Home / Pernikahan / Mempelai Pria yang Tertukar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mempelai Pria yang Tertukar: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

71. Kekecewaan Ganesha.

"Kenapa Ayah dan Ibu tidak setuju lapor polisi? Apa kalian berpikir memang akulah ayah kandung anak ini?" seru Ganesha kesal. Gerahamnya saling beradu menahan emosi. Ia sama sekali tidak menyangka kalau keputusan kedua orang tuanya seperti ini. Demi menyelesaikan masalah anak yang dituduh sebagai anaknya, Ganesha memang mengajak Arimbi menemui kedua orang tuanya. Ganesha ingin bertukar pikiran dengan kedua orang tuanya. "Sabar, Mas. Kita dengar dulu alasan Ayah dan Ibu." Arimbi dengan cepat menahan lengan Ganesha yang bersiap berdiri agar kembali duduk. Arimbi tahu, Ganesha sangat kecewa dengan keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya. Makanya sedari tadi ia terus membujuk Ganesha agar bersabar. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah."Aku tahu, mungkin Ayah dan Ibu sudah terpesona pada sosok anak yang sangat mirip denganku ini. Jadi alam bawah sadar kalian menginginkannya menjadi kenyataan. Tapi ada hal yang Ayah dan Ibu harus ketahui. Di dunia ini banyak sekali orang yang
Read more

72. Saling Percaya.

"Oke. Tidak masalah." Ganesha menuruti keinginan Arimbi. Ia juga ingin mencurahkan isi hatinya. Setelah mendekati ujung jalan yang agak sepi, Ganesha menyalakan lampu tangan kanan. Setelahnya ia melambatkan kendaraan dan berhenti di ujung jalan."Oke, kamu ingin bicara apa. Katakan saja." Ganesha membuka pintu mobil sedikit, agar sirkulasi udara di dalam mobil bertukar. Setelahnya ia membuka safety belt. Begitu juga dengan Arimbi. Pembicaraan mereka berdua pasti akan alot."Baik. Sekarang saya tanya. Apa tujuan Mas mencari orang yang meneror saya?""Karena Mas ingin mengetahui tujuannya menerormu tentu saja.""Oalah... Mas... Mas... kan tujuannya sudah jelas. Dia ingin saya tahu bahwa Mas telah menelantarkan anak yang diduga, ingat ya, Mas. Yang diduga. Artinya belum pasti kalau anak itu adalah anak, Mas. Jadi tujuan Mas mencarinya itu mubazir. Karena Mas sudah tahu jawabannya.""Lantas, maumu apa dalam situasi seperti ini? Menekan Mas untuk mengakui anak yang bukan darah daging Mas?
Read more

73. Memulai Penyelidikan.

"Ponselnya sekarang dalam keadaan tidak aktif. Aktivitas terakhir saat ponsel ini aktif adalah di Panti Asuhan Al Washliyah jalan Malaka." AKP Ronald Marpaung memeriksa dengan teliti titik-titik lokasi yang diperlihatkan perangkatnya.Arimbi dan Ganesha saling berpandangan. Berarti apa yang dikatakan peneror itu bisa jadi benar. Benar dalam artian Mahesa memang tinggal di panti asuhan. Namun belum tentu benar perihal bahwa Mahesa adalah darah daging Ganesha. Saat ini mereka berada di rumah AKP Ronald Marpaung. Polisi yang juga teman baik Ganesha. AKP Ronald biasa menangani masalah cyber crime dalam tugasnya. Kemampuannya dalam bidang IT valid. Untuk itulah Ganesha meminta bantuan Ronald sebagai seorang teman. Bukan sebagai anggota kepolisian. Mereka berdua memang sudah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara pribadi terlebih dahulu. Jikalau ada hal-hal yang memang mengharuskan tindakan hukum barulah mereka akan melapor kepada pihak yang berwajib."Berarti ponselnya ini memang
Read more

