Home / Rumah Tangga / Ayah Mana? / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Ayah Mana?: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

91. belum bayar

Mendengarnya, Bu Hamid memberikan jempol pada Vinza. “Ibu-ibu, kalau mau belanja ya belanja saja. Ngobrolnya nanti. Kasian yang lain sudah nunggu lama,” saran Bu Hamid. Satu per satu ibu-ibu itu membayar belanjaan mereka. Sambil mendelik, mereka tinggalkan warung Bu Hamid. “Makin lama mereka makin sering ngurusin hidup orang,” komentar Bu Hamid.“Mereka yang nyumpahin hidupku belangsak dulu. Pasti mereka kecewa banget doa mereka tak terkabul,” ucap Vinza.“Mau gimana lagi, Vin. Mungkin cuman itu hiburan buat mereka. Apalagi kemarin sempat gagal panen,” cerita Bu Hamid.“Kok bisa?” “Itu, Si Hadi sengaja cemarin air pakek cairan kimia. Jadinya padi pada rusak semua.”“Ya Allah, itu laki-laki enggak tobat juga. Maunya apa dia?” “Apalagi. Supaya petani ngerugi terus minjem uang sama dia yang bunganya besar. Apalagi sekarang ke bank susah ajuinnya lama.”“Jahat emang dia, tuh! Jangan-jangan dulu juga, orang tuaku gagal panen sampai ngehutang ke dia kayak gini!” komentar Vinza.“Bisa jadi
last updateLast Updated : 2023-03-08
Read more

92. Pindah Rumah

Tinggal di salah satu kota kecil di Taiwan, Vinza sama sekali tak pernah membayangkan jika ada tempat seperti Hongkong di dunia ini. Tiba di bandara dengan desain ruangan serba putih, Vinza berjalan dituntun David yang sedang menggendong Rufy. Bandara itu ramai dengan orang-orang berjalan ke berbagai arah. Banyak dari mereka memiliki wajah oriental dengan kulit sangat putih. Mereka menuruni eskalator dan berjalan menuju pintu keluar. Sudah ada mobil yang menjemput dan penjaga di sana. Salah satu penjaga membuka pintu mobil sedan hitam di mana David dan keluarganya masuk di jok belakang. Setelah semua keamanan siap, mobil mulai meninggalkannya bandara dan di sini Vinza melihat pemandangan seperti bukan di dunia manusia. Gedung-gedung tinggi begitu mendominasi dengan jalanan lebar dan pemandangan ke laut. Inilah kota yang konon memiliki biaya hidup termahal di dunia. Tempat di mana tujuh puluh tujuh juta orang hidup dalam daratan yang kurang lebih seluas seribu kilo meter persegi. Tid
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more

93. Apartemen baru

Vinza masih mengikuti dari belakang. David membuka pintu salah satu kamar tidur. Ruangan itu sudah didesain layaknya kamar anak-anak. “Ini harusnya kamar tamu. Cuman karena jendelanya tinggi, aku mau pakai buat kamar Rufy. Kalau jendelanya pendek, takut Rufy manjat,” jelas David sambil menunjukkan rangka jendela.“Makanya kalau punya bocah, mendingan jangan tinggal di tempat tinggi-tinggi ginian. Lagian aku takut, loh!” protes Vinza sambil bergidik ngeri.“Kalau kamu punya uang buat beli rumah baru silakan,” tantang David.“Aku benci kamu! Awas enggak akan aku kasih jatah!” ancam Vinza sambil berjalan ke luar kamar. Ia melangkah dan duduk di sofa ruang tamu. Matanya melirik ke sekitar ruangan. Ada gorden besar di depannya. Iseng, Vinza berdiri dan membuka gorden itu. Matanya terbelalak. “Wah, gila! Laut!” serunya. Barisan gedung di Hongkong dengan lampu-lampunya yang terang kemudian hamparan air teluk yang terlihat seperti permata hitam di malam hari. Tak lupa angin yang meniup pepoh
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more

