Home / Rumah Tangga / Ayah Mana? / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ayah Mana?: Chapter 61 - Chapter 70

116 Chapters

61. Upi suka liat Bunda berantem

Vinza berdiri dan langsung menatap Viane. “Apa kamu bilang tadi?” tegur Vinza. “Wanita kotor!” tunjuk Viane. “Wanita?” Vinza rasanya jadi emosi. Saat itu juga dia jambak rambut Viane hingga wanita itu berteriak kesakitan. “Cabut kata-kata kamu dan minta maaf!” bentak Vinza. “Kamu wanita murahan yang rebut tunanganku!” balas Viane. Dia berusaha balik menjambak, tetapi tak berhasil karena Vinza semakin menarik rambutnya ke bawah. “Aw! Sakit! Lepas!” pekik Viane. “Minta maaf!” tegas Vinza. Sementara Viane masih mengatakan kata-kata kasar. Semakin beringas saja Vinza sampai ditambah mengatup kedua pipi Viane dengan tangan kanannya. Sementara tangan kiri tetap menjambak. Bibir Viane manyun akibat kedua pipinya Vinza tekan. “Minta maaf aku bilang!” bentak Viane. Tangan wanita itu mulai memukuli Vinza agar dilepaskan. “Upasin! Upasin!” teriak Viane tak jelas akibat mulutnya ditekan Vinza. Keributan itu rupanya memancing orang-orang datang. Tempat yang tadi sepi, kini banyak orang yang
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

62. Jam

David masih memeriksa beberapa koran dan artikel tentang kematian pengasuh yang menculiknya dulu. Ia begitu bernafsu untuk menemukan manusia terkutuk itu. Manusia yang membuat ia terpisah dari orang tuanya, hingga tak sempat melihat ibu kandungnya untuk terakhir kali.Hati anak mana yang tak sedih. Hidup bertahun-tahun tanpa orang tua, mengira dirinya sudah terbuang. Ternyata orang tuanya di belahan bumi lain pun tengah mencari. Dua hati yang menyatu, tapi dipisahkan jarak yang jauh. Anak itu meratap kesepian di pinggir jendela. Sementara ibunya merindukan saat memeluk bayi mungil yang akan melanjutkan keturunannya. Seluruh mimpi keluarga kecil itu terkubur berpuluh tahun lamanya. Yang kini tersisa hanya penyesalan, kenapa tak diketemukan jauh sebelum hari ini datang.“Ini! Ada sesuatu yang janggal!” tunjuk David. Mr. Hang sedang duduk di depannya. David menunjukan sebuah catatan wawancara dengan keluarga korban di dalam sebuah berita televisi yang rekamannya masih ada di Youtube. Pe
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

63. Bahaya Yang mengincar

Rufy berlari di halaman rumah sambil tertawa. Ia mengambil bola lalu melemparnya. Tak tahu kenapa tak satu pun bola yang bisa Vinza bisa tangkap. “Apa kebodohan juga ngaruh ke fisik, ya?” pikir Vinza. Jujur di sekolah dia hanya anak biasa saja. Seumur hidup tak pernah menang lomba. Pernah, deh. Sekali, lomba ambil koin dalam terigu pakai mulut. Itu pun dia tak pajang sertifikat lomba karena ada fotonya dengan wajah cemong penuh terigu. “Bun, akep napa?” Awalnya Rufy merasa bangga karena ibunya tak bisa menang sekalipun dalam permainan tangkap bola. Lama-lama menang terus terasa bosan. “Upi, bisa enggak majuan sedikit gitu.” Jarak yang tadinya dua meter, sekarang tersisa satu koma lima meter. Rufy melempar bola dan hasilnya tetap sama. Vinza tak bisa menangkap bola. Di sini pandangan mata Rufy menurun. Anak itu menunduk sedih sambil berjalan ke arah rumah. “Rufy, jangan marah, dong. Maafin Bunda, ya? Nanti main bolanya sama Ayah saja, ya?” Rufy tak menjawab. Ia masih terus berjalan
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