74. Menarik Benang Merah.

"Wah, alhamdullilah. Silakan duduk, Bu Dewi. Saya Bu Nani, pemilik panti." Bu Nani berdiri dari kursi. "Kamu buat minuman untuk Bu Dewi ya, Mima?" Bu Nani mengalihkan pembicaraan pada Jemima."Baik, Bu." Jemima pun berlalu. Arimbi masih terkesima. Berkali-kali ia mencuri pandang ke arah Mahesa yang terlihat asik menulis."Sebelumnya sebagai pemilik Panti, saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Dewi yang sudah meluangkan waktu mendatangi Panti Asuhan Al Washliyah ini. Panti memang membutuhkan dana untuk bisa mendukung gizi dan juga masa depan anak-anak di panti ini.""Ah, iya, Bu. Sama-sama. Saya juga berterima kasih karena telah diberikan kesempatan untuk memberikan sebagian rezeki saya untuk anak-anak di sini. Sebelumnya saya minta maaf karena tidak melepas kacamata ya, Bu? Mata saya sedang iritasi." Arimbi memberi alasan. Ia juga dengan cepat mengubah air muka. Dari yang tadinya terkesima menjadi biasa-biasa saja. Ia tidak boleh membuat Bu Nani curiga."Oh tidak apa-apa Bu Dewi. M
Read more

75. Pembuktian.

Rasanya baru kemarin Arimbi dan Ganesha mendatangi rumah sakit ini. Nyatanya sebulan telah berlalu. Waktu itu ia menyambangi rumah sakit sebagai pasien. Tempat yang mereka tuju dulu adalah IGD. Bukan ruang sampling laboratorium seperti ini. Saat ini Arimbi tengah duduk di ruang tunggu ruang sampling. Ia menunggu Ganesha yang sedang diambil sample DNA-nya. Setelah dirinya menyerahkan sample rambut Mahesa, Ganesha juga langsung diambil contoh sample DNAnya. Untuk mengetahui ayah biologis Mahesa, pihak rumah sakit membutuhkan sample DNA-nya. Sample DNA Ganesha diambil dengan cara usap cairan di bagian dalam pipi. Hasilnya nanti akan terlihat dari pembandingan DNA Ganesha dan Mahesa. Apabila nantinya DNA Mahesa cocok dengan penanda genetik Ganesha, itu artinya Mahesa adalah anaknya."Sebenarnya melakukan test DNA maternitas ini hanya membuang waktu dan tenaga saja. Buang-buang uang lagi." Ganesha yang baru keluar dari ruang sampling menggerutu. Petugas lab baru saja selesai mengambil ca
Read more

76. Rencana si Jahat.

"Kalau menangisnya karena bahagia, boleh saja. Tetapi memang tempatnya bukan di sini. Tapi di rumah saja. Kebahagiaan kita cukup kita berdua saja yang tahu. Karena tidak semua orang ikut bahagia melihat kebahagiaan kita. Sebagian besar orang yang sakit, malah benci melihat kebahagiaan manusia lainnya. Sebaiknya kita pulang saja. Kita puaskan hari libur kita berdua dengan quality time di rumah." Ganesha menghela lengan Arimbi. Jikalau pasangan lain pada umumnya menjadwalkan hari Minggu sebagai waktu hangout berdua, mereka malah kebalikannya. Bagi mereka Hari Minggu adalah waktunya quality time berduaan di rumah. Hubungan mereka memang berbeda dengan pasangan kebanyakan. Karena mereka menikah terlebih dahulu baru berpacaran. Bukan sebaliknya."Oke, Mas. Setelah masak temani saya menonton drama Korea ya? Kemarin saya baru menonton sampai episode tiga saja. Masih ada dua belas episode lagi yang belum saya tonton.""Oke, sayang. Mas akan menemani menonton sampai kamu bosan sendiri. Nah, k
Read more

77. Amarah Ganesha.

"Duduknya biasa aja, Rimbi. Kenapa seperti ada ranjau di kursimu?" Ganesha meledek Arimbi. Sedari tiba di rumah kedua orang tuanya Arimbi memang tampak tegang. Begitu juga dengan kedua orang tuanya. Hanya adiknya Seno yang menatapnya dengan tatapan penuh spekulasi. Adiknya ini pasti semangat empat lima ingin melihatnya jatuh."Ayah dan Ibu juga. Mengapa kalian tegang sekali? Kamu juga Seno. Sudah tidak sabar ingin menyaksikan kejatuhanku ya?" Ganesha menghempaskan pinggul di samping Arimbi. Merangkul bahu istrinya santai. Ia heran, yang dicurigai adalah dirinya. Seharusnya yang tegang itu dirinya bukan? Namun suasananya malah terbalik. Semua orang harap-harap cemas, sementara dirinya tenang-tenang saja.Pukul satu siang tadi, kedua orang tuanya meneleponnya. Mereka mengatakan bahwa hasil test DNA telah diantarkan ke rumah mereka. Ganesha pun meminta kedua orang tuanya untuk membuka saja hasilnya jika kedua orang tuanya tidak sabar. Karena dirinya dan Arimbi masih bekerja. Lima jam kem
Read more

