Home / Pernikahan / WITHERED / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of WITHERED: Chapter 151 - Chapter 160

210 Chapters

151. BUKAN MATI

Zander melirik wanita paruh baya yang mengambil ponselnya kembali lalu pergi setelah berbincang entah apa dengan penjual bubur yang rasanya cocok dengan lidah lelaki sarkastik yang narsis itu. Ia bahkan menatap punggung wanita paruh baya yang cincin permatanya berkilau sendu, sampai mobil yang dimasuki Wulan menjauh dan membaur dengan mobil lain lalu menghilang dari pandangan."Thanks, Ma'am, Sir. Bubur. Enak," ucap Zander menunjukan dua jempolnya untuk sepasang pasutri yang tersenyum. "Sama-sama, Sir," jawab pak Sutarno sementara istrinya tersenyum."Jangan lupa mampir lagi, Sir," tambah bu Sumirah berharap bule yang datang lagi ke warungnya ini paham apa yang ia ucapkan.Zander pergi, kembali masuk ke dalam taksi yang meninggalkan pasutri penjual bubur enak yang rasanya juara."Di sini lagi musim hujan, Sir, akhir bulan ini lagi puncak-puncaknya," ucap supir taksi dengan bahasa Inggris seadanya. "Apa di Amerika juga ada musim hujan, Sir?"Lelaki yang melajukan kendaraanya itu tida
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

152. SISI LAIN ARGA

"Aku hanya jatuh, bukan mati.""Kumohon jangan bercanda, Ibu."Anna terkekeh mendengar protes yang diucapkan Arga. Wanita paruh baya ini lalu menarik nafasnya dalam, menatap anak yang dahulu penuh luka sayatan di sekujur tubuhnya, sudah tumbuh begitu besar bahkan lebih tinggi darinya. "Ibu mau ke kamar mandi, bisa kau membantuku?""Aku bahkan akan mengantarkan ibu kemana pun," jawab Arga berdiri lalu membantu wanita tua yang ternyata bisa membuat Arga merasa terkejut. 'Apa ibu sudah seringkih ini?' batin lelaki yang memapah ibunya masuk ke dalam kamar mandi."Aku tak percaya Iyah memanggilmu hanya karena hal sepele.""Jatuh di kamar mandi bukan hal sepele, Bu. Apa ibu yakin tak perlu periksa?""Aku seorang dokter, Arga, kalaupun bukan dokter, aku lebih tahu apa yang tubuhku rasakan.""Tapi ibu hanya doketer spesialis kandungan bukan dokter tulang."Anna melirik putranya, "jaga ucapanmu anak muda," dan kalimat itu membuat Arga tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang begitu rapi
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

153. TEMPAT SEHARUSNYA

Lelaki yang sama sekali tak bisa tidur itu membuka matanya yang sengaja ia pejamkan. Matahari sudah nampak pun, suara kehidupan dimulai. Ditatapnya potret Arini yang sudah ia satukan dengan selotip. Sementara benaknya melihat wanita mungil yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. "Sebaiknya aku mandi." Ucap Arga bangkit dari ranjang dingin kamar luas yang sudah menjadi kamarnya sejak pertama kali ia datang. Zreess! Suara air shower yang mengalir, terdengar sampai akhirnya Arga keluar hanya dengan handuk melingkar di pinggang. Meski wajah Arga mulus, begitu banyak bekas luka yang tidak samar di tubuhnya yang hanya berbalut selembar handuk.Seolah tubuh Arga yang berdarah-darah saat usianya yang masih begitu kecil, memilih untuk tak menunjukan luka pada rupa Arga yang bisa menunjukan tawa semau hati, sekalipun ia tidak merasa senang. Tapi, menyisakan bekas pada permukaan lain selain wajah.Tangan Arga meraih pakaian dari lemari. Ia melepas handuk yang melilit di pinggang dan tak
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

