"Ke ruangan saya sebentar ya, Rimbi?" Baru saja menjejakkan kaki ke showroom, Arimbi telah disambut Ivander. Arimbi yang sedianya akan duduk di kursinya mengurungkan langkah. Ia membuntuti Ivander ke ruangannya. "Rimbi, apa kabar, Nak?" Pada saat pintu ruangan Ivander di buka, Arimbi melihat Bu Mirna, ibu Ivander dan Ivana menyapanya sedih. Seperti inilah sikap Bu Mirna setelah tewasnya Ivana. Selalu bersedih karena kehilangan anak perempuan satu-satunya."Baik, Bu. Ibu apa kabar?" Arimbi menyalim tangan Bu Mirna dan duduk di sebelahnya. Sudah lama sekali ia tidak bertegur sapa baik-baik dengan Bu Mirna. Pertemuan terakhir mereka beberapa tahun lalu, masih diwarnai dengan perang dingin. Bu Mirna terus menuduhnya sebagai pembunuh Ivana. Demikian juga dengan Pak kristov, suaminya."Ibu, ya beginilah. Ibu belum bisa sepenuhnya melupakan Vana. Apalagi melihat kehadiranmu. Ibu seolah-olah melihat masa lalu. Di mana kamu selalu menjemput Vana setiap akan mengikuti kegiatan sekolah. Ibu mer
Read more