Beranda / Pernikahan / WITHERED / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab WITHERED: Bab 141 - Bab 150

210 Bab

141. KESIALAN WANITA SIAL

Lelaki yang badannya kuyup itu menatap bangunan dua lantai dalam diam. Manik matanya yang hitam pekat menatapi salah satu ruangan yang lampunya menyala. Matanya sesekali berkedip menghindarkan tetesan hujan masuk ke dalam mata.Ia terus berdiri dalam bisu, membiarkan tubuh basahnya terus dibasahi hujan yang menderas.Hujan yang nampaknya akan terus turun dengan lebat tanpa henti, sampai bulan februari berakhir. Karena bulan ini memang puncaknya musim hujan di negara tropis yang bisa begitu dingin untuk beberapa hati."Bisakah aku memperbaiki segalanya?" Ucapan yang keluar dari mulutnya bahkan kalah dengan suara hujan. Begitupun langkah kakinya yang berjalan mendekat pada bangunan sepi gedung dua lantai.Tangannya yang terjulur sudah menyentuh gerbang dengan gembok besar dan rantai. Namun, ia hanya diam dan sekali lagi menatap satu dari enam ruangan yang lampunya menyala di lantai dua."Apa kamu masih bangun, Yang?"Seandainya saja lelaki itu tahu apa yang sedang terjadi dalam ruanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

142. ANAK PAPA

Sari menarik nafasnya dalam, berusaha menahan amarah yang rasanya sudah ada di ujung lidah. "Ini pasti karena kamu sedang lelah bekerja," Sari mengusap lengan Rama. "Maaf, ibu sudah menamparmu, Nak. Istirahatlah, karena ibu juga butuh itu."Rama hanya menatap sang ibu yang mengusap pipinya. Mulutnya yang sudah terbuka ia tutup lagi. Sementara Sari menunjukan senyum."Wanita itu adalah anak sial yang memang tak seharusnya masuk dalam kehidupan kita, Rama. Seharusnya Ken tidak pernah membawanya masuk dalam kehidupan kita. Ia sama sekali tidak pantas."Sari memeluk Rama yang sama sekali tak menanggapi, tangan putra bungsunya ini bahkan tetap diam di sisi tubuhnya sendiri. 'Mas, kita ... kita semua sungguh sebuah kesialan untuk mbak Arini, bukan?' ucap Rama tanpa kata menatap potret anak lelaki tertua di kediaman Hutama.Bahkan, elusan lembut sang ibu jadi benar-benar tidak terasa saat Rama menatap manik hitam Ken yang segelap pualam."Tidurlah," ucap Sari lalu meninggalkan Rama yang ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

143. MELENYAPKAN

"Di- dia ... sudah kembali?"Begitu kecil suara Wulan keluar, bahkan suara hujan yang menderas benar-benar menelan ucapannya. Sekalipun tak ada yang mampu menyamarkan keterkejutan wanita paruh baya yang memegang permata satu karat di jari manisnya itu.Tangan Wulan bahkan gemetaran sementara putrinya yang mempesona tetap menatap tak tertarik dengan kejujuran yang wajah ibunya tunjukan. Kekagetan yang membuat wajah Wulan memucat.Sampai pintu kamarnya didorong dengan suara penuh semangat. Dan, senyum dari lelaki paruh baya yang rambut hitamnya begitu lebat terlihat."Anak papa sudah kembali?" Wulan yang duduk diam hanya bisa melihat Anggita berdiri, menyambut sang ayah dengan pelukan dan keramahan yang tidak ia dapatkan. "Apa ini?" Tanya Anggita yang sorot matanya berubah cerah begitupun wajahnya. Kekesalan dan kesenduan yang tadi ia perlihatkan pada Wulan tak lagi nampak.Yang terlihat di wajah cantiknya sekarang, hanya sambutan penuh hangat dan itu untuk lelaki yang memeluknya era
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

