Home / Pernikahan / WITHERED / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of WITHERED: Chapter 121 - Chapter 130

210 Chapters

MAAFKU

"Ah," suaraku lolos begitu saja saat aku merasakan sedikit rasa sakit dari sentuhan bibir Rexy yang pasti akan meninggalkan jejak. Mataku yang sudah terpejam bahkan makin rapat tertutup, sementara tanganku masih memegangi pundak kokoh lelaki yang sudah meletakkan gelas yang kupegang ke atas meja.'Kapan? Entahlah,' otakku sedang tidak pada tempatnya. Karena jika otakku sedang pada tempatnya aku tidak akan membiarkan diriku didorong jatuh ke atas sofa yang terasa begitu empuk. Tangan Rexy yang menahan kepalaku bahkan menyusup masuk pada helaian rambut yang membuatku merasakan sensasi lain yang membuat kepalaku mendongak."Ternyata benar kamu begitu sensitif," ucap Rexy yang suaranya jadi terdengar begitu dalam dan serak. Sementara aku yang masih memegang pundak Rexy, membuka mataku. 'INI SALAH ARINI!'Suara dalam kepalaku bahkan kalah dengan detak jantungku yang seakan berpesta. Bertalu-talu. Seolah ada orkestra di sana.Namun, aku hanya diam sedangkan Rexy yang memandangiku mengecu
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

KEBERUNTUNGAN HIDUP

Rexy hanya diam, wajah minim ekspresinya yang menatapku terlihat kaget begitupun manik hijau keemasannya. "Saya ... saya tidak bisa tinggal.""Kenapa?"Aku mengalihkan pandanganku dari lelaki yang terus menatapku begitu lurus. "Saya-" aku menelan ludahku yang terasa pahit, "-saya pasti bisa hidup di negara saya, Tuan."Tanganku menyatu dalam pangkuan, jemariku terjalin seolah jika aku tak melakukan ini seluruh diriku akan tercerai, "di sana, saya pasti bisa menemukan tempat yang tidak akan terlalu sesak ketika saya bernafas."Aku menatap Rexy yang tak berkomentar apapun, ia hanya mendengarkan. "Tempat yang tidak sedingin negara ini, Tuan," candaku yang terdengar begitu datar. "Apa karena aku memintamu menikah denganku?"Mataku tetap membesar meski aku sudah merabai apa arti kalimat tersirat Rexy yang sudah ia katakan.Namun, mendengarnya mengatakan langsung seperti ini, 'benar-benar membuat punggungku berkeringat.'Gerakan di sofa membuatku semakin mengeratkan genggaman pada jemarik
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

KISAH KELAM MASA LALU

Tok! Tok!Ketukan pelan di pintu membuatku menoleh pada wanita yang berdiri, menatapiku yang bahkan tak menyadari kedatangannya yang kutunggu.Aku langsung bangun, menjauh dari dua anak kecil yang lelap tertidur setelah makan malam.01:34Tamuku akhirnya datang dan ia menatapiku dari ujung ke ujung sampai tangannya menjulur menarikku dalam pelukan. Sementara pria yang tatapan mengintimidasinya tak lagi membuatku takut, berdiri memperhatikan kami."Dasar anak nakal, bagaimana kau pergi tanpa memberitahu mamamu ini, e'?"Rasanya bibirku tersenyum pelan, meski usianya sudah 40 tahunan tampilan Muray jauh lebih muda dari umur."I am sorry, Ma'am," ucapku membalas pelukan Muray yang makin erat."You should!" Tegasnya lalu menarik nafas dalam dan baru melepasku setelah merapatkan pelukannya beberapa saat.Dipandanginya wajahku beberapa lama, sementara aku tetap diam membiarkan Muray berpuas diri sampai senyumnya, terlihat mengembang meski sorot matanya menghadirkan rasa yang membuatku merem
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

