Semua Bab Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami: Bab 51 - Bab 60

135 Bab

Pelarian Sertifikat Rumah

Vasya yang berada di dalam ruangan, memilih mengabaikan teriakan dari ayahnya. Ia bergegas ke dalam kamar dan menutup pintu. Di sana, dia memilih untuk berdiam diri. Selang beberapa minggu kemudian, Vasya mengikuti perlombaan. Dia mendapatkan juara tiga di kotanya. Tak lama kemudian, dia menjalankan ujian kenaikan kelas.Seharusnya, di waktu seperti itu, dia dapat belajar dengan serius. Namun, semua hanyalah ilusi. Hal itu terjadi ketika Devan dan Ariana berebut sertifikat rumah. "Ma! Mana sertifikat rumahnya" pekik Devan dengan nada tinggi. Ariana yang berdiri di belakangnya, menyembunyikan sertifikat itu di dalam tasnya."Apa mau kamu, Mas! Aku udah pernah bilang kalo rumah ini aset satu-satunya milik kita!" teriak Ariana, dia tidak terima dengan sikap Devan. "Ba*** kamu! Mana sertifikatnya! Kamu kasihin sekarang, apa aku yang minggat dari rumah ini, hah?! Pilih mana kamu!" pekik Devan. "Kalo kamu mau ngurus sertifikat rumah ini! Aku mendingan ikut! Jangan kamu sendirian, Mas! Ak
Baca selengkapnya

Pertarungan Sengit

"Heh, Devan! Kamu kalo ngomong jangan asal! Aku yakin Ariana nggak pernah bohong! Jangan bohong kamu di hadapan Kakak!" pekik Raihan dengan nada tinggi. "Oh, bagus kamu, Mas!" teriak Devan, ia sama sekali tak terima dengan perlakuan sang kakak. Namun, dia sama sekali tak memperdulikan apa yang dikatakan sang kakak. "Ariana! Sini kamu! Di mana kamu, ha?!" tanya Devan. Ia mendobrak setiap pintu ruangan dengan amarah di kepalanya. Nafasnya tersengal, sesekali ia menatap sekitar dengan wajah gelisah. Sampai akhirnya, dia bertemu dengan kedua putri Raihan. "O--Om? Om ngapain di sini?" tanya mereka dengan suara lirih, jangan ditanya lagi perihal kondisi mereka. Sudah pasti keduanya ketakutan. "Kamu liat Vasya?! Gadis brengsek itu harus Om kasih pelajaran, Raya! Jangan sampek kamu kayak dia!" pekik Devan, ia berkacak pinggang sambil menatap kedua mata mereka dengan tatapan ganas. "Kita berdua nggak tahu, Om," balas salah satu dari mereka. "Halah, bohong kalian!" pekik Devan, ia mengham
Baca selengkapnya

Menginap di Rumah Mertua

"Ariana, kamu nggak papa?" tanya Raihan, lelaki itu menoleh ke arah Ariana. Ia berlari kecil ke arah Vasya dan mengelus kepalanya. "Kamu nggak papa kan, Nak?" Raihan nampak gelisah ketika melihat tubuh Vasya gemetar. Gadis yang ada di pelukan sang ibu hanya menggelengkan kepala, ia tertunduk dan menyembunyikan wajahnya di bahu sang ibu. "Ariana, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa Devan bisa kayak gitu?" tanya Raihan, ia menatap Ariana dengan tatapan gusar. "I--ini semua gara-gara dia tahu identitasnya, Mas. Sekarang, saya mau tanya sama Mas Raihan. Kalo emang Mas Devan itu anak pungut, terus kenapa identitas orang tuanya disembunyikan? Itu nggak bener, Mas. Mas Devan berhak tahu siapa orang tuanya," ucap Ariana, wanita itu menahan air matanya. Deg!Batin Raihan seketika teriris mendengar apa yang dikatakan oleh Ariana. Lelaki itu menelan ludahnya sendiri. Ia kebingungan dengan pertanyaan Ariana. "Ariana, aku sendiri nggak ngerti kenapa Bapak sama Ibuk nggak mau jujur soal ini. T
Baca selengkapnya