64. Merasa kehilangan

“Menurut Gubernur kita, Ridwan Kamil .... Warga Bandung butuh piknik,” celetuk Biru. “Aku pikir mungkin dia bukan orang Bandung,” balas David serius. “Momod, aku ini tadi bercanda.”“Terus kamu pikir aku serius, Tatang!” bentak David. Ia lekas mematikan telpon. Orang-orang yang ia lewati menunduk di depannya. Para penjaga berjaga di belakang. Sopir membukakan pintu mobil dan David masuk ke dalam. Ia telpon Brazil, bukan nama sebenarnya. Pria itu seorang polisi khusus yang bisa diminta bantuan untuk menyelidiki kejadian ini.“Sudah ditemukan pelurunya?” tanya Brazil. “Datang saja ke TKP. Aku minta para penjaga untuk tidak memindahkan apa pun dari sana,” jelas David. Setelah menutup telpon, ia melihat ke luar jendela. Tangannya gemetar. Mata David terasa perih hingga berkaca-kaca. Ia usap matanya. “Vinza,” panggilnya dari dalam hati. “Ya Allah, tolong lindungi istriku.”***Vinza masih tertidur karena obat bius. Ia terpaksa dibius karena mengganggu kinerja dokter saat menjahit luka
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

65. Bibir yang mengatup

Kalau ingat itu, David ingin tertawa. Wanita yang kini tertidur di depannya sangat menyenangkan. Ia bisa membuat David tertawa, menerima David apa adanya dan yang paling penting, membuat David nyaman. Semalaman David mengompres kening Vinza. Ia tak memedulikan tubuh yang terasa pegal akibat bekerja sejak pagi. Hingga David tertidur di samping istrinya. Begitu malam berlalu, Vinza perlahan membuka mata. Ia lihat David tidur di sampingnya. Vinza mengedipkan mata. Ia ingat kalimat yang dikatakan Biru Bamantara, kalau David masih memiliki perasaan padabya. “Apa kamu masih punya perasaan sama aku? Atau kamu cuman peduli karena aku ibu dari anak kamu?”Seketika mata David terbuka. Mata keduanya saling bertabrakan. Mereka masih mematung. Pandangan keduanya semakin dalam dan membuat perasaan mereka semakin terjerumus hingga David menggeser wajahnya dan mengecup bibir Vinza begitu lama. Keduanya mematung begitu bibir mereka terlepas. Mata mereka saling bertatapan lama sekali. David mengedip
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

66. David gak salah

Vinza kembali masuk ke dalam. Ia ingin menelpon Langit dan memastikan Rufy baik-baik saja. Takutnya anak itu menangis karena Vinza tak menemaninya. David? Tak tahu pria itu ke mana. Ia main pergi saja. “Rufy baik. Kami pastikan dia enggak tahu. Alhamdulillah, pas disebutin kamu lagi kencan sama Ayahnya, Rufy senang banget. Dia dinasihati Minara supaya enggak ganggu kalian, nurut langsung,” cerita Langit. “Makasih banyak, Teh. Maaf ngerepotin. David juga bukannya cepat jemput Rufy. Aku takutnya di sana dia rewel.”“Dia baik, Vin. Lagian biarin dia di sini saja. Kalau David bawa pulang, nanti Rufy tahu kamu enggak ada di rumah. Malah jadi rewel, ‘kan?” Apa yang dikatakan Langit ada benarnya juga. “Baik, Teh. Makasih banyak sudah mau jagain Rufy. Aku jadi enggak enak ngerepotin. Kalau Rufy ngerengek, telpon aku saja. Biar aku suruh David jemput.”***Adam benar datang untuk menjenguk. Vinza sudah memberi tahu agar dia tak membawa apa pun. Lagipula makanan sudah tersedia di kamar. Bahk
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

67. Dia suamiku

David menepis tangan Adam. Ia masih menatap tajam pada pria itu. Sedang Adam berpaling pada Vinza. “Enggak salah apa-apa? Selama ini kamu enggak pernah celaka, Vin. Sejak kamu sama dia, kamu jadi celaka begini. Pasti itu musuhnya!” Adam masih terdengar kesal.Vinza tak bisa membalas perkataan Adam. “Iya, kamu benar. Dia jadi celaka karena aku. Aku memang selalu buat masalah dalam hidupnya. Aku bikin dia enggak bisa lanjutkan sekolah, aku bikin dia mendapat kesulitan hidup. Dan sekarang, dia hampir mati karena aku. Kamu benar.” David mengungkapkan segala kesalahannya.“Kalau gitu, jauhi dia. Biarkan dia hidup sendiri dan bahagia!” tegas Adam menatap David.David berbalik dan hendak melangkah pergi. “David! Jangan pergi!” panggil Vinza dengan suara serak. Baik Adam dan David sama-sama berbalik. Keduanya kaget mendengar Vinza memanggil David. “Mau dia seburuk apa pun, dia suamiku. Mau dia sebaik apa pun, dia suamiku. Jadi, jangan marahi suamiku seperti itu. Dia juga menderita sama seper
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

