Home / Romansa / Suami yang Kuperjuangkan / Bab 79 Anggap saja kita tak pernah bertemu

Share

Bab 79 Anggap saja kita tak pernah bertemu

last update Last Updated: 2023-07-16 19:11:18

"Keluarga Ibu Anita," panggil perawat yang keluar dari UGD.

"Iya Sus," ucapku seraya mendekat.

"Lukanya sudah diperban, sekarang pasien akan dipindahkan ke ruang rawat, anda silahkan selesaikan administrasinya lebih dulu sekalian memastikan kamar yang akan ditempati," ucap perawat sopan.

"Sebentar ya Sus, apa pasien boleh di temui?" tanyaku khawatir.

Bukan aku tidak mau mengeluarkan uang untuk menolongnya, tapi aku khawatir uangku tidak cukup.

"Ya boleh, jika sudah siap silahkan langsung ke bagian administrasi agar pasien segera dipindahkan, saya permisi," ucap perawat seraya mengulas senyum.

"Iya terimakasih Sus," jawabku sambil mengangguk.

"Anita kamu baik-baik saja," tanyaku seraya mendekat ke Anita di susul anak-anak di belakangku.

"Sari, kenapa kamu menolongku sampai sejauh ini, bahkan kamu sampai menungguiku," ucap Anita sambil menahan sakit.

"Kenapa aku harus tidak menolongmu, kamu memang perlu di tolong kan, siapapun akan melakukan hal yang sama, ini hanya bentuk simp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 80 Kita perlu bicara

    Tentang Nisa. "Halo.. Mas Bayu sekarang di mana aku mau ketemu?" tanyaku melalui sambungan telepon. "Kalau kamu udah ada uangnya, langsung transfer aja Nis,aku sibuk" jawab mas Bayu. "Aku perlu ketemu Mas, ini tentang Rehan,tidak bisa kalau hanya bicara di telepon, Rehan mau ketemu kamu Mas," ucapku beralasan. “Baiklah aku akan kirim sopir untuk menjemput Rehan,” jawabnya datar. “Aku juga perlu ketemu Mas ada yang harus aku sampaikan, ini penting Mas, tentang Rehan," kataku meyakinkan. "Baiklah ajak Rehan dan kita ketemu di toko dua, limabelas menit lagi aku sampai," jawabnya. "Baiklah aku sama Rehan ke sana sekarang," jawabku. Dan mas Bayu segera menutup telepon tanpa berkata apa-apa lagi. "Rehan... ayo kita siap-siap kita mau ketemu ayah..." ajakku sambil menggandeng tangan Rehan masuk ke kamar. "Asiik.. ketemu ayaaaah... " ucap Rehan girang. "Iya nanti Rehan bilang sama ayah, Rehan kangen banget sama ayah, Rehan pengin bareng-bareng terus sama ayah," ucapku seraya memban

    Last Updated : 2023-07-17
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 81 Sudah lama tidak menafkahimu

    “Yeni, tolong temani Rehan beli kue dan es krim di sana," ucap mas Bayu seraya menunjuk arah toko kue. "Rehan, beli es krim sama tante Yeni ya," ajak Yeni seraya menggandeng tangan Rehan. Rehan hanya nurut mengikutinya Saja. "Ayo ke dalam," ucap mas Bayu seraya berjalan ke ruangannya. Dan aku langsung mengikutinya. "Setelah aku pikir baik-baik aku jadi merasa kasihan ke Rehan,” ucapku membuka obrolan setelah masuk ke ruangan.“Tahun ini Rehan masuk SD, setidaknya kita bisa mengantarnya bersama,” kataku setelah duduk di sofa. “Masa kita menyambutnya dengan perpisahan," lanjutku seraya menghirup nafas dalam. "Lalu kamu mau apa?" tanya mas Bayu seraya menyilangkan kakinya dan bersandar. "Aku ingin kita kembali lagi, demi Rehan," jawabku seraya menegakan badanku. "Kembali? Kembali yang seperti apa maksudmu?" tanya mas Bayu sambil menatapku. "Ya kita tak perlu bercerai, kita tetap menjadi suami istri dan semuanya tetap sama seperti sebelumnya," ucapku berharap. "Semua tetap sama