144. MENUNGGU

"Yang," ucap Ken menatap hujan yang masih saja deras, sementara bocah kecil yang ia angkat ia dudukkan di atas kasur."Apa kamu mimpi buruk sampai bangun?"Banyu jadi diam, dahi kecilnya berkerut sementara dua alis kecilnya hampir menyatu.Ken yang ingin mengambil baju di lemari, urung. Manik hitamnya memperhatikan Banyu yang sedang berpikir. "Tapi- tapi, Banyu gak mimpi, Papa. Banyu liat tente."Ken jadi diam, telinganya menajam sementara derasnya hujan terus mengiringi ucapan Banyu. Bocah berusia dua tahun yang begitu yakin dengan apa yang ia ucapkan. "Tante lagi tiduran, tapi gak di kasur. Wajah tante pucat, Papa, tante pasti sakit, Papa."Seakan mengadu tentang apa yang ia lihat, manik bulat Banyu menatap mata Ken yang sewarna dengan dirinya."Tante pasti sakit sekali, Papa, sampe gak bisa minum obat. Padahal- ... padahal obatnya sudah ada di tangan Tante ng~."Bocah kecil yang sedang mengadu tentang apa yang ia lihat itu berusaha menemukan kalimat dalam kosa kata yang ia menger
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

145. MATIKAH DIA?

Satpam tua yang mengikuti langkah Ken tak perduli dengan sepatunya yang basah dan terasa tak nyaman. Ia mengekor lelaki muda yang tampaknya sudah pulang namun datang lagi dengan membawa mobil. 'Apa dia sudah tak bertengkar lagi dengan istrinya?' Itu adalah kalimat yang diucapkan dalam hati satpam tua. Lelaki paruh baya yang langkahnya tergopoh-gopoh berusaha mengimbangi Ken yang langkah kakinya sama sekali tak mau berhenti. "Untung aku dititipi kunci sama bu kost," ucap satpam tua yang nafasnya jadi tersengal begitu ia tiba di lantai dua sementara lelaki muda yang datang malah melewati kamar istrinya. Mbak Dewi.Setidaknya istri dari hasil pemikiran satpam tua yang merasa heran, pemuda gagah yang tak perduli tubuhnya kuyup terus melangkah dan baru berhenti di kamar yang belum seminggu terisi."Pak, apa bapak juga punya kunci cadangan?"Satpam tua yang masih merasa heran itu menggeleng, kakinya turut melewati kamar mbak Dewi yang masih rapat tertutup. Mengingat langit masih begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

146. ORANG-ORANG MENYEBALKAN

"Apa ... mbaknya mati?"Itu adalah kalimat yang begitu wajar untuk di tanyakan, apalagi oleh satpam tua yang berdiri di ambang pintu.Namun, lelaki muda yang potongan undercut-nya begitu pas membingkai wajah itu menarik nafasnya dalam."Kami belum tahu, Pak. Tapi, setidaknya obat yang bu Arini minum sudah di keluarkan."Satpam tua itu mengangguk, ia lalu masuk dan menutup pintu tidak ingin ada penghuni kos yang melihat atau penasaran."Saya akan membawa semua barang milik bu Arini, saya harap bapak tidak memberitahu siapapun apa yang terjadi."Satpam tua yang berdiri itu hanya bisa menatapi Tian dalam diam. Ia tahu, tidak akan ada bagusnya menolak ucapan lelaki muda yang datang menggantikan lelaki yang wajahnya ia soroti senter semalam.Tian yang sudah membereskan barang-barang Arini berdiri, ia mencangklong dua tas yang berisi seluruh milik istri bosnya. Matanya menatap satpam tua yang pasti tahu apa yang harus ia lakukan dan tidak mengatakan apapun pada siapapun adalah pilihan pali
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

147. GENGGAMAN TAK BERBALAS

Langit mendung dengan gerimis yang turun sama sekali tak menghentikan langkah lima lelaki dewasa yang masuk ke dalam warung pinggir jalan yang gerobaknya terlindung. Spanduk dengan tulisan BUBUR AYAM PAK SUTARNO DAN BU SUMIRAH menghiasi gerobak sederhana, tapi menghadirkan aroma sedap yang membuat perut minta segera diisi."Kita coba dulu makan di sini. Kalau tidak cocok, kami akan membawa anda sekalian makan di manapun.""Fair enough," ucap Zander langsung duduk di atas kursi plastik warna merah yang tengahnya berlubang. "Perut saya bisa makan apa saja," balas Mr. Doran entah berusaha bersikap sopan atau memang benar-benar dari hati. Sementara Rexy hanya diamSang sekretaris menghampiri sepasang suami-istri yang wajah tak lagi mudanya khawatir tidak bisa membalas ucapan dengan bahas inggris kecuali "yes, Sir"."Lima ya, Pak,""Ok, Den," jawab pak Sutarno membuat istrinya mengangguk dengan rasa lega. "Teh hangat saja sama air mineral. Kali saja mulutnya tidak cocok dengan teh kita,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