Kejutan di Rumah

Ariana memilih diam dan segera pergi ke kasur. Ia merebahkan dirinya sendiri dan segera tertidur lelap. Di satu sisi, sang anak yang tadinya mandi, segera bergegas ke dalam kamar. "Haduh, ujiannya besok gimana, ya?" batin Vasya dengan suara lirih. Ia merasa cemas dengan apa yang akan dia hadapi. Alhasil, keesokan harinya, Vasya hanya mengerjakan sebisanya. Ariana yang masih bertahan di rumah mertuanya, hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Dia mengerjakan pekerjaan rumah sebagaimana yang dia lakukan di rumahnya sendiri. "Ariana, tolong bikinin kopi. Habis itu, kamu jangan lupa masak, ya," ucap Fero dengan suara lantang."Iya, Pak," balas Ariana. Wanita itu mengerjakan semua hal yang diperintahkan oleh mertuanya. Tak lama kemudian, ketika dia mengirimkan kopi kepada Fero. Ia kembali mendapat tatapan sinis. "Pak, ini kopinya," ucap Ariana. Wanita itu menaruh segelas kopi di meja kecil yang ada di samping Ariana. "Duduk kamu, Bapak mau ngobrol sama kamu," katanya dengan suara lir
Baca selengkapnya

Penuntutan!

"Kamu yang apa-apaan, Vasya. Jangan merasa kamu ini paling tersakiti, dong. Kamu nggak mikirin perasaan Mama?" tanya Ariana, ia berusaha menekan sang anak. "Iya enggak dong, Ma. Mama kira, Vasya segitunya sama Mama?! Justru, Vasya itu dari dulu berusaha ngelindungin Mama sama diri Vasya sendiri," balas gadis itu. Ia segera pergi meninggalkan tempat agar perdebatan itu tidak semakin panjang. Ariana kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli dengan Vasya. Hampir setengah hari penuh dia membersihkan rumah setelah seminggu lebih tidak dia tempati. Ketika selesai, Vasya dan Ariana duduk di ruang keluarga sambil melihat ke arah sekitar. "Ma, kalo rumahnya kosong, keliatan serem juga, ya," ucap Vasya sembari tertawa. Gadis itu berushaa berbaikan dengan sang ibu. "Hahaha, iya juga, ya. Ya bener, sih. Keliatannya itu putih, bersih. Tapi, serem juga kalo nggak ada apa-apa, Vasya.""Heum, Vasya jadi penasaran, kira-kira, nanti ada hantunya nggak, ya?" tanya gadis itu sembari tertawa lirih
Baca selengkapnya

Temen Ayah Itu Sampah!

"Halah, itu cuman alasan kamu, kan?!" tanya Devan, ia melirik sinis ke arah Vasya. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Oh, jadi Ayah nggak percaya sama kata-kata Vasya, nih?! Vasya haru gimana biar Ayah ngerti, ha?! Masa iya apa-apa harus Vasya kasih tau ke Ayah! Malu sama temen-temen di sekolah, Yah!" pekik Vasya dengan suara lantang. Deg!Devan mengerti bahwa gadis itu ingin menjatuhkan harga dirinya. Alhasil, Devan akhirnya mengalah. "Ya udahlah, yang itu buat kamu aja. Awas kamu, Vasya!" pekik Devan dengan suara lantang. Devan melangkah pergi dari gadis itu. Ia, Jarot dan juga Udin bersama-sama ke luar rumah tanpa tahu malu. "Anak kamu itu bener-bener harus dikasih pelajaran ya, Rot! Untung aja kamu sabar!" pekik Jarot dengan suara lantang. Ia sengaja melantangkan suaranya agar Vasya dapat mendengarnya. Vasya yang mengetahuinya, tak enak hati. Dia langsung bergegas pergi ke luar dan berjalan ke arah mereka bertiga. "Om tadi bilang apa?! Vasya harus dikasih pelajaran?!
Baca selengkapnya

Biarkan Aku Pergi!

"Mama itu apa-apaan, sih?! Kenapa tamunya diusir?! Emangnya, Mama nggak mikir apa?! Bisa jadi orang itu sumber rezeki buat kita, Ma!" Devan mencoba menjelaskan sesuatu yang berada di luar nalar. Lelaki itu sama sekali tak terima dengan perbuatan istrinya. Ariana yang mendengarnya, menepuk jidatnya sendiri. "Mas, aku nggak akan pernah terima kalo Mas Devan kayak gitu! Di mana akalmu, Mas?! Kamu nggak mikir apa yang bakalan terjadi kalo kamu kaya gini terus, ha?!" pekik Ariana dengan suara lantang. Brak!Devan seketika mendorong sang istri ke belakang. "Persetan sama omonganmu, Ma! Kamu mau nurut sama aku atau enggak! Itu semua pilihanmu! Yang penting, sekarang aku mau ke luar dan nemuin orangnya!" jawab Devan dengan nada tinggi. Lelaki itu bergegas ke luar pintu dan menyambut tamunya kembali. Dia berjalan mendekati orang itu sambil berharap ada keajaiban. "Tuan, tolong kembali ke rumah saya. Ayo kita bicarakan ini baik-baik. Saya-""Cukup, Mas! Saya nggak sudi diperlakukan seperti
Baca selengkapnya

