Beranda / Pernikahan / WITHERED / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab WITHERED: Bab 161 - Bab 170

210 Bab

161. PUJIAN MENYAKITKAN

Ciumann Ken terasa seperti sapaan, mungkin karena guyuran hujan yang membasahi kami seakan tak mau berhenti. Ia yang awalnya tampak tidak yakin setelah mengecupku, sekali lagi melakukan hal yang sama.Mungkin Ken ingin memastikan wanita yang hanya diam membiarkan bibirnya ia sentuh, tidak akan menolak atau mendorongnya jauh.Bahkan, saat kecupan ringan yang Ken berikan berubah lebih lama menekan bibirku. Lalu menyusup masuk meski lidahnya hanya memisahkan kedua bibirku yang tak melakukan perlawanan.Di bawah guyuran hujan yang begitu deras juga gemuruh petir yang memekakkan telinga. Aku membiarkan Ken menyapai bibir dan mulutku.Tidak perduli jika air hujan tertelan dan Ken baru berhenti saat aku tak lagi mampu menopang tubuhku sendiri dan baru sadar tanganku melingkar pada pinggangnya.Pinggang yang pemiliknya menahan tubuhku yang lalu ia peluk. Begitu erat dan penuh rasa. Bahkan hatiku yang masih merasakan kehampaan bisa tahu.Aku bisa merasakan detak jantung Ken yang keras kembali
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

162. TERIAKAN ANGGITA

Dug! Dug! Dug dug!!Aku yang rambutnya masih Ken keringkan menatap keluar. Mataku seakan menembus pintu kamar yang tertutup. Dug! Dug! Dug dug!Bahkan suara hujan yang deras tak mampu meredam gedoran di pintu yang terdengar begitu sepenuh hati dan tak ingin menyerah."Ken-"Aku yang melihat jadi sedingin apa wajah Ken, menelan lagi kalimatku. Rasanya aku bisa menebak siapa yang sedang berdiri di depan pintu, tak perduli jika tangannya memerah ataupun sakit."Apa kamu mau keluar bersamaku, Yang?"Aku yang tak menyangka akan mendengar ajakan Ken jadi menunduk. Hal terakhir yang kuingat dari Anggita adalah peringatannya agar aku menjauh dari Ken. Wanita yang tak merasa menyesal sedikitpun sudah meninggalkan tiga sundutan baru di punggung Banyu.Tiga sundutan yang membuatku merasa sangat bersalah pada bocah kecil yang kuharap akan terus terlelap dan hanya mendengarkan suara hujan dalam tidurnya yang lelap.Cklek! Bunyi pintu yang terbuka langsung di dorong tangan Anggita yang kulitnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

163. MELAKUKAN DOSA

Zraaasss!!!Suara hujan yang belum mereda kalah dengan detak jantung Banyu. Petir yang sesekali berbunyi pun, tak mampu membuat bocah yang pipi gembilnya menekan ceruk leherku mengangkat wajahnya.Sementara aku terus berdiri di anak tangga dengan jendela besar yang bisa membuatku melihat sudah sebasah apa genangan dipermukaan."Banyu," panggilku mengusap lengan kecil yang begitu eart memeluk leherku dan belum mau menunjukan wajahnya yang tersembunyi. Aku yang sudah berhenti melangkah jadi bisa benar-benar merasakan jadi sekencang apa debaran jantung kecil Banyu yang seakan mengetuki dadaku yang terasa sesak. Ucapannya tentang Anggita yang mungkin akan memberinya rokok, membuatku menggigit kuat bibir bagian dalamku.Kurasa aku tak perlu bertanya, sesering apa Anggita memberinya sundutan yang bekasnya bisa kulihat.Pun, tak perlu bertanya kenapa Banyu yang melihat mamanya seperti itu, bisa berpikir Anggita akan memberinya sundutan baru.Aku tidak akan pernah bertanya sesering apa Angg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