94. Akong Sakit

Tak lama David masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon yang terbuat dari kaca. Gordennya tertutup sendiri ketika David menekan tombol di dinding. Vinza menyipitkan mata. “Buat apa tadi aku narik gorden berat itu kalau bisa ketutup sendiri. Sial!” pikirnya. David naik ke atas tempat tidur. Ia sempat melirik ke arah Vinza. “Kenapa belum tidur? Enggak capek?” “Capek, sih. Cuman khawatir sama kamu. Ada apa, sih? Enggak mau cerita?” tanya Vinza. “Biasa. Kamu tahu sendiri aku mau laporkan kasus penculikan ke kepolisian Hongkong. Tapi kayaknya memang agak sulit karena Martin Zhou salah satu orang berpengaruh. Cuman, Papaku lebih berpengaruh, sih. Aku mau minta Papaku yang mengajukan gugatan.”“Papa nolak?” tanya Vinza. “Aku belum bilang. Besok saja kita ke rumah Papa. Sekalian aku mau nengok.”***Vinza bangun karena alarm. Dia turun dari tempat tidur dan lekas mandi. Selesai berpakaian, Vinza bangunkan David. “Pa, mau salat enggak? Nanti kesiangan.”David membuka matanya perlahan.
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

95. Sibuk kerja

“Upi tuh Abah dak cuka. Abah malah-malah Upi,” cerita Rufy. David harus menerjemahkan kalimat Rufy agar Ethan mengerti. “Kenapa Akong enggak suka?” tanya Ethan. “Upi nak halam. Dak Ayahan. Ni Ayah, ya?” tunjuk Rufy pada David. “Kamu anak yang tampan, baik dan pintar. Akong sayang sama kamu. Kamu mirip sekali dengan Akong,” ucap Ethan. Rufy memberikan jempol. “Iya, Akong juga Abah Rufy, ‘kan?” tanya Vinza. Rufy mengangguk. Anak itu terlihat senang bisa berbaring di samping kakeknya dan diberi rasa kasih sayang. Hal yang tak dulu dia dapatkan dari Rohanda. Pria itu sering menghardik setiap kali Rufy mendekat. Semua itu akibat rasa kecewa Rohanda akan putrinya. “Semarah apa pun seorang Ayah, dia tetap pria yang ingin anaknya mendapat yang terbaik,” ucap Ethan. “Aku juga ingin yang terbaik untuk Papa,” ucap David. Dengan manja dia berbaring di samping Ethan sambil memeluk Papanya. Rufy memukul lengan David. “Ni Akong Upi!” ucapnya kesal sambil melotot. “Akong ‘kan Papanya Ayah,” t
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

96. David harus berjuang

Mr. Hang menaikan ikatan dasinya. “Akan lebih baik anda bertanya pada Tuan Liu. Beliau belakangan ini sering mengunjungi rumah Lau. Mungkin beliau mau terbuka masalah ini.” David berdiri. “Tolong copykan file di atas mejaku. Aku akan ke ruangan Mr. Liu,” pesan David. Ia begitu tergesa-gesa meninggalkan ruangan. Ruangan Mr. Liu dan David ada di lorong yang sama. Tiba di depan ruangan pria itu, David berhenti sejenak akibat ada tamu di ruangan Mr. Liu. Pintu ruangan itu terbuka. Tak lama tamu keluar, seorang pria dengan jas cokelat tua. Melihat David, ia lekas menunduk. “Siapa dia, Oom?” tanya David. “Damier, kamu ke sini? Kapan datang?” tanya Mr. Liu. Sama sekali pria itu tak terkejut atau apa pun. “Aku pernah lihat dia di rumah Papa.”“Duduklah.” Mr. Liu menunjuk sofa di ruang kantornya. Di sana kini David duduk berhadapan dengan sahabat Papanya itu. “Aku dengar tentang masalah Zhou. Benar-benar, hanya kamu yang berani menyentuh dia di sini,” ucap Mr. Liu. Tak la sekretarisnya m
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

97 Vinza kena gombalan David

“Nyonya, Tuan Besar sudah selesai istirahat,” ucap pelayan di rumah Lau. “Napa cih? Olang dak omong,” protes Rufy yang kesal karena orang-orang di sini bicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti. “Mereka bisa ngomong, cuman kamu belum ngerti bahasanya. Nanti kita belajar, ya?” ajak Vinza. Rufy mengangguk. Dengan lembut, Vinza kecup kening Rufy. “Nak, Bunda mau ke Akong dulu, ya? Kamu main di sini.”“Iya.” Vinza lekas berdiri dan pergi ke kamar Ethan. Begitu membuka pintu, ia disambut senyuman Ethan. “Papa baik-baik saja?” tanya Vinza berusaha memeriksa keadaan Ethan. Dia yang pernah merawat seorang Nenek di Taiwan begitu telaten merawat mertuanya. Dari mulai memijiti hingga menyuapi. “Iya, aku senang sekali. Sejak dulu selalu ingin punya anak perempuan. Karena mereka bisa merawat dan menjagaku. Anak perempuan senang diajak bicara, bercanda dan berbagi,” ucap Ethan. “Aku juga anak perempuan Papa, ‘kan? Jangan sedih. Papa punya anak laki-laki dan anak perempuan yang akan jaga Papa
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

