku tidak mau mengeluarkan uang untuk menolongnya, tapi aku khawatir uangku tidak cukup. "Ya boleh, jika sudah siap silahkan langsung ke bagian administrasi agar pasien segera dipindahkan, saya permisi," ucap perawat seraya mengulas senyum. "Iya terimakasih Sus," jawabku sambil mengangguk. "Anita kamu baik-baik saja," tanyaku seraya mendekat ke Anita di susul anak-anak di belakangku. "Sari, kenapa kamu menolongku sampai sejauh ini, bahkan kamu sampai menungguiku," ucap Anita sambil menahan sakit. "Kenapa aku harus tidak menolongmu, kamu memang perlu di tolong kan, siapapun akan melakukan hal yang sama, ini hanya bentuk simp
Baca selengkapnya

Bab 80 Kita perlu bicara

Tentang Nisa. "Halo.. Mas Bayu sekarang di mana aku mau ketemu?" tanyaku melalui sambungan telepon. "Kalau kamu udah ada uangnya, langsung transfer aja Nis,aku sibuk" jawab mas Bayu. "Aku perlu ketemu Mas, ini tentang Rehan,tidak bisa kalau hanya bicara di telepon, Rehan mau ketemu kamu Mas," ucapku beralasan. “Baiklah aku akan kirim sopir untuk menjemput Rehan,” jawabnya datar. “Aku juga perlu ketemu Mas ada yang harus aku sampaikan, ini penting Mas, tentang Rehan," kataku meyakinkan. "Baiklah ajak Rehan dan kita ketemu di toko dua, limabelas menit lagi aku sampai," jawabnya. "Baiklah aku sama Rehan ke sana sekarang," jawabku. Dan mas Bayu segera menutup telepon tanpa berkata apa-apa lagi. "Rehan... ayo kita siap-siap kita mau ketemu ayah..." ajakku sambil menggandeng tangan Rehan masuk ke kamar. "Asiik.. ketemu ayaaaah... " ucap Rehan girang. "Iya nanti Rehan bilang sama ayah, Rehan kangen banget sama ayah, Rehan pengin bareng-bareng terus sama ayah," ucapku seraya memban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status