78. Penjahat yang Sesungguhnya.

"Beginilah kalau otak ketinggalan di dengkul. Dengar Seno, perbuatan kamu terhadap Nina itu jelas. Kamu tebar pesona padanya. Memberinya harapan dan sama-sama berniat selingkuh tipis-tipis. Sementara aku, aku sama sekali tidak kenal dengan orang yang mengaku aku lecehkan. Aku juga tidak bisa membela diri karena orangnya sudah mati. Tapi aku akan membuktikan padamu dan pada semua orang, bahwa aku akan mengclearkan masalah ini. Lihat saja, tidak ada kejahatan yang sempurna." Ganesha mengamuk. Ia tidak terima dituduh atas sesuatu yang tidak ia lakukan. Saat ini di dalam benaknya ada dua hal yang harus ia clearkan. Pertama, ibu kandung Mahesa berbohong, atau hasil test DNA-nya tidak akurat. Ia akan menyelidiki kedua hal tersebut dengan menggandeng pihak yang berwajib."Aku akan ke panti dan juga rumah sakit bersama Ronald sekarang juga. Aku akan memaksa mayat berbicara dan mengetest ulang hasil test DNA dengan aku melihat sendiri hasilnya. Kalau setelah melakukan dua hal tersebut tetap t
Read more

79. Kebenaran yang Terkuak.

"Saya ingin bertemu dengan Kepala Laboratorium DNA Forensik, dokter Bambang Sugianto yang mengeluarkan hasil test DNA ini." Ganesha meletakkan hasil test DNA dalam amplop putih berlogo ibu dan anak di meja counter rumah sakit. Semalaman ia tidak bisa tidur mengingat peristiwa besar yang terjadi di panti asuhan. Itu membuatnya pagi-pagi sudah mendatangi rumah sakit ini bersama Arimbi. "Baik. Aku mengaku kalau akulah orang yang menggagahi Riri, walau ingatanku samar-samar pada waktu itu. Aku sedang mabuk parah. Tapi kalau memang Mahesa itu anakku, mengapa hasil test DNA ini cocok denganmu, Mas? Aneh bukan?"Ingatan akan bantahan Seno kemarin malam memasuki benak Ganesha. Seno benar. Tentu saja janggal rasanya kalau Mahesa anak Seno, tapi DNA dirinya dan Mahesa 99,9% cocok. Ada yang salah di sini. Untuk itu ia akan berbicara dengan penanggung jawab laboratorium terlebih dahulu, baru ia akan mengulang test kembali. Bukan itu saja. Ia juga berencana untuk melakukan test DNA di beberapa R
Read more

80. Kolaborasi Jahat.

"Lantas, mengapa hasil yang ada pada saya menyatakan hal yang sebaliknya?" Ganesha lega sekaligus marah. Sepertinya ada orang yang ingin menyudutkannya kalam kasus ini. Tetapi siapa dan apa untungnya orang tersebut melakukannya yang tidak ia tahu."Saya sudah berkoordiinasi dengan petugas lab lainnya. Ternyata ada salah satu oknum yang menukar hasil test ini." Walau dalam keadaan sangat marah karena hasil kerjanya dicurangi, dokter Bambang berusaha menjaga nama baik rekannya. Ia terpaksa melakukannya karena permohonan rekanan pemilik rumah sakit, Rudolft Whitehall. Ya, dokter Sandra Whitehall alias anak Rudolf lah yang telah menukar hasil lab entah dengan tujuan apa."Siapa oknum itu, Pak Dokter?" Ganesha tidak mau diberi penjelasan sepotong-sepotong begini. Ia akan mengorek sampai keakarnya. Ia bahkan berniat membawa masalah ini pada pihak yang berwajib."Biarkan kami mengurus masalah intern rumah sakit ini, Pak Ganesha. Bapak jangan khawatir.""Jangan khawatir dokter bilang? Orang y
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status