“Heaven Grouph menunjuk Damier Lau sebagai Chairman baru Heaven Grouph. Damier Lau dipilih setelah kematian Chairman sebelumnya dan saat Heaven Grouph tengah bertahan di tengah krisis finansial akibat jatuhnya beberapa perusahaan besar di Tiongkok. Ini merupakan gerakan besar kedua di tubuh Heaven Grouph setelah sebelumnya, Ravin Liu ditunjuk sebagai kepala eksekutif di perusahaan itu. Sebelumnya Damier Lau menjabat sebegai CEO dari salah satu perusahaan milik Heaven Grouph dan resmi menjadi salah satu Chairman termuda di dunia,” ucap berita di televisi. David masih melakukan upacara pelantikan di perusahaan. Satu per satu petinggi melakukan pidato dan membacakan hasil rapat umum pemeganh saham. Nama Damier Lau langsung dipanggil ketika pengukuhan dilakukan. David berdiri dan mengancingkan jasnya lalu berjalan menuju panggung. “Terima kasih atas kepercayaan anda semua. Saya sangat merasa senang karena Heaven Grouph mulai bangkit walau harus banyak melakukan perubahan besar. Saya har
Peristiwa dua puluh tahun lalu mungkin tak akan terjadi jika saja hari itu Ethan tak mengeluarkan kalimat yang menyakiti hati Zhou walau itu baik. Iya, kadang niat baik tak terdengar baik di telinga orang lain. Apalagi jika orang itu sudah menutup kebaikan dalam dirinya. “Lagi?” tanya Ethan. “Aku sudah berusaha,” timpal Zhou. “Berusaha kamu bilang? Usaha apa? Hah? Berapa banyak uang perusahaan harus hilang karena ini? Gimana bisa kamu tak bertanggungjawab?” omel Ethan. “Namanya juga bisnis Kakak Ipar.” Zhou selalu santai menanggapi ucapan Kakak iparnya itu. “Iya. Tapi uang yang kamu pakai itu milik investor. Milik para pemegang saham dan kamu hamburkan hanya untuk mencoba sesuatu yang tak ada manfaatnya! Berapa kali aku bilang, rencanakan bisnis dengan matang, lakukan riset dan survei, bukan asal terjun hanya karena viral!”“Perusahaan lain melejit setelah mencoba menjual produk itu.”“Perusahaan lain, bukan perusahaan kita. Nyatanya kita rugi banyak! Sudahlah! Mulai sekarang aku
Beberapa Bulan Kemudian ....Kita memang harus selalu memaafkan diri sendiri untuk bisa memaafkan orang lain. Bunga ditaburkan di atas pusara Romlah dan Rohanda. Vinza siram kuburan orang tuanya agar sedikit basah. “Bu, maaf Vinza baru datang. Vinza datang sama Rufy dan David. Bu, Vinza sekarang bahagia banget. Ibu jangan khawatir, ya? David suami yang baik. Rufy juga sudah selesai terapinya. Sekarang dia enggak ngompol lagi, enggak rewel lagi. Iya, Pi?” “Iya, Mak. Upi dak ompol. Upi baik kalang,” timpal anak itu. “Ibu mau punya cucu lagi. Vinza sekarang sudah hamil tiga bulan. Alhamdulillah sehat. Terus Vinza sekarang punya rumah kucing tempat breeding kucing ras untuk dijual. Vinza mau menyalurkan bakat sebagai pecinta hewan,” lanjut Vinza. “Pokoknya Ibu jangan khawatir, David akan jaga anak ibu baik-baik walau sempat diambil enggak baik-baik. Sekarang David berubah, kok. David sadar kalau sayang artinya harus dijaga. Kami biasakan apa pun untuk dibicarakan bersama agar enggak sa
Pak Erlan yang baru kembali dari kamar mandi bingung melihat Minara berdiri di depan pintu. “Non Ara, kenapa di sini?” tanya Erlan. Minara menunjuk ke dalam kamar. Erlan melihat ke arah yang ditunjukan Minara. Pria itu tersenyum melihat Mawar tengah berbincang dengan Rufy. “Upi mo puna dedek bayi. Bunda Insa hamin. Enam buan kadedel agi lail,” verita Rufy. “Alhamdulillah. Adiknya mau laki-laki apa perempuan?” tanya Mawar. “Bingung Upi. Dua ja boleh, ya?” pintanya. Mawar berpaling ke pintu. Rufy pun ikut dan melihat Erlan di sana. Anak itu tersenyum, berdiri dari pangkuan Mawar dan lari memeluk Erlan. “Bapak! Upi angen,” ucap anak itu. “Bapak juga kangen,” ucap Erlan. Keduanya sudah punya anak asuh yang kini sudah sekolah TK. Namun, enam bulan kebersamaan dengan Rufy tak bisa mereka lupakan begitu saja. “Jadi sekarang jabatan kita sepadan?” tanya Biru. “Enggaklah, masih kaya aku,” timpal David. “Yang penting sama-sama Chairman.” Biru tak mau kalah. “Aku lebih kaya,” balas Dav