164. YANG HARUS KUBAYARKAN

"Om Reno?" Ucapku mengingat lelaki paruh baya yang begitu disambut hangat ibu dan ayah mertuaku saat kami semua bertemu di dalam mall. 'Pantas saja,' batinku dalam diam menatapi ibu Anggita yang berjalan dengan lelaki yang pasti suaminya. Lelaki paruh baya yang sampai hari ini wajahnya bahkan begitu kuingat karena seluruh kesadaranku serasa ingin memperhatikannya. Dua orang yang tak melihatku itu menghampiri lift.Ding!Dan langsung masuk begitu pintunya terbuka. Meski diam, aku tahu ada bagian dari diriku yang bertanya, 'apa yang terjadi setelah orang tua Anggita bertemu putrinya dan Ken.'Apa mereka marah dan menyalahkan siapa saja yang ingin mereka salahkan? Ataukah langusng membawa putrinya pergi ke mana saja melihat sehisteris apa Anggita yang emosinya terlihat tak stabil. "Haa," aku menghembuskan nafas dengan rasa yang dipenuhi tanya. Sekalipun tak ingin, otak dan pikiranku berkelana kemana pun mereka mau, tidak perduli pada keinginan hatiku yang tak ingin memikirkan apapun
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

165. ORANG TUA ANGGITA

Klekk! Aku yang duduk di sofa menatap Ken, lelaki yang menjauh dari pintu kamar Banyu lalu duduk di sampingku. Mata kami yang bertemu memancarkan banyak kata. Tapi, aku sedang tidak ingin mencari tahu apa yang diucapkan sorot mata Ken ataupun mengatakan apa yang sedang kurasakan."Ken, aku tak bisa tidur denganmu."Ken hanya diam beberapa saat sebelum ia mengangguk."Aku bisa gunakan sofa ini, lagi pula ini rumahmu."Kali ini, aku bisa melihat manik hitam pekat Ken berkikat, sementara wajahnya menunjukan penolakan untuk kalimatku."Kamu tidurlah di dalam, Yang, biar aku tidur di sofa ini. Jika menolak, maka kita akan tidur di kamar yang sama."Aku yang bisa melihat sorot mata Ken tak akan menerima penolakan, menoleh pada kamar kami. Kamar yang pernah menjadi kamarku dan kamar Ken. Ruangan yang membuatku meremas tanganku sendiri karena banyak hal terjadi di kamar itu. Rasa yang pasti di simpan dinding dan kasur bisu. Rasa tulusku untuk suami yang bisa berbagi segala rasa meski pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

166. MENYELAMI KEHIDUPAN KEN DAN ANGGITA

Aku yang duduk di atas lantai akhirnya berdiri dengan nampan di tangan. Kakiku menghampiri ranjang luas yang seluruh diriku ingat. Rasa femiliar yang kurasakan, bercampur dengan rasa asing meski saat aku berbaring di atasnya, aroma yang kuingat merasuk tidak hanya pada paru-paruku tapi juga pada otak dan hatiku."Sama," ucapku merasakan hidungku langsung terbiasa dengan aroma lelaki yang mungkin saat ini masih terjaga di atas sofa. Aku yang berbaring membalikan badanku, menatap plafon kamar yang juga tak berubah. Seolah aku tidak pernah pergi selama lima tahun, tapi hanya beberapa hari.Semuanya masih di tempat yang sama bahkan aroma parfum yang biasa kupakai menyatu dengan ruangan yang sudah tak kumasuki bertahun-tahun lalu. Parfum yang tidak lagi kupakai, 'kupakai? Aku bahkan tak lagi membeli pengharum badan kecuali sabun dan shampo.'Sreek! Bunyi rambutku yang bergesekan dengan sprei terdengar begitu keras. Mungkin karena hanya ada aku seorang di dalam kamar yang membuatku mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

167. TIDAK MAMPU MENOLAK

Duniaku masih sama saja. Mungkin karena aku tidak ingin menatap ke arah lain. Menoleh pada tempat yang mungkin tidak terlalu membuatku sesak saat bernafas.'Tapi, adakah tempat seperti itu untuk wanita sepertiku? untuk wanita yang bahkan tidak tahu di rahimnya sedang tumbuh jabang bayi yang akan menjadi bakal manusia. namun, karena ketidak pekaanku ....'Aku menarik nafasku dalam, begitu dalam. Rasaku tidak perna biasa setiap kali mengingat anak yang mati dalam pernikahan kami.Aku tidak mampu membiasakan diri untuk merasa biasa saja."Ken, kita punya anak."Andai saja aku bisa benar-benar mengatakan kalimat yang hanya akan terus terucap dari seluruh diri kecuali mulutku, karena anakku yang tak lahir itu hanya akan terus menjadi anakku seorang. 'Hanya anakku.'Aku yang pinggangnya masih tak dilepas tangan Ken memilih menyandarkan tubuh. Nyatanya, duduk dengan punggung tegak sepanjang waktu tetap membuat tubuhku protes. "Seharusnya aku protes padamu, Ken," ucapku dengan suar pelan."
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