98. Napa bobok gak pake baju?

“Ini rooftop?” tanya Vinza. Karena apartemen David berada paling atas, apartemen itu memiliki sky terrace yang memiliki pemandangan 360 derajat. Bagian depan menghadap bukit penuh pepohonan, lalu kota dan teluk, sedang bagian belakang pemandangan bukit dengan mansion mahal berbaris. Vinza melihat ke sekitar teras. Ia melihat ada tangga lain dan turun melalui tangga itu. “Ini bak air panas?” tanya Vinza. “Jacuzzi,” ralat David. “Rufy bisa renang di sini nanti. Enggak ada kolam renangnya, ya?” “Ada di rumah Papa.”Wanita itu masih lincah menuruni tangga paling ujung dan menemukan teras lain yang memiliki alat baberque juga wastafel. “Wah, keren emang ini. Enggak salah harganya mahal,” pikir Vinza. Saat melirik ke kanan, ia melihat ada pintu. Dibuka pintu itu yang ternyata tersambung ke dapur. “Jadi jalan masuknya ada dua?” Bukannya menjawab pertanyaan Vinza, David malah menggendong istrinya. “David turunin!” pinta Vinza. “Enggak bisa. Aku mau liat kain laknat,” ucapnya. Sampai di
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

99. memasak untuk keluarga

“Aku sebenarnya kurang nyaman kalau ada pelayan. Lebih enak begini, mereka datang hanya untuk beres-beres dan ngisi kulkas. Sisanya bisa sendiri. Lebih bebas,” jawab David. “Iya, tapi harus masak sendiri,” keluh Vinza. “Kayaknya dari dulu kamu paling males kalau disuruh masak.” Mereka tiba di dapur yang bernuansa kecokelatan. David langsung membuka kulkas. “Habis aku malas kalau masak, diprotes terus,” keluhnya. “Ya belajar, bukannya malah ogah masak,” timpal David. Vinza naikan Rufy ke atas kursi di meja makan di dapur. Hanya saja mejanya tak sebesar di ruang makan. Hanya meja bundar dari kayu dengan cat cokelat. “Aku masak, kok. Masak buat Nenek yang aku jaga selama jadi TKW. Cuman masalahnya cuman sayur saja,” jawab Vinza. “Ma iyoy,” timpal Rufy. “Kok kamu tahu, sih? Padahal Bunda belum pernah cerita, loh.” Vizna tampak kaget mendengar kalimat Rufy. “Bukannya sudah bisa ketebak? Kamu masakin dia telur lagi dan telur lagi,” ledek David sambil tertawa. Vinza menatapnya tajam
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more

100. kabar buruk

Rufy tertawa mendengar suara tawa anak-anak dalam video. “Upi mo dede bayi. Mo dede bayi,” pinta Rufy. “Ya harus dibikin dulu, Rufy. Lama lagi,” timpal Vinza. “Bunda biang boeh. Upi mo dede,” tegas Rufy merengek. “Lha, kok malah nangis. Kemarin Rufy bilang enggak mau punya dede. Jadi Ayah sama Bunda sepakat enggak bikin dedek. Sekarang malah pengen dede.” Vinza jadi bingung sendiri. “Aaa-aarg Bunda, mo dede bayi,” rengek Rufy. Dia benar menangis sampai vinza harus menggendongnya. “Iya, nanti Bunda sama Ayah bikin dede, ya? Rufy sabar dulu. Bikin dede itu enggak sebentar, ya?”Di tengah keributan rengekan Rufy, ponsel berdering. Vinza lekas mengangkat telpon dari suaminya itu. Hendak mengatakan apa yang terjadi dengan Rufy, ia malah dikagetkan dengan apa yang David ucapkan. “Bun, Papa meninggal,” ucap David. “Ayah, yang kuat, ya? Kamu di mana sekarang. Aku ke sana, ya?” pesan Vinza. Rasanya sedih, dia baru punya mertua. Baru bertemu dengan mertuanya. Dia berharap Ethan bisa men
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status