“Iya, nugu lima taun, ya? Kalau buku gaban balu boleh?” tanya Rufy. “Itu sekarang juga Ayah minta Mr. Hang beli.”“Acik!” Rufy memeluk David. “Maacih, Ayah.”Vinza nyengir. “Bunda juga mau kado, Yah,” pinta Vinza. “Kado apa?” David penasaran.“Hal paling berharga yang pernah kamu kasih buat aku waktu kita pacaran,” jawab Vinza. Maksudnya adalah cincin. Dia ingat waktu kemarin jalan-jalan ke mall melihat cincin cantik sekali. David dulu waktu mereka pacaran pernah belikan Vinza cincin dari hasil jual akun game. Benda paling berharga yang belum pernah Vinza miliki sebelumnya.“Oke. Bilang saja kamu lagi ngidam sampai pengen itu.” Tangan David mengusap rambut Vinza. Senyum Vinza terkembang. “Iya kayaknya. Makanya aku pengen banget. Biasanya juga enggak pernah kepikiran pengen gituan.”Dan sepertinya kesalahpahaman memang selalu terjadi dalam hidup Vinza dan David. Bangun tidur siang, Vinza melihat ada kotak kado di atas nakas. “Ini apa?” tanya Vinza. “Kado. Kamu pengen itu kemarin,
Sebelum Cyan lahir ....Vinza merenung di rooftop rumah. Hari ini dia tak punya semangat, hanya mengusap perut sambil manyun. Rufy sedang ada kelas. Karena masalah bahasa, anak itu harus homeschooling untuk belajar Bahasa Inggris dan mandarin sebelum memasuki taman kanak-kanak. Apalah daya ibunya. Bahasa Mandarin Vinza pun hanya sebatas bahasa untuk sehari-hari. Itu pun Vinza tak mampu membaca tulisan mereka. Cahaya matahari terasa hangat di awal musim gugur. Pepohonan mengalami kerontokan daun di bulan Oktober ini. “Aku mau jalan-jalan. Mau beli bala-bala,” batinnya. Di saat seperti ini, Vinza lekas mengambil ponselnya. Ia telpon David saat itu juga. “Kenapa?” tanya David. “Mau bala-bala,” pinta Vinza. “Bercanda kamu? Beli bala-bala di mana di Hongkong?” “Dulu di Taiwan ada,” keluh Vinza. “Terus aku harus ke Taiwan dulu gitu? Dateng ke rumah sudah basi itu bala-bala,” omel David. Vinza menunduk lesu. “Vid, ternyata cinta kita hanya sampai gorengan bala-bala,” keluh Vinza. “Tu
“Hal yang harus dilakukan suami ketika menghadapi istri yang hendak melahirkan. Satu, tenangkan diri. Pastikan semua keperluan melahirkan sudah siap. Dua, telpon ambulan jika memang istri sudah terlihat banyak mengeluarkan keringat, atau lemas ....” David hampir setiap hari menonton video itu. Dia sudah sangat kecewa tak bisa menemani Vinza saat hamil Rufy pun tak melihat proses putranya lahir. Kali ini David ingin menjadi suami siaga yang akan menjaga istri dan bayinya dengan baik. “Ayah tonton pa, tuh?” tanya Rufy. Anak itu menyimpan tabletnya di atas nakas. Ia tengah belajar huruf mandari dengan aplikasi yang diberikan gurunya. Tablet itu akan membunyikan alarm jika waktu main tablet sudah habis. Karena itu Rufy menyimpan tabletnya. Ia selalu mematuhi peraturan yang dibuat dirumah karena aturan di rumah ini dibuat bersama-sama dengan Rufy. “Ini apa yang harus Ayah lakukan kalau dedek lahir,” jawab David. “Ouh, dedek mo ahin, ya?” tanya Rufy lagi. “Iya, kayaknya minggu depan. M