Pindah Rumah Secara Paksa

Vasya segera berlari ke rumah dan bersembunyi di kamarnya. Di satu sisi, Ariana yang berada di depan pintu tak habis pikir dengan sikap Vasya. "Vasya! Vasya, buka pintunya, Nak!" teriak Ariana. Wanita itu menggedor pintu dengan keras. Berusaha memanggil sang anak yang bersembunyi di dalam kamar. Vasya yang berada di dalam kamar, seketika membuka pintu. Dia berjalan ke luar dan memeluk ibunya sembari menangis kencang. Gadis itu meminta maaf dan menceritakan semuanya kepada Ariana. "Astaghfirullah, Nak. Makanya, kamu jangan pernah lagi kepikiran buat bunuh diri. Itu perbuatan dosa, Vasya. Allah nggak suka sama perbuatan itu," ucap sang ibu dengan suara lirih. Vaysa menganggukkan kepalanya.Di hari itu, mereka berdua berusaha menenangkan diri. Selama beberapa hari, Devan juga tidak pulang ke rumah. Dia memilih untuk menenangkan diri. Namun, perbuatannya sungguh berada di luar nalar. Hal itu terjadi ketika dia pulang ke rumah bersama dengan sosok makelar. "Ma! Kamu di mana, ha?! Cepet
Baca selengkapnya

Hari Pertama di Rumah Baru

"Ma! ayo pulang ke rumah Kakek, Ma! Vasya udah nggak kuat di sini," ucap Vasya pelan. Gadis cilik itu menoleh ke arah Ariana dengan tubuh lemas. Ariana yang berada di samping anaknya, seketika bergumam pelan. "Nak, jangan gegabah. Kamu tahu kalo Mama nggak punya biaya buat ke rumah Kakek kamu. Ayo, ikut Mama bersihin rumah ini. Alhamdulillah Ayah kamu udah ngasih uang ke Mama. Jadi, lumayan banget buat makan hari ini," ucap Ariana. Ia mencoba tersenyum di hadapan Vasya. Dengan berat hati, Vasya akhirnya mengikuti keinginan sang ibu. Namun, dia tak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Ariana. Bekali-kali gadis itu mendorong ibunya untuk angkat kaki, atau setidaknya pisah rumah dengan ayahnya. Namun, jawaban Ariana tetap sama. Tak berselang lama, keduanya langsung pergi untuk membersihkan seisi rumah. Di sana, Vasya dan Ariana berusaha keras untuk membersihkan semuanya hingga bersih. Ketika sore tiba, mereka berdua membeli bakso. Hingga malam, Devan belum tiba di rumahnya. "M
Baca selengkapnya

Uang dan Kejutan Pagi Hari

"Ini soal keluargaku, Ma. Bapak mau rumah ini direnovasi," ucap Devan. Deg!Ariana menghela nafas panjang. Baru saja dia pindah dan membereskan semua pekerjaan rumah bersama Vasya. Namun, dia malah mendapat kabar buruk. "Mas, kenapa harus direnovasi, sih? Rumah ini masih bagus dan masih kuat, nggak perlu, Mas. Uangnya bisa kamu gunain buat yang keperluan yang penting, misalnya beli sepeda motor baru, biar Vasya nanti pas gede bisa langsung make, Mas. Kamu mikirnya ke depan gitu loh, Mas. Jangan mikirin hidup di masa ini aja," ucap Ariana dengan suara lantang. Ia sengaja melantangkan suaranya agar suaminya mengerti bahwa dia tengah marah. "Ma! Kamu kok marah-marah, sih?! Lagian, Ma! Kita ini hidup di hari ini! Ya udah, yang dipikir ya hari ini dulu! Jangan mikir ke depannya kayak gimana! Semua itu dijalanin dulu, Ma! Sisanya, serahin sama yang Di atas! Yang Di atas lebih tahu apa yang terbaik buat kita!" pekik Devan tak kalah lantang. "Mas! Kamu itu gimana sih, pola pikirnya?! Aku n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status