168. SEMOGA SAJA

"Banyu- Banyu main sama padi dan beras, Tante."Aku yang sedang memakaikan jaket pada Banyu tak bisa menahan senyumku untuk cerita yang sudah ku dengar sebanyak empat kali. Bocah kecil pecinta nasi yang pipinya begitu menyembul ini, pasti tidak menyadari ceritanya sudah berulang. "Benarkah?" Tanyaku pada Banyu yang mengangguk dan berterimakasih saat aku selesai. Bocah lelaki berusia dua tahun yang begitu sopan dalam berlaku ini, tubuhnya begitu harum. Aroma bedak bayi dan minyak telon membuat hidungku merasa tenang apalagi saat senyum Banyu mengembang dengan sorot senang. Kurasa, ia sudah tidak sabar menyantap semangguk bubur ayam dan topingnya yang beragam. Semetara Ken yang keluar dari kamar sudah mengganti bajunya.Kaos polos warna putih dan celana selutut membuatnya terlihat benar-benar santai. Sementara Banyu memakia t-shirt di bawah jaket dan celana pendek yang tak akan terkena cipratan air saat melangkah."Sudah siap berangkat?" Tanya Ken pada kami.Banyu menatapku, "ng!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

169. SIAPA YANG SEBENARNYA MENGGANGGU'

BANYU HUTAMA, Bocah kecil yang terus menggandeng tanganku ini senyumnya semakin lebar. Ia tak lagi merasakan ketidaknyamanan dari dua pria di samping kami yang sama-sama diam tidak ingin memulai percakapan.'Bagaimana denganku?' Aku hanya berharap meja kami tidak akan berubah horor karena Ken dan Arga yang masih menjaga jarak, menciptakan garis yang tidak akan mereka lewati. Sekalipun ada bocah lelaki yang sangat bersemangat dan kembali bercerita tentang nasi dan beras yang mengajaknya bermain dalam mimpi.Anak-anak dan kepekaan mereka yang terkadang mengalahkan insting orang dewasa. Anak-anak dan kepolosan mereka yang terkadang tidak perduli dengan apa yang dirasakan orang-orang di sekitarnya. Anak-anak dan kelucuan mereka yang kadang bisa menjadi pengalihan untuk rasa apapun yang sedang berkecamuk di dalam hati dan pikiran. Kurasa, aku merasa lega ada Banyu di sampingku. Memegang erat telunjukku. Membiarkan suara celotehnya mengalihkan perasaan lain yang membuatku menarik nafas d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

170. TAMPARAN IBU MERTUA

Aku bersyukur sarapan kami tak berakhir buruk. Meski Arga dan Ken masih menunjukan tatapan tidak bersahabat satu sama lain, setidaknya tidak ada layangan tinju ataupun kata yang akan membuat telinga memanas."Terimakasih, sudah ngajak Om sarapan bubur ayam," ucap Arga menjajarkan kepalanya dengan pandangan Banyu.Bocah lelaki yang menghabiskan dua mangkuk bubur dan tiga sate telur ini mengangguk dengan pipi bersemu. "Sama-sama, Om Arga," jawab Banyu yang rasanya sangat tidak terbiasa dengan pujian yang benar-benar tertuju untuk dirinya.Bocah kecil ini bahkan memegang bajuku seolah ingin mencari dukungan untuk rasa apapun yang sedang ia rasakan."Saya harap anda menikmati makanan pinggir jalan ini, Tuan." Arga berdiri menjajarkan pandangan dengan lelaki yang membuatku mendongak untuk melihat tatapan macam apa yang sedang keduanya perlihatkan pada satu sama lain."Saya yang seharusnya berterimakasih karena anda mengajak kami makan di sini, Tuan," ucap Ken menjulurkan tangan yang Arga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status