148. TAK ADA ALASAN BERTEMAN

"Selamat Sore, Pak," ucap securiti yang membungkuk saat melihat Arga, ia bahkan mendorong pintu karena Arga lebih senang lewat pintu belakang daripada lewat pintu depan RS yang otomatis terbuka saat sensornya mendapati pergerakan mahluk hidup."Terimakasih, Pak," balas Arga yang membiasakan diri diperlakukan spesial oleh penjaga keamanan tempat sang ibu bekerja. Hal yang sesungguhnya tidak perlu.Namun, Arga yang sudah membiasakan diri lebih memilih masuk, menyusuri lobi ramai yang beberapa pasang matanya menatapi Arga dengan kekaguman juga lapar. Seolah ia adalah makanan enak jika dijilat dan peluk.Lobi yang ramai semakin sepi saat Arga masuk lebih dalam ke bagian rumah sakit yang gedungnya di pisah-pisah. Orang akan mudah tersesat kalau tidak ada plang warna biru dengan anak-anak panah mengarah pada nama-nama tempat yang terdaftar di dalam rumah sakit tempat ibunya bekerja."Aku lagi cari tante sama papa, Oma."Kalimat dari mulut kecil yang rasanya femiliar di telinga Arga, membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

149. BUKAN URUSANKU

Tok! Tok!Suara ketukan membuat Ken menoleh, ia tahu yang sedang berdiri di depan pintu bukan Tian, karena Tian pasti akan langsung masuk setelah mengetuk pintu."Sebentar, ya," ucap Ken mengecup kening Arini yang masih belum sadarkan diri sekalipun pil-pil tidur yang Arini telan sudah di keluarkan seluruhnya. Lelaki yang masih mengenakan baju basahnya itu menghampiri pintu yang ia buka. Matanya terkejut mendapati siapa yang sedang berdiri sambil menggendong Banyu."Papa!" Seru Banyu yang ingin segera turun sementara Arga yang menggendongnya menatapi Ken yang pakaiannya basah ataukah lembab.Arga tidak tahu apa yang terjadi sampai lelaki yang sudah memberinya bogem mentah ini tak mengganti pakaiannya. "Saya mengantarkan Banyu, ibu saya menemukannya sedang berjalan sendirian di lorong, mencari anda."Ken masih diam, meskipun manik matanya melihat Banyu yang sudah berdiri di atas kakinya sendiri. "Banyu mau ketemu tante, Papa."Bocah yang rasanya tak sabar ingin segera masuk ke dalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

150. DISALAHKAN KARENA LAHIR

Tian terkejut saat membuka pintu, bocah berpipi gembil yang ia cari sudah lelap di atas brankar yang sama dengan wanita mungil yang masih belum membuka mata."Dari mana saja kamu?" Bisik Tian menowel pipi gembil Banyu yang terasa begitu kenyal. Mata Tian menatap sekeliling, tapi, bosnya yang tidak ingin menjauh dari istrinya, tidak terlihat.Sampai akhirnya pintu kamar mandi. "Apa anda baru saja mengganti pakaian basah anda, Tuan?"Ken bahkan tak menanggapi, kecuali menyerahkan pakian basahnya pada sang asisten. Pria dengan potongan undercut yang begitu sigap tanpa perintah."Apa anda butuh teman bicara, Tuan?"Ken duduk di kursi yang sudah dihapal bokongnya. Tangannya terangkat menggenggam jemari Arini yang tidak membalas. Masih begitu lunglai, lemah tanpa tenaga."Batalkan rapatku."Tian yang tidak kaget dengan ucapan Ken, mengangguk, "sampai kapan, Tuan?"Namun, asisten pribadi yang sedang memasukan pakaian basah Ken ke dalam plastik tak lagi bertanya untuk urusan kantor. Ia tahu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status