“Yeni, tolong temani Rehan beli kue dan es krim di sana," ucap mas Bayu seraya menunjuk arah toko kue. "Rehan, beli es krim sama tante Yeni ya," ajak Yeni seraya menggandeng tangan Rehan. Rehan hanya nurut mengikutinya Saja. "Ayo ke dalam," ucap mas Bayu seraya berjalan ke ruangannya. Dan aku langsung mengikutinya. "Setelah aku pikir baik-baik aku jadi merasa kasihan ke Rehan,” ucapku membuka obrolan setelah masuk ke ruangan.“Tahun ini Rehan masuk SD, setidaknya kita bisa mengantarnya bersama,” kataku setelah duduk di sofa. “Masa kita menyambutnya dengan perpisahan," lanjutku seraya menghirup nafas dalam. "Lalu kamu mau apa?" tanya mas Bayu seraya menyilangkan kakinya dan bersandar. "Aku ingin kita kembali lagi, demi Rehan," jawabku seraya menegakan badanku. "Kembali? Kembali yang seperti apa maksudmu?" tanya mas Bayu sambil menatapku. "Ya kita tak perlu bercerai, kita tetap menjadi suami istri dan semuanya tetap sama seperti sebelumnya," ucapku berharap. "Semua tetap sama
Seminggu kemudian. Tumben mas Bayu jam segini masih belum pergi, lagi ngapain di toko, aku bawain kopi sama pisang goreng pasti seneng. "Mas... Mas Bayu... Fina..., di mana orang-orang," gumamku. Mungkin Mas Bayu di ruangannya.sebaiknya aku langsung masuk ke sana. “Suara apa itu,” batinku ketika sampai di pintu ruangan Mas Bayu. "Kamu luar biasa arimbi," kata mas Bayu dengan suara bergetar. "Ah.. Ah... enak banget Mas.. nikmat..." ucap perempuan yang ada di pangkuan mas Bayu. "Apa-apaan ini Mas!" bentakku. Perempuan itu menghentikan aktifitasnya sejenak. "Bentar ya Nis, tanggung nih udah mau keluar," ucap mas Bayu seraya merubah posisi mereka dengan gaya dogi. "Mas Bayu hentikan!" teriakku. Tapi mereka masih juga meneruskan aktifitasnya. Sampai akhirnya keduanya menjatuhkan diri ke sofa. "Pergi kamu, sana pergi!" ucapku menarik tangan perempuan itu untuk keluar. "Jangan bermain kasar Nisa, kamu bisa dituntut atas dasar penganiayaan jika dia sampai terluka," uca
Sekarang ke Anita. "Mas Bagas aku mau bicara sama kamu," ucapku ketika sudah santai. "Ada apa An," tanya mas Bagas datar. "Kamu tau kan aku sudah berobat kemana-mana untuk kangker serviksku, aku sudah operasi sampai dua kali dan menurut dokter umurku sudah tidak akan lama lagi," kataku mejelaskan pada mas Bagas. "Kamu yang sabar ya, kamu harus tetap semangat melakukan semua rangkaian pengobatannya," ucap mas Bagas menyemangati. "Aku sudah tidak akan mengikuti pengobatan lagi, aku ingin menikmati sisa umurku dengan santai tanpa obat," jawabku semangat. "Tapi kamu tidak boleh putus asa An setiap orang wajib berusaha sampai batas maksimal," kata mas Bagas bijak. "Aku bukan putus asa Mas, aku tidak mau hanya menyibukan diri saja, aku ingin bermanfaat bagi orang lain," ucapku yakin. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" tanya mas Bagas khawatir. "Mas, aku mau minta maaf sama kamu, karena aku telah menghancurkan keluargamu," ucapku sungguh-sunguh. "Mungkin ini sudah menjadi
Pov Bagas. "Sari!" Teriak Sinta di depan pintu gerbang sekolah Adit. Semua orang menoleh ke arahnya,tak terkecuali Sari.Aku yang hendak menghampiri Sari jadi berhenti di tempat. "Pasti kamu yang memberikan vidio itu ke mas Ardi kan? kamu lakukan itu supaya mas Ardi menceraikanku, sebab kamu iri padaku karna kamu ditinggal mas Bagas!" teriak Sinta. "Kenapa harus iri, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing," jawab Sari sambil berlalu pergi menuju sekolah. "Eh tunggu, asal kamu tau ya, apapun yang kamu lakukan kamu tidak akan bisa mendapatkan mas Bagas lagi, dia sudah hidup enak bersama Ani!" ucap Sinta ketus. "Aku pun tidak mengharapkan mas Bagas kembali lagi tuh," jawab Sari cuek sambil melanjutkan jalannya. "Gak usah sombong kamu ya," ucap Sinta sambil menarik tangan Sari sampai terjatuh. Rafif pun hampir ikut terjatuh dan sekarang dia menangis ketakutan. Aku segera berlari berniat menolongnya, tapi sudah ada laki-laki yang menolong Sari, dia terlihat akrab dengan Raf