MENERTAWAKAN DUNIAKU

"Hati-hati dengan langkahmu, Rexy, atau suatu hari kau tak akan bisa berdiri di tempatmu memijak."Aku yang masih berdiri dengan memegangi gagang pintu, menatap Rexy yang wajahnya sama sekali tak menunjukan perubahan.Kurasa, wanita yang bersikap tenang ini pun tahu, selama apapun ia menunggu, ia tak akan mendapatkan balasan apa pun dari pria irit kata di hadapan kami."So, watch out. Or someone Will make you fall.""!" Aku hanya bisa mengeratkan peganganku saat manik Amber yang memang tidak ramah melirikku. "Tidak akan lucu jika namamu tercoreng hanya karena seorang imigran gelap."Aku menunduk, paham imigran gelap mana yang dimaksud Amber. "Apa aku terlihat seperti orang yang peduli dengan nama baik?"Manik mataku membesar apalagi saat pijakan langkah tanpa suara Rexy mendekat lalu berdiri di depanku. "Lebih baik kau tingkatkan keamanan di rumah detensi tempatmu bertugas agar tak ada lagi orang yang harus ku bawa untuk tinggal bersamaku."Aku yang masih menunduk bisa melihat seku
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

FIRST CLASS TICKET

Aku masih tidak percaya, meskipun sekarang aku sudah duduk di dalam mobil yang membawaku ke bandara.Padahal, baru satu jam yang lalu hakim mengetuk palu untuk keputusan deportasiku yang begitu cepat.Aku bahkan hanya mengatakan, aku menolak suaka yang bisa kudapatkan jika aku mau."Akhirnya anda bisa pulang, Nyonya."Aku yang duduk di kursi belakang menoleh pada Kerry, "beruntung sekali kami menemukan jadwal penerbangan secepat ini."Aku yang merasa aneh sejak ia menyuruhku untuk secepatnya masuk ke dalam mobil, hanya bisa mengangguk."Apa saya bisa menghubungi tuan Rexy untuk-""Saya harus menolak itu, Nyonya. Anda pasti ingin segera pulang, bukan?" Kerry melirikku. Pandangan mata kami bertemu dalam windowrear yang membuatku menggigit bibir ragu."Apa ... tidak ada dokumen yang harus saya tanda tangani atau-""Tidak ada, Nyonya, semua sudah diurus."Aku makin merasa aneh. Tapi, melihat tatapan Kerry yang rasanya melarangku untuk bertanya lebih jauh, aku kembali diam. Memeluk satu-sa
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

KEMBALINYA ISTRI YANG KABUR

Aku menatapi tiket kelas satu dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta di tangan.Manik mataku bergerak gelisah di hadapan Kerry yang suara pelannya membuatku menelan tanyaku."Anda tidak usah khawatir, Nyonya, saya akan pergi setelah anda masuk ke dalam pesawat dengan selamat."Aku menatap Kerry, ucapannya ini seolah memastikan aku tidak akan kabur kemana pun, kecuali menaiki pesawat yang tiketnya kupegangi dalam diam."Apa anda butuh sesuatu sebelum-""Tidak," jawabku memotong kalimat wanita yang pasti akan terus menempelku sampai pengumuman bagiku dan penumpang yang pesawatnya sama, siap untuk dinaiki."Kalau begitu mari, Nyonya."Aku hanya mengangguk pada ajakan Kerry yang berjalan di sampingku, matanya sesekali melirikku yang hanya diam sampai kami berhenti."Good afternoon, Ma'am," sapaan ramah petugas bandara yang tampilannya begitu rapi membuatku mengangguk. "May I see your pasport and ticket?""Here," jawab Kerry membuat wanita yang senyumnya begitu komersil itu menatapi kertas y
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

127. SENDIRIAN

09:21. 21-02-Mataku menatap layar monitor yang membuatku bisa melihat waktu.Sementara keriuhan bandara Soekarno-Hatta yang mengelilingi, membuatku mengeratkan pegangan pada tali tas yang ku sampirkan pada bahu. Aku terus berdiri diam, melihat tiap sudut keramaian manusia yang bicara di saat bersamaan. Dadaku berdetak begitu kerasa sampai kurasakan sentuhan tangan kecil yang membuatku menunduk."Tante, mamaku mana?"Untuk beberapa saat aku diam, menatapi bocah kecil yang poninya begitu lurus menutupi alis. "FATIMAH!" Seruan itu membuat gadis kecil yang masih memegangi telunjukku, menoleh pada wanita muda berkerudung yang langsung memeluk bocah di sampingku."Kemana saja kamu? Kan, sudah mama bilang jangan jalan kecuali ngomong dulu sama mama."Dalam omelannya aku bisa merasakan sekhawatir apa wanita muda yang jongkok memeluk gadis kecil yang tangannya masih memegangi tanganku."Mama dari mana? Aku nyariin mama tadi, lho." Begitu tak merasa bersalah gadis kecil yang pipinya ditang
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

