Home / Pernikahan / WITHERED / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of WITHERED: Chapter 131 - Chapter 140

210 Chapters

131. TIDAK DIHARAPKAN

Wulan, wanita paruh baya yang cincin permata satu karatnya terasa begitu berat itu, menyusuri lorong rumah sakit yang jadi begitu sering dipijaki kakinya. Namun, ada yang beda kali ini, sorot mata Wulan begitu dipenuhi kepastian. Jauh berbeda dengan saat ia datang di hari-hari yang lalu. Begitupun langkah kakinya yang percaya diri memijaki ubin dingin berkat hujan yang turun di bulan februari.Bahkan, gerimis yang menyapa permukaan tanah basah tidak menarik perhatian wanita paruh baya yang tahu kemana ia harus menuju. Langkah penuh kepastian Wulan baru berhenti saat ia duduk di antara wanita-wanita muda yang dalam rahimnya tumbuh bakal manusia.Obrolan mereka yang terdengar menyenangkan, sama sekali tak menarik minat wanita paruh baya yang menatapi pintu yang masih rapat tertutup. Cklek! "Terimakasih, Dok."Ucapan itu terdengar dari seorang pasien dengan perut besar yang datang bersama bocah lelaki kecil. Bocah lelaki yang mata bulatnya bertemu pandang dengan Wulan."Ingat, kurang
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

132. MASIH KEN-KU YANG DULU

"Selamat datang kembali, Nyonya."Arini yang jadi diam, mengangguk. Tanpa kata, ucapan Arga benar-benar merasuk tidak hanya pada telinganya. Sampai lelaki dengan barisan gigi yang begitu rapi ini, melihat genangan air di mata wanita mungil yang membalas genggaman tangannya.'Apa yang terjadi pada duniamu, Arini?' tanya Arga saat merasakan tangan yang sedang ia genggam bergetar. Seakan-akan sambutannya ini sudah menggetarkan kehidupan yang sedang Arini jalani. "Nyonya, maukan anda makan bubur ayam lagi bersama saya besok?""Itu pasti akan merepotkan anda, Tuan."Ah, jawaban penolakan yang rasanya sudah bisa ia tebak itu membuat Arga tersenyum. "Sama sekali tidak, Nyonya. Saya akan senang jika kita bisa bertemu tidak hanya karena semangkuk bubur. Lagipula, saya bukan orang yang begitu sibuk," ucap Arga berbohong, mengingat sepadat apa jadwal pekerjaanya.Tapi, ia akan meluangkan waktunya jika itu untuk wanita mungil yang tangannya sudah tidak bergetar lagi."Mungkin, kita bisa melihat
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

133. LELAKI YANG MEMALUKAN

"Lusa aku akan pulang bersama Banyu. Jika kamu mau ikutlah atau sebarkan rumor apapun yang kamu mau di sini."Mata Anggita yang sudah berharap dengan yakin, membesar. Ia mengedipkan mata beberapa kali seakan ingin memastikan telinganya tak salah dengar."Kenapa ... kenapa kita jadi seperti ini, Ken?Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya setelah wanita sial itu pergi kehidupan kita tidak seperti ini."Mata Ken yang dingin berubah semakin gelap. Ia terlihat begitu menahan diri untuk tidak berteriak pada Anggita. Wanita yang pernah bertengger begitu tinggi dan memenuhi hatinya. Sejak kapan semua berubah? Sejak kapan nama Anggita tak lagi terpatri begitu kuat bahkan seakan samar di dalam hatinya. "Nggit," Ken menyentuh pundak Anggita. Manik hitamnya menatap begitu lurus, "kita-""Tidak." Ucap Anggita penuh ketegasan saat mata dingin Ken menatapnya, "aku tidak akan membiarkanmu memutus apa yang sudah tercipta di antara kita Ken."Tangan Anggita yang memegangi lengan Ken merambat turu
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

