Home / Pernikahan / Mempelai Pria yang Tertukar / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mempelai Pria yang Tertukar: Chapter 81 - Chapter 90

100 Chapters

81. Hukuman.

"Sebenarnya aku tidak berniat melakukan ini, Sha. Aku bukan orang bodoh. Aku tahu kalau kamu tidak menginginkanku lagi," ungkap Sandra lirih."Lantas, apa yang membuatmu pada akhirnya melakukan hal keji yang melanggar profesi muliamu sebagai seorang dokter? Jangan bilang karena kamu mendapat bisikan dari iblis ya? Karena tingkahmu ini justru membuat iblis keder karena merasa kalah jahat denganmu," ejek Ganesha sarkas. Arimbi meringis. Beginilah sifat Ganesha yang mulai ia kenali. Kalimat-kalimatnya pedas namun akurat. Sehingga membuat lawannya tidak bisa berkelit lagi."Karena rasa benciku pada Arimbi," ungkap Sandra lirih. Tidak ada jalan lain. Ganesha telah membatasi ruang geraknya. Ia tidak bisa mencari alasan lagi. "Benci padaku?" Memangnya aku punya salah apa pada, Mbak? Kita saling kenal juga baru dalam hitungan bulan." Arimbi keheranan. Saat ini dirinya dan Ganesha ada di ruangan direktur rumah sakit. Ancaman Ganesha yang akan melaporkan rumah sakit karena diduga telah mela
Read more

82. Cinta yang Salah.

Satu persatu orang dalam ruangan berjalan keluar. Menyisakan Sandra, Dahlia, Nina, Arimbi dan Ganesha sendiri. Bahasa tubuh mereka semua sangat tegang. Terutama Dahlia. Ia berkali-kali menelan ludah. Ia ingin meminta maaf pada Ganesha, namun tak kuasa. Ia takut diamuk oleh mantan sahabatnya. Ya, mantan. Dahlia yakin, setelah hari ini Ganesha pasti tidak akan mau lagi melihat wajahnya. "Sha, gue... gue... minta maaf." Dengan suara terbata-bata Dahlia memberanikan diri meminta maaf Ganesha. "Kalau Sandra dan Nina yang melakukan kekacauan ini, gue masih mengerti. Itu manusia bedua memang setali tiga uang. Tapi lo. Lo ini sehabat gue, Lia. Kenapa lo tega banget melakukan semua ini pada gue. Kenapa?" Ganesha tiba-tiba saja memukul meja."Sabar, Mas. Sudahlah, tidak usah diingat-ingat lagi kalau hal itu membuat Mas emosi." Arimbi menggenggam buku-buku jari Ganesha di atas meja. Ganesha membalas dengan balik menggenggam tangan Arimbi. Melihat interaksi Arimbi dan Ganesha yang intim membuat
Read more

83. Aktivitas Pernikahan.

Arimbi membuka mata ketika mendengar dering alarm ponselnya. Refleks ia memindai jam di dinding kamarnya. Pukul 06.00 WIB. Setelahnya, Arimbi meringis sendiri. Alarm berbunyi tentu saja waktunya adalag pukul enam pagi, sesuai jam yang telah ia atur sendiri. Untuk apa lagi ia memindai jam dinding bukan? Ganesha kerap menertawai kebiasaan anehnya ini.Perlahan, Arimbi memindahkan lengan Ganesha yang melingkari perutnya. Ia harus segera bangun untuk membuat sarapan sederhana. Ganesha menyukai sarapan pagi dua takup roti panggang selai kacang dan secangkir kopi. "Mau ke mana kamu, Rimbi?" guman Ganesha dengan suara parau. Lengan yang tadinya Arimbi singkirkan telah kembali melingkari pinggangnya. Malah kini makin erat."Mau membuat sarapan pa-- aduh!" Arimbi meringis kesakitan. Kakinya kram saat ia mencoba meregangkan tubuh."Kamu kenapa, Rim?" Kaget mendengar jeritan Arimbi, Ganesha menendang selimut dan memeriksa keadaan Arimbi. Kantuknya seketika lenyap entah ke mana."Kaki saya kra
Read more