154. TUJUAN ARGA

Bangsal VIP itu sepi sekalipun ada tiga manusia di dalamnya. Seorang bocah lelaki yang masih lelap tertidur, seorang wanita yang masih belum membuka matanya, juga seorang lelaki yang tidak bisa menyambut bunga tidur kecuali mimpi yang membuatnya bangun dengan nafas tersengal dan rasa kaget yang membuatnya langsung melihat wajah sang istri yang tangan hangatnya, membuat wajahnya menunjukkan kelegaan."Yang," ucap Ken menyentuh pipi Arini yang wajahnya sudah kembali merona, sekalipun bibir wanita mungil itu masih kering dan Ken meneteskan sedikit air setiap beberapa saat.Lelaki yang sorot matanya terlihat lelah itu menatapi wajah Arini, istrinya, wanita yang pergi tanpa pesan atau pamit. Tidak lima tahun lalu, tidak juga seminggu yang lalu. Wanita mungil yang kembali tapi tidak ingin pulang ke rumah mereka. Rumah yang tampak malu karena potret-potret penuh tawa seakan mengejek isinya, dirinya juga kebodohan yang tidak ia sadari karena lima tahun lalu, Arini yang pergi dengan menunduk
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

155. ANTUSIASME YANG MEMALUKAN

Tok! Tok! Tian menatap pintu yang tidak terbuka sementara suara Banyu masih terdengar berceloteh dari dalam kamar mandi. Nampaknya, siapapun yang sedang berkunjung tak akan mau masuk sendiri kecuali dipersilahkan. Tian berdiri, mengahampiri tamu yang pasti berkunjung untuk bertemu dengan Arini. "Saya harap siapapun yang berdiri di depan pintu bukan nona Anggita ataupun mertua Anda, nyonya."Namun, mata Tian tetap menatap kaget saat menyadari siapa yang datang berkunjung."Selamat pagi," sapa Arga menunjukkan senyum ramah yang keramahannya diakui Tian meski ada sebagian dari dirinya mengatakan lelaki di hadapannya ini mirip sekali dengan lelaki yang seakan ingin menyobek jendela mobilnya yang waktu itu mengekori Arini dengan jarak."Selamat pagi," jawab Tian yang juga pandai menyembunyikan apa yang ia rasakan, meski jantungnya berdetak keras."Mencari siapa?" "Saya kenalannya nyonya Arini."'Kenalan?' batin Tian yang kesadarannya fokus pada kamar mandi berisi Banyu dan Ken."Boleh
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

156. DUA HELAI RAMBUT ARINI

Lelaki dengan pandangan mengintimidasi itu hanya diam menatapi kamar kecil yang penyewanya sudah pergi. Sedangkan wanita bertubuh tambun yang rambutnya dipenuhi roll rambut warna merah muda, tersenyum lebar menahan rasa groginya."Penghuni kamar ini sudah keluar dan hanya pamit pada satpam, benar-benar gadis yang tidak tahu tatakrama."Manik hijau keemasan Rexy hanya melirik wanita gemuk yang dasternya bahkan tak mampu menutupi paha."Apa saya bisa bertemu dengan satpam itu, Bu?" Begitu fasih Rexy berucap dalam bahasa, sampai membuat wanita bertubuh tambun di sampingnya tak lagi merasa kecil karena tidak bisa berbahasa asing kecuali bahasa ibu dan bahasa Indonesia."Ten- tentu saja bisa, Mas- Mister," ucap bu Bambang ragu dengan panggilan yang ingin ia ucapkan untuk bule di sampingnya ini."Mari saya antarkan ke rumah pak Dayat," ucap Bu Bambang mengajak Rexy keluar dari gedung dua lantai. Rumah kost yang salah satu kamarnya tak jadi terisi karena wanita mungil yang membayar uang sew
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

157. RUMAHKU

Ada yang salah dengan diriku. Aku tahu itu. Hanya saja, mungkin aku tidak ingin mengakui. "Selamat pagi, Nyonya," sapaan ramah dari dokter Rum yang datang dengan asistennya itu membuatku mengangguk."Bagaimana kabar anda hari ini?" Tambahnya yang datang untuk melakukan hal sama. Mengecek keadaanku yang tangannya tak lagi ditusuki jarum infus.Aku hanya mengangguk dan wanita berkerudung itu tersenyum tanpa memberikan komentar pada reaksiku. Sementara asistennya melakukan hal sama. Memastikan tekanan darah dan suhu badanku normal. "Apa nafsu makan Anda sudah kembali, Nyonya?"Aku hanya memberi anggukan kecil, meski aku tak bisa menikmati rasa apapun yang masuk ke dalam mulut. "Apa ada yang ingin anda keluhkan hari ini?"Aku yang tangannya saling menyatu menatap wanita berkerudung yang senyumnya begitu murah. Bahkan, seakan-akan diobral pada siapa saja termasuk diriku. Wanita yang masih di rawat, meski tanganku tak lagi ditusuki jarum infus.Hari ini tepat satu minggu sejak aku sadar,
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