    Last Updated : 2023-07-17
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 82 Tersenyum getir

    Seminggu kemudian. Tumben mas Bayu jam segini masih belum pergi, lagi ngapain di toko, aku bawain kopi sama pisang goreng pasti seneng. "Mas... Mas Bayu... Fina..., di mana orang-orang," gumamku. Mungkin Mas Bayu di ruangannya.sebaiknya aku langsung masuk ke sana. “Suara apa itu,” batinku ketika sampai di pintu ruangan Mas Bayu. "Kamu luar biasa arimbi," kata mas Bayu dengan suara bergetar. "Ah.. Ah... enak banget Mas.. nikmat..." ucap perempuan yang ada di pangkuan mas Bayu. "Apa-apaan ini Mas!" bentakku. Perempuan itu menghentikan aktifitasnya sejenak. "Bentar ya Nis, tanggung nih udah mau keluar," ucap mas Bayu seraya merubah posisi mereka dengan gaya dogi. "Mas Bayu hentikan!" teriakku. Tapi mereka masih juga meneruskan aktifitasnya. Sampai akhirnya keduanya menjatuhkan diri ke sofa. "Pergi kamu, sana pergi!" ucapku menarik tangan perempuan itu untuk keluar. "Jangan bermain kasar Nisa, kamu bisa dituntut atas dasar penganiayaan jika dia sampai terluka," uca

    Last Updated : 2023-07-18
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 83 Kembali dan perbaikilah

    Sekarang ke Anita. "Mas Bagas aku mau bicara sama kamu," ucapku ketika sudah santai. "Ada apa An," tanya mas Bagas datar. "Kamu tau kan aku sudah berobat kemana-mana untuk kangker serviksku, aku sudah operasi sampai dua kali dan menurut dokter umurku sudah tidak akan lama lagi," kataku mejelaskan pada mas Bagas. "Kamu yang sabar ya, kamu harus tetap semangat melakukan semua rangkaian pengobatannya," ucap mas Bagas menyemangati. "Aku sudah tidak akan mengikuti pengobatan lagi, aku ingin menikmati sisa umurku dengan santai tanpa obat," jawabku semangat. "Tapi kamu tidak boleh putus asa An setiap orang wajib berusaha sampai batas maksimal," kata mas Bagas bijak. "Aku bukan putus asa Mas, aku tidak mau hanya menyibukan diri saja, aku ingin bermanfaat bagi orang lain," ucapku yakin. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" tanya mas Bagas khawatir. "Mas, aku mau minta maaf sama kamu, karena aku telah menghancurkan keluargamu," ucapku sungguh-sunguh. "Mungkin ini sudah menjadi

    Last Updated : 2023-07-18
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 84 Tak harap mas Bagas kembali

    Pov Bagas. "Sari!" Teriak Sinta di depan pintu gerbang sekolah Adit. Semua orang menoleh ke arahnya,tak terkecuali Sari.Aku yang hendak menghampiri Sari jadi berhenti di tempat. "Pasti kamu yang memberikan vidio itu ke mas Ardi kan? kamu lakukan itu supaya mas Ardi menceraikanku, sebab kamu iri padaku karna kamu ditinggal mas Bagas!" teriak Sinta. "Kenapa harus iri, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing," jawab Sari sambil berlalu pergi menuju sekolah. "Eh tunggu, asal kamu tau ya, apapun yang kamu lakukan kamu tidak akan bisa mendapatkan mas Bagas lagi, dia sudah hidup enak bersama Ani!" ucap Sinta ketus. "Aku pun tidak mengharapkan mas Bagas kembali lagi tuh," jawab Sari cuek sambil melanjutkan jalannya. "Gak usah sombong kamu ya," ucap Sinta sambil menarik tangan Sari sampai terjatuh. Rafif pun hampir ikut terjatuh dan sekarang dia menangis ketakutan. Aku segera berlari berniat menolongnya, tapi sudah ada laki-laki yang menolong Sari, dia terlihat akrab dengan Raf

    Last Updated : 2023-07-19
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 85 Toko itu harus atas namamu

