Kembali ke Sari. "Mah, kalau misal ada laki-laki yang melamar, apa Mamah mau menikah lagi?" tanya Adit tampak ragu. "Gak tau juga Dit, Mamah belum kepikiran tentang itu,kenapa kamu tanya begitu,kamu mau punya Bapak sambung?" tanyaku penasaran. "Sebenarnya tadi sore Pak Ustazd cerita sama Adit, kalau beliau berniat ingin melamar Mamah, Pak Ustadz minta pendapat Adit sekalian minta tolong Adit untuk menyampaikan ke Mamah, tentang keseriusan beliau," kata Adit serius. "Terus kamu jawab apa Dit?" tanyaku seraya menatap dalam mata Adit. "Ya Adit bilang semuanya terserah Mamah, Adit akan dukung apapun keputusan Mamah," jawab Adit seraya menaikan bahunya. "Pak Seno tadi siang juga bilang begitu Dit, ditempat kalian sukuran," kataku ragu. "Bilang... melamar?" tanya Adit sambil melotot. "Iya Dit, kamu jangan melotot gitu dong Mamah jadi takut Mamah merasa jadi tersangka," ucapku sambil tertawa. "Trus Mamah jawab apa?" tanya Adit tak sabar. "Mamah bilang, Mamah belum ada niat untuk me
"Mamah rasa kamu yang lebih tau ya, kamu kan lebih lama kenal mereka dan kamu juga lebih sering bersama mereka tentu kamu lebih mengerti tentang pribadi mereka, jadi kalau menurut kamu lebih baik yang mana?" tanyaku meminta pendapat Adit. "Keduanya sama-sama baik si, punya kelebihannya masing-masing,” kata Adit sambil nyengir. "Kalau itu mamah juga tau," jawabku pura-pura merajuk. "Kalo Pak Ustadz saleh jadi sepertinya akan bisa jadi imam dan kepala keluarga yang baik,kalau pak Seno supel dia perhatian dan pengertian dia akan jadi teman curhat yang asik,dan bisa jadi ayah yang asik juga," ucap Adit sambil nyengir.“Dan Adit betah juga senang berlama-lama bersama mereka, keduanya memang sudah seperti orang tua bagi Adit,” ucap Adit terlihat bahagia. "Jadi pastinya kalau mau di pilih lebih baik pilih siapa Dit?" tanyaku meminta pendapat Adit. "Ya terserah Mamah, Mamah sukanya sama siapa, buat Adit keduanya sama-sama ok," jawab Adit sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Ketika awal
"Alhamdulillah pesenan beres tepat waktu,ayo kita pulang Dit," kataku setelah selesai antar pesanan. "Okeh hayuuu," ucap Adit semangat seraya mengangkat Rafif ke pundaknya. “Horee... raja Rafif naik kuda,” sorak Rafif girang. "Raja Rafif sama Mas Adit mau makan apa, kita jajan yuk, mamah tadi di kasih bonus karena mereka puas dengan pesanannya," ucapku semangat. "Baksooo, Rafif mau makan bakso Mah," ucap Rafif girang. "Ok Rafif, kalo Mas Adit gimana mau bakso juga? atau mau yang lain?" tawarku dengan semangat. "Adit mau mie ayam aja Mah, biar satu tempat juga jadi gak perlu bolak balik," jawab Adit. "Kalau kamu mau yang lain juga gak papa Dit, hari ini santai lah pokonya sekalian jalan-jalan kita," tawarku lagi dengan senyum mengembang. "Gak Mah, Adit memang pengen mie ayam," jawabnya dengan senyum lebar sumringah. Aku sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang. Melihat anak-anak bahagia dan tak kekurangan suatu apapun adalah kebahagiaan yang sempurna, aku serasa tak butuh ap
"Keluarga Ibu Anita," panggil perawat yang keluar dari UGD. "Iya Sus," ucapku seraya mendekat. "Lukanya sudah diperban, sekarang pasien akan dipindahkan ke ruang rawat, anda silahkan selesaikan administrasinya lebih dulu sekalian memastikan kamar yang akan ditempati," ucap perawat sopan. "Sebentar ya Sus, apa pasien boleh di temui?" tanyaku khawatir. Bukan aku tidak mau mengeluarkan uang untuk menolongnya, tapi aku khawatir uangku tidak cukup. "Ya boleh, jika sudah siap silahkan langsung ke bagian administrasi agar pasien segera dipindahkan, saya permisi," ucap perawat seraya mengulas senyum. "Iya terimakasih Sus," jawabku sambil mengangguk. "Anita kamu baik-baik saja," tanyaku seraya mendekat ke Anita di susul anak-anak di belakangku. "Sari, kenapa kamu menolongku sampai sejauh ini, bahkan kamu sampai menungguiku," ucap Anita sambil menahan sakit. "Kenapa aku harus tidak menolongmu, kamu memang perlu di tolong kan, siapapun akan melakukan hal yang sama, ini hanya bentuk simp
