Share

63. Bahaya Yang mengincar

Rufy berlari di halaman rumah sambil tertawa. Ia mengambil bola lalu melemparnya. Tak tahu kenapa tak satu pun bola yang bisa Vinza bisa tangkap. “Apa kebodohan juga ngaruh ke fisik, ya?” pikir Vinza. Jujur di sekolah dia hanya anak biasa saja. Seumur hidup tak pernah menang lomba. Pernah, deh. Sekali, lomba ambil koin dalam terigu pakai mulut. Itu pun dia tak pajang sertifikat lomba karena ada fotonya dengan wajah cemong penuh terigu.

“Bun, akep napa?” Awalnya Rufy merasa bangga karena ibunya tak bisa menang sekalipun dalam permainan tangkap bola. Lama-lama menang terus terasa bosan.

“Upi, bisa enggak majuan sedikit gitu.” Jarak yang tadinya dua meter, sekarang tersisa satu koma lima meter. Rufy melempar bola dan hasilnya tetap sama. Vinza tak bisa menangkap bola.

Di sini pandangan mata Rufy menurun. Anak itu menunduk sedih sambil berjalan ke arah rumah. “Rufy, jangan marah, dong. Maafin Bunda, ya? Nanti main bolanya sama Ayah saja, ya?”

Rufy tak menjawab. Ia masih terus berjalan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status