134. HATI YANG DIUSIK

PRANGG! Arga langsung berlari, mengetuk pintu yang ternyata di kunci."Bu, ibu kenapa?""BUKAN URUSANMU!" Teriakan yang terdengar dari dalam membuat Arga berhenti mengetuk pintu, ia tak bisa melihat wajah seperti apa yang sedang diperlihatkan Anna. SpOG. pada benda-benda mati yang ada di dalam kamar wanita paruh baya itu."Maaf, Ga, tapi tolong tinggalkan ibu sendiri."Arga yang jadi diam menurunkan tangannya yang menempel pada pintu. Ia menarik nafas dalam lalu menunjukan barisan gigi yang pasti tak akan dilihat wanita paruh baya yang mengunci dirinya di dalam kamar."Jika ibu butuh sesuatu, aku ada di luar."Tidak ada balasan dari Anna, namun Arga yakin ibu-nya itu mendengar apa yang ia ucapkan."Bukan apa-apa, Mbok, tolong letakkan saja teh ibu di depan kamar."Wanita dengan kebaya dan jarik itu mengangguk patuh, tanpa kata ia meletakkan nampan berisi teko dan cangkir berisi teh yang aroma camomilenya menyeruak."Terimakasih, Mbok.""Sama-sama, Den. Aden sudah makan belum?""Suda
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

135. DIAWASI

"Itu dia kan? Cewek gembel yang mberesin kamar kita?" Tanya suara yang tahu Nabila sudah membuka pesannya."Apa friendnemy Lo, beneran bikin cewek itu dipecat terus balik ke Indonesia? Kalo iya, gila sih, Billa. Bahkan, gue lihat kakinya pincang.""Bil? Billa! Hello~ Lo masih dengerin gue, kan?""Nabila!?"Gadis yang parfumnya menyengat itu hanya diam. Ia menatap Arga lalu menggeleng.Tapi, tatapan lembut yang Arga perlihatkan saat ini pun, juga pernah ia dapati saat Arga bersama wanita gembel yang membuatnya merasa bodoh-- "gak mungkin.""Hah, apa? Lo ngomong apaan, Billa? gue gak denger, nih, ujannya deres banget di sin-"Sambungan langsung terputus. Sedangkan gadis yang memegangi ponselnya dalam diam, kembali menoleh pada Arga."Ga, kamu- ... kamu tadi makam bubur gak?" Ucap Nabila meremas ponselnya kuat. Sementara matanya membesar saat dahi Arga yang menatapnya, mengernyit.Seluruh dirinya berharap Arga akan menjawab tidak atau setidaknya menggeleng, karena Arga begitu tak senang
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

136. ANAK SUCI YANG DISEBUT HARAM

"Anda yang memilih pergi selama lima tahun, lalu kembali dengan membawa tuntutan perceraian. Tidakkah itu terdengar lucu, Nyonya?"Aku yang duduk di dalam ruangan luas dengan pendingin udara dan aroma wangi dari kamper, menggigit bibirku.Ucapan lelaki dengan potongan klimis dan jas rapi di hadapan, membuatku menatap jalinan tanganku sendiri yang sejak awal duduk, tak pernah terlepas."Setidaknya, pertanyaan ini pasti akan keluar tidak hanya dari pengacara suami anda namun juga hakim, Nyonya."Suara lelaki yang Arga kenalkan pada diri, sudah dihafal telingaku sekalipun kami biasanya bicara lewat Vidio call dari laptop yang ternyata begitu berguna, karena aku tetap tidak ingin memiliki ponsel.'Apa aku menyusahkan diriku dengan bersikap seperti ini? Saat benda kecil yang muat dalam saku dan tas, bisa menggantikan banyak hal dalam hidup.'Tapi, aku belum bisa membayangkan diriku memegang ponsel dengan status 'mikikku'.Bahkan, mungkin tidak akan pernah."Anda tetap tidak menginginkan ap
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

137. BERTEMU IBU

Robert, lalaki dengan tampilan necis yang begitu klimis itu hanya mendengarkan ucapanku. Ia sama sekali tidak memotong ataupun menyela bahkan tak mengubah posisi duduknya sama sekali.Sampai aku menyelesaikan ucapanku tentang alasan yang membuatku pergi setelah bertemu dengan Anggita di sebuah cave yang namanya begitu kuingat. Meskipun, aku tak menceritakan apa yang terjadi padaku setelah Anggita pergi.Tentang keguguranku dan kenapa aku hanya pulang sendiri lalu disambut rumah sepi yang menyesakkan sampai tidak mampu bernafas jika aku tidak menjauh sejauh-jauhnya.Aku menceritakan pertemuanku kembali dengan Ken di kota dingin yang saljunya sedang turun dengan lebat, sampai aku akhirnya memilih pulang ke Indonesia dan apa yang terjadi pada proses kepulanganku yang berjalan seperti bukan imigran gelap."Dan di sinilah saya, Pak Robert," ucapku menarik nafasku dalam.Sekalipun dadaku terasa sesak, ucapanku begitu lancar seolah diriku sedang menceritakan kisah orang lain.'Bukan kisahku!
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