68. Ketika Rufy lahir

Vinza ikut menangis. Ia balas pelukan David. Namun, lengannya malah terasa nyeri saat diangkat. “Aduh, sakit,” keluhnya. David melepaskan pelukan. Ia usap air matanya lalu tersenyum. “Masih sakit, ya?” tanya David. Vinza mengangguk. Tangan David mengusap air mata Vinza lalu mencium kening istrinya. “Yang kuat, ya. Pasti akan cepat sembuh. Aku akan jaga kamu di sini.”“Beneran?” tanya Vinza. David mengangguk. “Terakhir kali, kamu juga bilang gitu dan akhirnya pergi.”“Maaf.”“Cuman maaf?”“Terus aku harus apa?” tanya David. “Suapin. Aku lapar. Pak Adam nyuapinnya enggak sampai selesai. Padahal aku masih lapar.”David mengangguk. Ia ambil piring dan sendok dari tas nakas dan mulai menyuapi Vinza. Walau sambil menangis, Vinza tetap mengunyah makanannya. “Kenapa waktu aku ngelahirin, kamu enggak suapin aku kayak gini? Padahal lebih sakit waktu ngelahirin Rufy,” keluh Vinza. David tak menjawab. Ia tetap menyuapi istrinya dan sesekali memberi Vinza minum. ***Masa lalu di mana mereka pe
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

69. Perhatian

Vinza tahu menjadi seorang ibu membuatnya menjadi lupa akan namanya keluh kesah. Sambil menggendong Rufy, ia kerja di kebun demi bayaran perhari. Mencabuti rumput, memetik tomat dan cabe setiap musim panen, Vinza geluti demi bisa memberikan anaknya kecukupan gizi. Ia tak pernah lagi mendengar hinaan orang lain. Ia yakin walau dia pernah berbuat salah, Allah Maha Pemaaf. Walau akhirnya dia harus meninggalkan bayinya selama dua tahun lebih, demi membayar hutang keluarga. Perjalanan panjang hingga membawanya kini ke dalam pelukan David. “Aku enggak cantik loh!” ucap Vinza. “Dulu malah lebih parah. Pulang sekolah mana masih bau ketek,” timpal David. “Emang kamu pikir kamu enggak gitu? Zaman itu kita belum mampu beli deodorant,” celetuk Vinza. Keduanya tertawa. “Beli minyak wangi saja, kalau abis ditambahin air,” timpal David. “Kalau enggak beli kisprey sesachet, kasih air dipake sebulan.Keprihatinan yang membawa mereka akan kenangan yang pahit sekaligus indah. Vinza duduk dalam pan
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

70. minta adik

Mereka akhirnya tiba di mobil. Vinza hendak berdiri dari kursi rodanya. Namun, David langsung menggendong dan dimasukan ke dalam mobil. Vinza sempat protes karena menjadi bahan perhatian orang di sana. Sampai di rumah jadilah Vinza cemberut. Lebih-lebih saat Rufy datang setelah dijemput dari rumah Bamantara. “Rufy dengar Ayah. Bunda lagi sakit. Tangan Bunda sakit. Jadi Rufy kalau minta gendong, minta saja sama Ayah atau sama Bibi, ya?” nasihat David. Rufy mengangguk. Ia menatap Vinza dengan tatapan sedih. Vinza menendang kaki David. “Kita sudah sepakat buat enggak kasih tahu dia!” omel Vinza. “Inget, kita pisah karena ketidak jujuran. Jangan biarkan anak kita juga begitu! Jujur, walau itu pahit!” balas David. Walau ada benarnya juga omongan dia, tetap saja rasanya Vinza kesal ingin mengajak dia bertengkar. Sayang ada Rufy di sini. “Bunda, cakit, ya?” tanya Rufy sambil meneteskan air mata. “Rufy juga kadang bisa sakit, ‘kan? Bunda sudah lama enggak sakit. Jadi sekarang sakit dulu
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status