84. Bencana.

"Lo seharusnya nggak usah nganterin gue pulang, Rim. Lihat hujan deras. Mana udah malem lagi." Valerie menatap cemas jalanan menuju rumahnya. Saat ini ia berada dalam mobil Arimbi. Karena hujan, Arimbi tidak membolehkannya pulang sendiri. Istimewa rumahnya berada di daerah pemukiman yang relatif sepi. Arimbi takut ia kenapa-kenapa apabila pulang menumpang taksi online."Justru itu. Ini udah malem dan hujan deras makanya gue nganterin lo pulang. Mana rumah lo di ujung kulon lagi. Kalau Rini mah rumahnya deket. Makanya gue okein dia pulang sendiri. Rumah lo yang mana Val?" Sembari menyetir Arimbi menatap deretan rumah yang di depannya. "Itu yang catnya warna biru. Udah lo nurunin gue di sini aja. Biar gue lari-lari masuk ke dalem. Maaf, gue bukannya nggak sopan nggak nyuruh lo singgah ya? Tapi ini udah malem. Stop di sini aja, Rim?" Valerie memberi aba-aba. Arimbi pun menghentikan laju mobilnya."Gue turun ya, Rim? Inget, ntar kalo udah sampe rumah telepon gue. Biar gue tenang." Sebe
Read more

85. Siapa Penjahatnya?

Mobil berwarna putih itu kian mendekat. Arimbi mengangkat tangan. Melindungi matanya yang silau karena sorot lampu mobil yang terang. Dalam gelap, sorot lampu mobil itu jadi terasa sangat menusuk mata. Terdengar suara pintu mobil yang dibuka dikuti sesosok tubuh yang memegangi payung. Setelah pintu mobil ditutup tergesa, sosok berpayung itu segera menghampirinya."Mbak kenapa? Kecelakaan ya?" Sosok berpayung itu ternyata seorang anak remaja berusia kira-kira delapan belas atau sembilan belas tahun."Iya, Dik. Mobil Mbak ditabrak orang. Mbak bisa meminjam ponselmu untuk menghubungi suami Mbak, tidak? Ponsel Mbak kehabisan daya." Di antara suara curah hujan, Arimbi berbicara dengan suara bergetar. Ia ketakutan dan kedinginan."Oh boleh, Mbak. Sebentar ya, ponsel saya masih ada di mobil. Mbak pakai saja payung saya. Biar saya berlari ke mobil," usul sang remaja sembari mengulurkan payung."Tidak usah, Dik. Mbak sudah terlanjur basah. Lagi pula di mobil Mbak juga ada payung. Mbak tadi pa
Read more

86. Menyelidiki si Jahat.

"Rimbi, ke sini sebentar, Sayang." Ganesha melambaikan tangan. Ia ingin mendapat kepastian dari Arimbi. "Bagaimana kejadian awalnya? Kamu gugup karena jarak kendaraan yang terlalu dekat ya?" Ganesha penasaran. "Bukan," Arimbi menggeleng tegas."Saat itu jalanan sangat sepi. Hanya saya seorang di sana. Sebuah mobil Land Cruiser hitam tiba-tiba memepet saya, hingga saya membanting setir ke kanan.""Memepetmu?" Ganesha mengerutkan dahi. Berbagai pemikiran singgah di kepalanya."Ibu yakin kalau Ibu dipepet? Bukan karena Ibu gugup makanya Ibu membanting stir hingga sampai keluar jalan?" petugas polisi ikut menginterogasi."Yakin, Pak. Karena setelah berada di depan saya, mobil itu berbalik dan menabrak bember depan mobil saya. Mobil saya sempat berputar beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar berhenti. Sebelumnya orang itu terus membayangi saya sejak keluar dari mall. Orang itu benar-benar ingin membunuh saya!" Arimbi kembali gemetar mengingat kejadian itu."Tidak apa-apa, Sayang. Tid
Read more

87. Awal Penyelidikan.

"Mas tidak habis pikir, mengapa kamu tidak menceritakan soal orang yang ingin menabrakmu, Rim?"Ganesha masih tidak puas akan keterangan Arimbi perihal orang yang ingin menabraknya. Saat ini mereka telah berada di rumah sakit. Ganesha memang meminta ambulance membawa Arimbi langsung ke rumah sakit. Ia takut kalau ada luka dalam yang tidak Arimbi sadari karena masih syok akan peristiwa tabrakan ini. Dan di sini lah sekarang mereka berada. Arimbi tergolek lemah Di bed pasien UGD menunggu dokter memberikan hasil atas beberapa pemeriksaan lanjutkan atas perintah dokter. Arimbi juga sudah tidak kedinginan lagi, karena pakaian basahnya telah diganti dengan piyama rumah sakit. Arimbi sekarang mual dan pusing. Setelah peristiwa berlalu, shocknya baru mulai terasa sekarang."Waktu itu aku masih yakin tak yakin, Mas," terang Arimbi. Setelahnya ia meringis. Aroma antiseptik yang menguar dari ruangan membuat perutnya kian bergolak. Apalagi saat ia mendengar erangan kesakitan beberapa pasien UDG
Read more