138. PESONA LELAKI PARUH BAYA

Mataku terus menatap nanar barisan angka yang terpampang di layar mesin ATM di hadapan, sampai waktu tunggunya habis dan tanganku langsung memencet 'cancel' agar kartu ATM yang tidak pernah kugunakan, keluar.Aku tak perlu bertanya siapa yang memasukkan uangnya ke dalam tabunganku.'Aku pasti bodoh sekali jika tidak tahu.'Tapi l, sejak kapan? Apa aku harus mencetak rekening koran untuk tahu?Tapi, apa gunanya? Untuk bukti aku tak pernah menyentuh uang yang Ken kirim untukku? Atau untuk bukti bahwa ia masih peduli pada istrinya yang kabur?Rasanya, seluruh diriku jadi merasa kalah juga lelah. Dan hujan yang menderas, hanya membuat hatiku terasa lebih sendu tidak tahu harus mengatakan apa pada kartu ATM yang ragu kuambil, sampai-Puk!Aku yang tangannya terjulur, terkejut sampai kartu yang ujungnya sudah kupegang, jatuh ke atas lantai dingin di bawah kakiku. 'Siapa-'"Mbak Arini?"Mataku langsung membesar, mendengar sapaan hangat lelaki yang wajahnya tak lagi menyisakan gurat kekanaka
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

139. MEMBAWAKU PULANG

"Lagipula dia sudah mau pergi," tambah ibu yang ujung matanya memberiku tatapan tajam."Kok, buru-buru sekali. Padahal, Om saja baru tahu namamu."Aku tidak mengerti, kenapa suara lelaki paruh baya yang wajahnya seakan ingin terus kulihat begitu merasuk, tidak hanya dalam telingaku.Rasanya, ada sesuatu yang membuatku ingin terus memperhatikannya. Wajahnya, sorot matanya, garis rahangnya, pembawaannya, senyum ramahnya bahkan sentuhan jemarinya yang rasanya ingin kusalami. Tapi, apa hak-ku saat diriku sudah diusir dengan kata yang begitu halus oleh ibu mertuaku. Wanita yang memang sejak awal terpaksa menerimaku menjadi bagian dari keluarganya karena Ken menikahiku."Kurasa ia bahkan tak lagi sabar untuk membelanjakan uang yang ia dapat dengan cuma-cuma.""Ibu!" Seru Rama pada wanita yang hanya melirik putra bungsunya itu. Kepalaku menggeleng, melarang Rama untuk mengatakan kalimat apapun yang sudah ada di ujung lidahnya."Mbak mau belanja, Rama," ucapku menunjukkan senyum yang tercip
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

140. APA ALASANKU HIDUP

"Aku akan mengantar Mbak Arini pulang."Deg!Rasanya jantungku meloncat ketenggorokan saat mendengar kalimat yang Rama ucapkan.Sementara bayangan rumah sepi yang tak lagi menyambutku terpampang jelas, sampai tanganku yang kupangku terasa kebas saking eratnya genggaman."Rama-"Namun, aku tak menemukan kalimat yang bisa kusampaikan pada adik iparku ini. Bocah nakal yang tidak pernah menatapku dengan pandangan tak ramah, tapi juga tak menyambutku dengan pelukan hangat.Pada akhirnya aku memilih diam, begitupun Rama yang lebih memilih fokus menatap jalanan basah yang terus dituruni hujan lebat.Hujan yang bisa meredam sekencang apa detak jantungku, meski tak mampu menyamarkan ketidak-nyamanan yang sedang kurasakan.Mataku memperhatikan jalan yang masih begitu ku hafal meski banyak yang sudah berubah. Sementara aku dan Rama, lebih memilih diam tanpa kata di bawah lantunan musik yang menyatu dengan hujan.Kurasa, Rama yang sesekali melirikku tahu, aku jadi tak nyaman. Namun, ia memilih un
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status