    "Assalamu'alaikum," ucapku seraya masuk rumah Anita. "Wa'alaikumussalam,Mas besok ikut ke notaris ya buat tanda tangan," ucap Ani antusias. "Tanda tangan apa An?" tanyaku lesu seraya duduk di sofa ruang tamu. "Sertifikat kepemilikan toko Mas, apa lagi, kamu gimana sih?" kata Ani heran. "Gak usah aja lah, biar aja itu atas namamu," jawabku datar. "Jangan sungkan begitu Mas, aku benar-benar ingin menebus kesalahanku," ucap Ani serius. "Tapi percuma juga, lagipula aku sudah memaafkanmu, dan aku akan tetap bersamamu," jawabku meyakinkan. "Kamu jangan siksa dirimu sendiri Mas, aku tau kamu gak ada cinta sedikitpun untukku,cintamu hanya untuk Sari,bagaimanapun aku berusaha aku tau itu percuma," ucap Ani dengan penuh penekanan di setiap kata."Aku akan berusaha mencintaimu dan akan berusaha menghapus cinta untuk Sari," jawabku frustasi. "Cinta seperti apa yang kamu maksud Mas, bahkan untuk berpura-pura cinta saja kamu gak bisa Mas!" ucap Ani keras. "Tapi Sari sudah menemukan kebahag

    Last Updated : 2023-07-20
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 86 Siapa yang peduli padamu

    "Assalamu'alaikum Sari," ucap Anita masuk ke warungku. "Wa'alaikumussalam," jawabku kaget. "Lancar Sar jualannya?" tanya Ani basa-basi. "Ya Alhamdulillah," jawabku singkat. "Kamu cari siapa An?" tanyaku bingung. "Aku cari kamu, aku ingin bicara sama kamu," ucapnya sopan. "Aku masih harus menunggui jualanku An," jawabku beralasan. Padahal aku gak ada minat ngobrol sama Anita. "Aku beli daganganmu ya Sar, ini semua nasinya di bungkus sama gorengannya dan juga kue-kuenya, aku ingin bagi-bagi ke orang-orang sekitar sini Sar," ucap Ani semangat. "Uangmu memang banyak An, tapi gak perlu sampai begitu lah," ucapku kesal. "Aku memang ingin berbagi Sar, kata Pak Ustadz Efendi kita tidak boleh menghalangi seseorang untuk berbuat baik, justru sebaliknya harus di dukung," ucap Sari bijak. "Kamu kenal Ustadz Efendi?" tanyaku penasaran. "Alhamdulillah sekarang aku ngaji sama beliau baru kemarin si, do'ain ya Sar, biar aku istiqomah sampai ajal menjemputku," ucap Ani sangat meyakinkan. A

    Last Updated : 2023-07-20
  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 87 Tak mau lagi hidup susah denganku

    "Aku sudah menjalani beberapa oprasi dan rangkaian pengobatan yang sangat panjang, dan dokter menyatakan bahwa umurku sudah tak panjang lagi, aku ingin bertobat Sari aku ingin minta maaf ke kamu juga mas Bagas," ucap Ani pilu. "Aku tau apa yang aku lakukan sangat salah, aku telah menghancurkan hidup kalian, karna itu aku ingin kalian kembali, tolong maafkan aku sebelum aku meninggal, aku mohon Sar," ucap Anita seraya menitikan air mata. "Tapi mas Bagas sepertinya tidak menginginkan itu An," ucapku pasrah. "Tidak begitu Sar, sungguh dia sangat tersiksa bersamaku, dulu aku sangat menginginkan menikah dengannya karena dia sangat perhatian padamu, meskipun dia bersamaku sehari semalam dia bahkan tidak pernah menyentuhmu sedikitpun," kata Ani meyakinkan. "Aku pikir jika aku memberinya banyak uang maka dia akan memilihku dan meninggalkanmu, tapi dia selalu menolak uang dariku kecuali sejumlah penghasilan yang biasa dia dapatkan setiap harinya," Terangnya. "Aku pernah memberinya obat ti

    Last Updated : 2023-07-21

Latest chapter

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 143 Gak akan bertemu lagi

    "Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 142 Lebih baik jika taka ada teman

    "Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 141 Perempuan seperti apa mainannya

    "Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp

DMCA.com Protection Status