“Aku sebenarnya kurang nyaman kalau ada pelayan. Lebih enak begini, mereka datang hanya untuk beres-beres dan ngisi kulkas. Sisanya bisa sendiri. Lebih bebas,” jawab David. “Iya, tapi harus masak sendiri,” keluh Vinza. “Kayaknya dari dulu kamu paling males kalau disuruh masak.” Mereka tiba di dapur yang bernuansa kecokelatan. David langsung membuka kulkas. “Habis aku malas kalau masak, diprotes terus,” keluhnya. “Ya belajar, bukannya malah ogah masak,” timpal David. Vinza naikan Rufy ke atas kursi di meja makan di dapur. Hanya saja mejanya tak sebesar di ruang makan. Hanya meja bundar dari kayu dengan cat cokelat. “Aku masak, kok. Masak buat Nenek yang aku jaga selama jadi TKW. Cuman masalahnya cuman sayur saja,” jawab Vinza. “Ma iyoy,” timpal Rufy. “Kok kamu tahu, sih? Padahal Bunda belum pernah cerita, loh.” Vizna tampak kaget mendengar kalimat Rufy. “Bukannya sudah bisa ketebak? Kamu masakin dia telur lagi dan telur lagi,” ledek David sambil tertawa. Vinza menatapnya tajam
Rufy tertawa mendengar suara tawa anak-anak dalam video. “Upi mo dede bayi. Mo dede bayi,” pinta Rufy. “Ya harus dibikin dulu, Rufy. Lama lagi,” timpal Vinza. “Bunda biang boeh. Upi mo dede,” tegas Rufy merengek. “Lha, kok malah nangis. Kemarin Rufy bilang enggak mau punya dede. Jadi Ayah sama Bunda sepakat enggak bikin dedek. Sekarang malah pengen dede.” Vinza jadi bingung sendiri. “Aaa-aarg Bunda, mo dede bayi,” rengek Rufy. Dia benar menangis sampai vinza harus menggendongnya. “Iya, nanti Bunda sama Ayah bikin dede, ya? Rufy sabar dulu. Bikin dede itu enggak sebentar, ya?”Di tengah keributan rengekan Rufy, ponsel berdering. Vinza lekas mengangkat telpon dari suaminya itu. Hendak mengatakan apa yang terjadi dengan Rufy, ia malah dikagetkan dengan apa yang David ucapkan. “Bun, Papa meninggal,” ucap David. “Ayah, yang kuat, ya? Kamu di mana sekarang. Aku ke sana, ya?” pesan Vinza. Rasanya sedih, dia baru punya mertua. Baru bertemu dengan mertuanya. Dia berharap Ethan bisa men
Sebelum dimakamkan, harus dilakukan serangkaian upacara. Sudah jadi adat sendiri di sini. David hanya bisa melihat dari kejauhan akibat tak bisa mengikuti prosesi upacara pemakaman. Bahkan untuk funeral service pun tanggal akan ditetapkan oleh ahli spiritual di sana (mohon maaf kalau salah sebut. Karena aku tidak nemuin kata dalam bahasa Indonesia yang pas untuk menyebutkannya). Tubuh Ethan akan dimakamkan minggu depan dan selama itu, tubuhnya akan di simpan di rumah duka di mana tubuhnya dimasukan dalam pendingin raksasa. Selama seminggu perusahaan dalam keadaan berkabung. Para staf dan petinggi diwajibkan memakai pakaian serba hitam dan tak diperkenankan ada obrolan selain masalah pekerjaan. Disediakan tempat penghormatan terakhir untuk Ethan di kantor. David berdiri di depan foto Papanya di rumah. Air mata sudah kering dari mata. Hampir setiap hari dia menangis bahkan ketika makan. “Yah, kamu enggak sakit kaki berdiri gitu terus? Kasian Papa kalau liat kamu kayak gini. Kamu past
“Dasar bocah tengik,” kalimat itu yang dikatakan Martin Zhou ketika bertemu dengan David setelah sekian lama. “Berbaiklah padaku. Aku ini anak dari kakakmu. Keponakanmu. Ah, tidak juga. Kalau mau baik padaku, harusnya sudah kamu lakukan sejak dulu,” tekan David. Zhou mendengkus. “Kamu tidak lain hanya anak yang dilahirkan pembantu!” hina zhou. Mereka dipisahkan dinding kaca. “Lebih baik dilahirkan dari rahim pembantu dibandingkan lahir dari wanita kaya, tetapi hati hanya penuh kejahatan. Memang ke mana tujuan kita selain mati? Bersyukurlah aku kembali. Karena bisa saja di masa tuamu ini, kamu hidup dengan penuh penyesalan akibat membuat seorang anak kehilangan orang tuanya.”“Kamu pikir aku akan selamanya ada di sini? Aku akan keluar dan menuntut dendamku, Damier!” ancamnya. “Aku akan tunggu. Kapan pun itu. Aku akan menyiapkan penyambutan besar atas balas dendammu.” David menggeser sebuah amplop. “Bukalah. Mungkin kamu kenal dengan orang-orang ini.”Zhou mengambil dari sebuah luba
