“Andhira, makasih ya buat makananya.”Andhira menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung Arsenio yang berdiri dihadapannya saat ini. Bayangkan saja, dirinya baru datang, baru saja keluar dari dalam mobil, dan Arsenio mengejutkannnya.“Makanan apa, Pak?” tanya Andhira tanpa sadar, lalu mengulum bibirnya setelah mengerti apa yang dimaksud oleh Arsenio. Dirinya mengangguk, “Oh iya, Pak. Sama-sama. Enak gak, Pak? Ya emang gak seenak buatan mbak Maya sih.”Arsenio mengangguk, “Enak kok, dia minta kamu buatin lagi. Mbak Maya yang merasa dirinya perlahan digantikan oleh kamu, pura-pura ngambek sama dia,” ucapnya, diakhiri dengaan terkekeh.“Oh iyaa? Duhh saya jadi merasa bersalah,” ucap Andhira, lalu menunduk.Arsenio tertawa, “Saya duluan ya, Andhira. Inget pesan saya, jangan ….”“Berulah,” sahut Andhira cepat, membuat Arsenio tersenyum lebar. Arsenio mengusap puncak kepala Andhira terlebih dahulu, sebelum akhirnya melenggang pergi dari hadapan Andhira.Andhira menggelengkan kepala, diri
Read more