"Assalamu'alaikum," ucapku seraya masuk rumah Anita. "Wa'alaikumussalam,Mas besok ikut ke notaris ya buat tanda tangan," ucap Ani antusias. "Tanda tangan apa An?" tanyaku lesu seraya duduk di sofa ruang tamu. "Sertifikat kepemilikan toko Mas, apa lagi, kamu gimana sih?" kata Ani heran. "Gak usah aja lah, biar aja itu atas namamu," jawabku datar. "Jangan sungkan begitu Mas, aku benar-benar ingin menebus kesalahanku," ucap Ani serius. "Tapi percuma juga, lagipula aku sudah memaafkanmu, dan aku akan tetap bersamamu," jawabku meyakinkan. "Kamu jangan siksa dirimu sendiri Mas, aku tau kamu gak ada cinta sedikitpun untukku,cintamu hanya untuk Sari,bagaimanapun aku berusaha aku tau itu percuma," ucap Ani dengan penuh penekanan di setiap kata."Aku akan berusaha mencintaimu dan akan berusaha menghapus cinta untuk Sari," jawabku frustasi. "Cinta seperti apa yang kamu maksud Mas, bahkan untuk berpura-pura cinta saja kamu gak bisa Mas!" ucap Ani keras. "Tapi Sari sudah menemukan kebahag
"Assalamu'alaikum Sari," ucap Anita masuk ke warungku. "Wa'alaikumussalam," jawabku kaget. "Lancar Sar jualannya?" tanya Ani basa-basi. "Ya Alhamdulillah," jawabku singkat. "Kamu cari siapa An?" tanyaku bingung. "Aku cari kamu, aku ingin bicara sama kamu," ucapnya sopan. "Aku masih harus menunggui jualanku An," jawabku beralasan. Padahal aku gak ada minat ngobrol sama Anita. "Aku beli daganganmu ya Sar, ini semua nasinya di bungkus sama gorengannya dan juga kue-kuenya, aku ingin bagi-bagi ke orang-orang sekitar sini Sar," ucap Ani semangat. "Uangmu memang banyak An, tapi gak perlu sampai begitu lah," ucapku kesal. "Aku memang ingin berbagi Sar, kata Pak Ustadz Efendi kita tidak boleh menghalangi seseorang untuk berbuat baik, justru sebaliknya harus di dukung," ucap Sari bijak. "Kamu kenal Ustadz Efendi?" tanyaku penasaran. "Alhamdulillah sekarang aku ngaji sama beliau baru kemarin si, do'ain ya Sar, biar aku istiqomah sampai ajal menjemputku," ucap Ani sangat meyakinkan. A
"Aku sudah menjalani beberapa oprasi dan rangkaian pengobatan yang sangat panjang, dan dokter menyatakan bahwa umurku sudah tak panjang lagi, aku ingin bertobat Sari aku ingin minta maaf ke kamu juga mas Bagas," ucap Ani pilu. "Aku tau apa yang aku lakukan sangat salah, aku telah menghancurkan hidup kalian, karna itu aku ingin kalian kembali, tolong maafkan aku sebelum aku meninggal, aku mohon Sar," ucap Anita seraya menitikan air mata. "Tapi mas Bagas sepertinya tidak menginginkan itu An," ucapku pasrah. "Tidak begitu Sar, sungguh dia sangat tersiksa bersamaku, dulu aku sangat menginginkan menikah dengannya karena dia sangat perhatian padamu, meskipun dia bersamaku sehari semalam dia bahkan tidak pernah menyentuhmu sedikitpun," kata Ani meyakinkan. "Aku pikir jika aku memberinya banyak uang maka dia akan memilihku dan meninggalkanmu, tapi dia selalu menolak uang dariku kecuali sejumlah penghasilan yang biasa dia dapatkan setiap harinya," Terangnya. "Aku pernah memberinya obat ti
"Kamu salah Sar, sebenarnya kemarin dia hendak menjemput Adit lalu mengantarnya pulang untuk bertemu denganmu," ucap Ani. "Kemarin aku juga ke sekolah Adit kenapa gak ketemu," jawabku tak percaya. "Ketika sampai di sekolah dia mendengar obrolanmu dengan Sinta bahwa kamu tak mengharapkan mas Bagas lagi, kemudian dia juga melihat gurunya Adit yang membelamu dan melindungimu, guru itu terlihat dekat dengan Adit dan juga Rafif," kata Ani menjelaskan. "Jadi mas Bagas pikir kalian benar benar berhubungan serius, karna itu mas Bagas mundur karena takut menghancurkan kebahagiaanmu bersamanya," lanjutnya panjang lebar. "Padahal selama bersamaku sedikitpun dia tak pernah berhenti mencintaimu," kata Ani meyakinkan. "Lalu kenapa gak segera kembali ketika tau kamu hanya pura-pura hamil?" tanyaku memastikan. "Dia bilang, sebelum dia pergi dari rumah, dia ketemu Nisa yang baru saja dari rumahmu, Nisa bilang kamu sedang mengeluh karena Rafif cuma bisa makan kerupuk dan kecap," kata Ani mulai b