128. SELAMAT DATANG KEMBALI

Kilat yang memecah gelapnya langit malam, membuatku yang sedang terbaring dengan menutup mulutku, berkedip.Dua butir obat tidur yang kuminum efeknya sudah hilang dan mataku terjaga dengan posisi sama entah sejak kapan.Aku yang memang tidak menyalakan lampu membiarkan kegelapan menemaniku. Kruuyukk!Bunyi perutku yang protes kembali terdengar. Tapi, aku malas keluar atau sekedar mengangkat gagang telepon yang mengkilap setiap kilat menyambar diikuti gemuruh yang memekakkan pendengaran, benda kecil yang bisa membuatku meminta layanan kamar dan membebaskan diriku dari lapar.'Aku lapar hanya tidak berselera.'Namun, mulutku yang sudah terasa begitu kering karena butuh air, tetap harus bangun, bukan?Srreeekk!Bahkan suara kasur yang bergesekan dengan tubuhku yang bangun, terdengar malas, "haa...," dan nafasku terdengar berat saat aku menatap gagang telepon yang hanya sejangkauan tangan. "Jam berapa?" Ucapku pada diri lalu kembali menatap langit yang kilatnya diikuti gemuruh meraung-r
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

129. BAYI CANTIK

"Bu," aku yang merasakan seluruh diriku mengawasi sekitar, menoleh pada resepsionis yang wajahnya sudah berganti, meski senyum komersil dan tampilan rapi adalah sebuah keharusan, "taxy anda akan datang sebentar lagi."Aku mengangguk, "Te- terimakasih," ucapku mengeratkan pegangan pada selempang tas yang terasa lebih berat dari sebelumnya.Tas selempang yang berisi seluruh mikikku.Termasuk laptop dan modem yang muat ke dalam satu tas.Mungkin, orang akan berpikir betapa kuatnya tubuh kecilku menenteng tas yang ukurannya cukup besar. Sementara tas satu lagi yang Kerry beli, kuletakkan di atas lantai dingin yang ubinnya mengkilap, sekali pun cahaya langit malam masih begitu pekat berkat hujan dan mendungnya awan.Ekor mataku melihat sesepi apa lobi hotel yang suara ramainya berasal dari luar, jalan raya padat meski tidak merayap."Silahkan, Bu, taxy anda sudah datang.""Bu?" Aku yang rasanya di sadarkan dari fokusku mengangguk, sekali lagi berterimakasih lalu keluar dan masuk ke dalam
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

130. SENYUMKU BAGI DUNIA

************************"ini sudah 3 hari dan kamu sama sekali belum mendapat kabar apapun, Tian.""Baru tiga hari, Tuan," ucap lelaki yang yang potongan uppercut-nya begitu menonjolkan garis wajahnya yang tegas, "nyonya sudah pergi lebih dari lima tahun dari sisi anda, Tuan, apa artinya tiga hari?"Tian bisa mendengar tarikan nafas yang terdengar hampir hilang kesabaran. Namun, apa yang ia katakan adalah kebenaran.Lelaki yang sedang bicara dengan dirinya adalah suami yang membuat istrinya pergi. Apa Tian tidak punya empati? Hah, siapa yang perduli dengan empati saat ia bisa melihat sendiri, bagaimana wajah wanita mungil yang rasanya sudah begitu ia kenal bahkan tawanya ia hafal berkat potret-potret yang ia lihat, sama sekali tak pernah menunjukkan senyum sepanjang penerbangan. Wanita bertubuh mungil yang tawa tulusnya ia hafal dari potret ini, bahkan seakan takut memandang mata lawan bicaranya. Matanya terlalu sering menunduk ke bawah, seolah jika ia tak melakuka
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status