88. Tertangkap Basah!

"Siapa orang yang begitu keji menginginkan kamu celaka ya, Rim? Ibu tidak habis pikir." Bu Ambar mondar-mandir di ruangan Mawar 101. Ketika Ganesha menceritakan bahwa putrinya mengalami kecelakaan, jantungnya serasa berhenti. Dan kini setelah mengetahui putrinya bukan mengalami kecelakaan biasa, melainkan dicelakakan, Bu Ambar semakin ngeri. Salah apa putrinya sampai ada orang yang mendendaminya seperti ini."Rimbi juga tidak tahu, Bu. Tapi Ibu tenang saja. Mas Esha sudah menyerahkan masalah ini pada pihak yang berwajib. Biar pihak yang kompeten saja yang menyelidikinya. "Apa mungkin, Nina? Eh sepertinya tidak deh. Nina itu 'kan tidak bisa menyetir. Atau jangan-jangan salah satu dari mantan pacar Ganesha? Siapa itu yang dokter? Yang sekarang dipecat karena menukar hasil test DNA itu lho?" Bu Ambar menjentik jemari. Terus berupaya menebak-nebak dengan menyebutkan nama-nama yang ia curigai satu persatu."Dokter Sandra maksud Ibu?""Nah iya. Mungkin saja bukan? Atau mungkin itu tuh. Ya
Read more

89. Argumen Nelly.

"Kamu apa-apaan sih, Sha? Menuduhku melakukan hal tidak masuk akal. Aku dari pagi sampai sekarang sibuk di kantor bersama Seno. Jadi aku tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal aneh seperti itu. Saya permisi dulu semuanya. Saya tidak betah dicurigai untuk hal yang tidak mungkin aku lakukan." Nelly mengubah kata ganti aku menjadi saya, merujuk pada suami istri Caturrangga. Baginya menjaga image sopan dan educated itu penting.Nelly membalikkan tubuh. Ia berniat meninggalkan ruangan penuh intimidasi ini secepatnya sebelum ia terpeleset kata."Tunggu dulu, Nell. Kita berpisah saat pulang kantor pukul lima sore tadi. Kita kemudian janjian bertemu di rumah sakit ini untuk menjenguk Mister Tanaka setengah jam lalu. Kamu tidak seharian di kantor bersamaku, Nell." Seno membantah alibi Nelly. Hening."Tapi itu tidak serta merta membuat seseorang bisa menuduhku begitu saja. Apa buktinya kalau aku adalah pengendara mobil Land Cruiser itu? Aku jelas-jelas tidak memiliki mobil jenis itu." Nelly
Read more

90. Karma.

"Mbak bilang ingin memberi saya pelajaran karena saya telah menyakiti Mbak sampai sejauh ini. Saya menyakiti Mbak di mana? Karena Mas Esha? Mbak, saya menikah dengan Mas Esha jauh... jauh sebelum ia bersama Mbak. Malah yang saya tahu Mas Esha itu mantan pacarnya Menik. Tapi saya perhatikan, terhadap Menik, Mbak tidak melakukan apa-apa. Kenapa Mbak bencinya pada saya?" tukas Arimbi heran. "Menik itu tidak merebut Esha dariku. Memang aku duluan yang memang melepas Esha. Aku juga sudah lama tahu kalau Menik memang menyukai Esha. Menik berpacaran dengan Esha pun tidak dengan paksaan. Esha memang menerima cinta Menik dengan kesadarannya sendiri. Mereka berdua tidak salah dalam hal ini. Tapi kamu. Kamu salah karena merebut Seno dariku." Nelly menunjuk wajah Arimbi geram."Karena bulan berikutnya Seno jatuh cinta pada sahabat Menik, sekretaris ayah saya yang kebetulan ikut bersama Menik menjenguk ayah saya yang sedang sakit."Arimbi mulai menghubungkan benang merah kebencian Nelly padanya.
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status