Tentang Nisa. "Halo.. Mas Bayu sekarang di mana aku mau ketemu?" tanyaku melalui sambungan telepon. "Kalau kamu udah ada uangnya, langsung transfer aja Nis,aku sibuk" jawab mas Bayu. "Aku perlu ketemu Mas, ini tentang Rehan,tidak bisa kalau hanya bicara di telepon, Rehan mau ketemu kamu Mas," ucapku beralasan. “Baiklah aku akan kirim sopir untuk menjemput Rehan,” jawabnya datar. “Aku juga perlu ketemu Mas ada yang harus aku sampaikan, ini penting Mas, tentang Rehan," kataku meyakinkan. "Baiklah ajak Rehan dan kita ketemu di toko dua, limabelas menit lagi aku sampai," jawabnya. "Baiklah aku sama Rehan ke sana sekarang," jawabku. Dan mas Bayu segera menutup telepon tanpa berkata apa-apa lagi. "Rehan... ayo kita siap-siap kita mau ketemu ayah..." ajakku sambil menggandeng tangan Rehan masuk ke kamar. "Asiik.. ketemu ayaaaah... " ucap Rehan girang. "Iya nanti Rehan bilang sama ayah, Rehan kangen banget sama ayah, Rehan pengin bareng-bareng terus sama ayah," ucapku seraya memban
“Yeni, tolong temani Rehan beli kue dan es krim di sana," ucap mas Bayu seraya menunjuk arah toko kue. "Rehan, beli es krim sama tante Yeni ya," ajak Yeni seraya menggandeng tangan Rehan. Rehan hanya nurut mengikutinya Saja. "Ayo ke dalam," ucap mas Bayu seraya berjalan ke ruangannya. Dan aku langsung mengikutinya. "Setelah aku pikir baik-baik aku jadi merasa kasihan ke Rehan,” ucapku membuka obrolan setelah masuk ke ruangan.“Tahun ini Rehan masuk SD, setidaknya kita bisa mengantarnya bersama,” kataku setelah duduk di sofa. “Masa kita menyambutnya dengan perpisahan," lanjutku seraya menghirup nafas dalam. "Lalu kamu mau apa?" tanya mas Bayu seraya menyilangkan kakinya dan bersandar. "Aku ingin kita kembali lagi, demi Rehan," jawabku seraya menegakan badanku. "Kembali? Kembali yang seperti apa maksudmu?" tanya mas Bayu sambil menatapku. "Ya kita tak perlu bercerai, kita tetap menjadi suami istri dan semuanya tetap sama seperti sebelumnya," ucapku berharap. "Semua tetap sama
Seminggu kemudian. Tumben mas Bayu jam segini masih belum pergi, lagi ngapain di toko, aku bawain kopi sama pisang goreng pasti seneng. "Mas... Mas Bayu... Fina..., di mana orang-orang," gumamku. Mungkin Mas Bayu di ruangannya.sebaiknya aku langsung masuk ke sana. “Suara apa itu,” batinku ketika sampai di pintu ruangan Mas Bayu. "Kamu luar biasa arimbi," kata mas Bayu dengan suara bergetar. "Ah.. Ah... enak banget Mas.. nikmat..." ucap perempuan yang ada di pangkuan mas Bayu. "Apa-apaan ini Mas!" bentakku. Perempuan itu menghentikan aktifitasnya sejenak. "Bentar ya Nis, tanggung nih udah mau keluar," ucap mas Bayu seraya merubah posisi mereka dengan gaya dogi. "Mas Bayu hentikan!" teriakku. Tapi mereka masih juga meneruskan aktifitasnya. Sampai akhirnya keduanya menjatuhkan diri ke sofa. "Pergi kamu, sana pergi!" ucapku menarik tangan perempuan itu untuk keluar. "Jangan bermain kasar Nisa, kamu bisa dituntut atas dasar penganiayaan jika dia sampai terluka," uca
Sekarang ke Anita. "Mas Bagas aku mau bicara sama kamu," ucapku ketika sudah santai. "Ada apa An," tanya mas Bagas datar. "Kamu tau kan aku sudah berobat kemana-mana untuk kangker serviksku, aku sudah operasi sampai dua kali dan menurut dokter umurku sudah tidak akan lama lagi," kataku mejelaskan pada mas Bagas. "Kamu yang sabar ya, kamu harus tetap semangat melakukan semua rangkaian pengobatannya," ucap mas Bagas menyemangati. "Aku sudah tidak akan mengikuti pengobatan lagi, aku ingin menikmati sisa umurku dengan santai tanpa obat," jawabku semangat. "Tapi kamu tidak boleh putus asa An setiap orang wajib berusaha sampai batas maksimal," kata mas Bagas bijak. "Aku bukan putus asa Mas, aku tidak mau hanya menyibukan diri saja, aku ingin bermanfaat bagi orang lain," ucapku yakin. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" tanya mas Bagas khawatir. "Mas, aku mau minta maaf sama kamu, karena aku telah menghancurkan keluargamu," ucapku sungguh-sunguh. "Mungkin ini sudah menjadi