“Heaven Grouph menunjuk Damier Lau sebagai Chairman baru Heaven Grouph. Damier Lau dipilih setelah kematian Chairman sebelumnya dan saat Heaven Grouph tengah bertahan di tengah krisis finansial akibat jatuhnya beberapa perusahaan besar di Tiongkok. Ini merupakan gerakan besar kedua di tubuh Heaven Grouph setelah sebelumnya, Ravin Liu ditunjuk sebagai kepala eksekutif di perusahaan itu. Sebelumnya Damier Lau menjabat sebegai CEO dari salah satu perusahaan milik Heaven Grouph dan resmi menjadi salah satu Chairman termuda di dunia,” ucap berita di televisi. David masih melakukan upacara pelantikan di perusahaan. Satu per satu petinggi melakukan pidato dan membacakan hasil rapat umum pemeganh saham. Nama Damier Lau langsung dipanggil ketika pengukuhan dilakukan. David berdiri dan mengancingkan jasnya lalu berjalan menuju panggung. “Terima kasih atas kepercayaan anda semua. Saya sangat merasa senang karena Heaven Grouph mulai bangkit walau harus banyak melakukan perubahan besar. Saya har
Peristiwa dua puluh tahun lalu mungkin tak akan terjadi jika saja hari itu Ethan tak mengeluarkan kalimat yang menyakiti hati Zhou walau itu baik. Iya, kadang niat baik tak terdengar baik di telinga orang lain. Apalagi jika orang itu sudah menutup kebaikan dalam dirinya. “Lagi?” tanya Ethan. “Aku sudah berusaha,” timpal Zhou. “Berusaha kamu bilang? Usaha apa? Hah? Berapa banyak uang perusahaan harus hilang karena ini? Gimana bisa kamu tak bertanggungjawab?” omel Ethan. “Namanya juga bisnis Kakak Ipar.” Zhou selalu santai menanggapi ucapan Kakak iparnya itu. “Iya. Tapi uang yang kamu pakai itu milik investor. Milik para pemegang saham dan kamu hamburkan hanya untuk mencoba sesuatu yang tak ada manfaatnya! Berapa kali aku bilang, rencanakan bisnis dengan matang, lakukan riset dan survei, bukan asal terjun hanya karena viral!”“Perusahaan lain melejit setelah mencoba menjual produk itu.”“Perusahaan lain, bukan perusahaan kita. Nyatanya kita rugi banyak! Sudahlah! Mulai sekarang aku
Beberapa Bulan Kemudian ....Kita memang harus selalu memaafkan diri sendiri untuk bisa memaafkan orang lain. Bunga ditaburkan di atas pusara Romlah dan Rohanda. Vinza siram kuburan orang tuanya agar sedikit basah. “Bu, maaf Vinza baru datang. Vinza datang sama Rufy dan David. Bu, Vinza sekarang bahagia banget. Ibu jangan khawatir, ya? David suami yang baik. Rufy juga sudah selesai terapinya. Sekarang dia enggak ngompol lagi, enggak rewel lagi. Iya, Pi?” “Iya, Mak. Upi dak ompol. Upi baik kalang,” timpal anak itu. “Ibu mau punya cucu lagi. Vinza sekarang sudah hamil tiga bulan. Alhamdulillah sehat. Terus Vinza sekarang punya rumah kucing tempat breeding kucing ras untuk dijual. Vinza mau menyalurkan bakat sebagai pecinta hewan,” lanjut Vinza. “Pokoknya Ibu jangan khawatir, David akan jaga anak ibu baik-baik walau sempat diambil enggak baik-baik. Sekarang David berubah, kok. David sadar kalau sayang artinya harus dijaga. Kami biasakan apa pun untuk dibicarakan bersama agar enggak sa
Pak Erlan yang baru kembali dari kamar mandi bingung melihat Minara berdiri di depan pintu. “Non Ara, kenapa di sini?” tanya Erlan. Minara menunjuk ke dalam kamar. Erlan melihat ke arah yang ditunjukan Minara. Pria itu tersenyum melihat Mawar tengah berbincang dengan Rufy. “Upi mo puna dedek bayi. Bunda Insa hamin. Enam buan kadedel agi lail,” verita Rufy. “Alhamdulillah. Adiknya mau laki-laki apa perempuan?” tanya Mawar. “Bingung Upi. Dua ja boleh, ya?” pintanya. Mawar berpaling ke pintu. Rufy pun ikut dan melihat Erlan di sana. Anak itu tersenyum, berdiri dari pangkuan Mawar dan lari memeluk Erlan. “Bapak! Upi angen,” ucap anak itu. “Bapak juga kangen,” ucap Erlan. Keduanya sudah punya anak asuh yang kini sudah sekolah TK. Namun, enam bulan kebersamaan dengan Rufy tak bisa mereka lupakan begitu saja. “Jadi sekarang jabatan kita sepadan?” tanya Biru. “Enggaklah, masih kaya aku,” timpal David. “Yang penting sama-sama Chairman.” Biru tak mau kalah. “Aku lebih kaya,” balas Dav