158. APA YANG HARUS KULAKUKAN, TUHAN?

Deg deg! Deg deg! Deg deg!Aku yang masih berdiri di dalam lift yang pintunya terbuka lebar, bisa mendengar suara jantungku sendiri yang bertalu-talu.Punggungku terasa begitu dingin bahkan rasa dinginnya lebih menusuk di bandingkan kota kecil yang hamparan Pinus dan Cemaranya membeku berkat salju.'Apa kakiku gemetaran? Apa telapak tanganku berkeringat? Apa dahiku dipenuhi keringat sebiji-biji jagung atau hanya basah?'Aku bahkan tak bisa memilih yang mana, kecuali mataku terus menatapi pintu yang bisa kulihat jelas di antara pintu-pintu lain yang berjajar sesuai unit."Tante?" Aku bisa merasakan manik mataku membesar saat panggilan Banyu membuatku sadar, aku tidak mungkin berdiri selamanya di dalam lift, sekali pun telapak kakiku sudah tak merasa sakit lagi begitupun betisku. Tinggal di dalam kamar rawat inap VIP tanpa melakukan banyak pergerakan pasti membuat luka di kaki kananku lebih cepat sembuh. Banyu mendongak, pipi gembilnya yang menyembul bahkan terlihat penasaran saat ak
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

159. ANGGITA DAN ANAK TANGGA

Dalam bisu aku bertanya.Dalam diam aku berkata.Tapi, telingaku tetap tidak mendengar jawaban dari satu-satunya dzat yang mengenal diriku lebih baik dari pada diriku sendiri. *Mataku terpejam meski aku tak tidur. Di dalam kamar yang pendinginnya menyala ini aku mengingat banyak hal. Hal-hal yang membuatku meremas sprei di bawah selimut yang Ken tutupkan pada tubuhku. Di rumah ini, rumah yang terasa begitu asing meski semua yang ku ingat masih pada tempatnya, aku hanya bisa menutup rapat mulutku. Sementara hidungku mencium aroma yang membuatku mengingat masa lalu. "!" Aku yang tubuhnya dipeluk Ken baru sadar tangan yang melingkar di badanku ini terasa berat. Membuatku membuka mata lalu menoleh pada lelaki yang ternyata sudah lelap entah sejak kapan.Wajah Ken tampak lelah namun damai. Tapi tangannya kaget saat aku berusaha melepaskan diri dari dekapan hangat yang membuatku menatap pintu kamar kami yang rapat tertutup.Duar!! Tanpa kilat peringatan, petir menggelegar. Aku yang te
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

160. SEDALAM APA RASAKU

Zraaasss!!! Suara hujan yang deras memanjakan telingaku yang matanya menatap rintiknya dalam diam. Aku memilih duduk di anak tangga yang jendelanya bisa membuatku melihat taman basah yang diguyur hujan. Taman yang dahulu begitu sering kukunjungi. Meski di saat-saat terakhir, aku hanya akan datang saat butuh suasana baru sekalipun diriku tidak lagi menikmati tawa-tawa dan kelucuan polos anak-anak yang sedang bermain, baik yang datang dengan teman mereka atau keluarganya.'Apa aku bisa bernafas tanpa merasa sesak?'Mataku langsung membesar saat bayangan Rexy tiba-tiba muncul dalam benak. "Hujan sungguh bisa membuatku berpikir tentang hal-hal yang tidak terduga," ucapku menarik nafasku dalam dan memeluk tubuhku sendiri, sementara mataku menatapi anak-anak tangga yang kunaiki lagi saat sadar, tidak ada tempat lain yang bisa kudatangi.Mungkin aku bisa datang ke rumah kos yang sewanya sudah kubayar untuk tiga bulan ke depan. Tapi, bagaimana dengan keperluanku yang lain. Aku hanya mema
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status