David berdiri di luar ruang bersalin. Vinza masih berada di dalam menunggu waktu untuk melahirkan. Sudah berjam-jam David menunggu. Vinza belum juga melahirkan. Tak lama dokter keluar. David lekas menghampiri dokternya. “Pak, istri anda harus melalui operasi Caesar karena ukuran bayinya cukup besar. Jadi anda tak bisa melihat prosesnya,” ucap dokter. “Tak apa, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri saya,” jawab David. Tak lama tindakan operasi langsung dilakukan. David semakin merasa tak tenang. Dia menunggu dengan Rufy di ruang tunggu VIP. Dalam pangkuan David, Rufy sempat tertidur pulas. Tak lama bayi mereka dibawa keluar ruangan menuju ruang bayi. David sempat melihat putrinya dan meminta untuk mengazani. Suster sempat menanyakan tentang nama bayi David dan Vinza, tetapi pria itu malah bengong. Dia sudah siapkan masah persalinan sampai penyambutan istri dan bayinya. Namun, masalah nama dia lupa. David melihat ke sisi kanan dan kiri. Dia melihat sebuah merk Waruna dengan logo de
“Begini Bu Guru. Hari Minggu ini Rufy punya acara nonton di rumah. Bunda bolehin Rufy untuk nonton hanya setengah jam. Masalahnya ada dua yang mau Rufy tonton. Rufy suka Tayo juga suka Pocoyo. Baiknya Rufy pilih mana?” Bu Guru berpikir. “Mungkin untuk ini, Rufy bisa melakukan undian,” saran guru. “Undian?” Rufy rasanya belum pernah mendengar kata itu.“Iya, begini.” Guru membuat dua sobekan kertas. Ia tulis kedua nama acara itu di kedua kertas yang berbeda. Guru lipat kedua kertas dan memasukan dalam saku lalu memutar tangannya dalam saku agar kedua kertas itu teracak. Setelah itu, dia kembalikan ke atas meja. “Pilih salah satu,” saran guru dengan begitu detailnya.Rufy pilih salah satu kertas dan membacanya. “Tayo! Jadi Rufy nonton Tayo minggu ini. Yeay! Makasih banyak Bu Guru,” ucap Rufy. Dia senang karena apa yang menjadi beban belakangan ini hilang.Hari Minggu pun tiba. Rufy bangun subuh untuk salat subuh. Dia kenakan pakaian koko dan berjamaah dengan kedua orang tuanya. Selesa
Mr. Hang menahan tawa. “Maaf, Pak. Yang keren itu kalau banyak follower, bukan following.”“Iya, kah? Kalau gitu aku berhenti follow saja,” keluh David. “Pasti banyak yang follow anda, Pak. Apalagi anda seorang Chairman perusahaan besar. Anda tinggal umumkan saja pada media,” jelas Mr. Hang. “Benarkah?”“Iya. Apalagi kalau nama akunnya sudah centang biru. Pasti semakin banyak yang follow.”David menganggukan kepala. Ia lekas kembali memeriksa ponselnya. Tak lama dia berpikir. Jadi nama yang centang biru itu populer. Ia intip profil milik Biru Bamantara yang bercentang Biru. Di sana timbul rasa iri di hati David. “Dia pikir aku enggak bisa kayak dia apa!” Sore itu David pulang ke rumah. Dia sudah disambut pelayan dan istrinya di depan pintu. “Gimana kerjaan hari ini? Kamu sibuk terus main Instragram,” omel Vinza. “Maklum, soalnya akun aku ‘kan centang biru,” jawab David. Vinza menaikan alis. “Follower kamu baru empat biji, gimana bisa centang biru?” tanya Vinza bingung. Saking pen
“Aplod ini, ah!” seru Rufy saat dirinya selesai membuat vlog pribadi saat sedang mengerjakan PR. Dia punya akun instagram sendiri yang terhubung dengan akun Vinza. Jadi, Vinza bisa mengawasi penggunaan media sosial putranya. Zaman semakin maju, bukan artinya anak tak boleh memakai gadget bukan juga boleh memakai gadget. Untuk anak seusia Rufy yang baru menginjak kelas TK, penggunaan gadget hanya boleh selama lima belas menit sehari. Namun perlu diingat, orang tua harus lebih pintar dalam menggunakan teknologi dari pada putranya. Jangan seperti Koko Dapit. “Upload apa?” David mengintip ke layar ponsel Rufy. “Tadi Upi bikin vlog buat PR sendiri. Followers Rufy sudah banyak, Yah,” jawab Rufy. “Ouh. Vlog itu apa?” tanya David. David bukannya gaptek. Dia bisa melakukan peretasan, menggunakan tagar sebagai media komunikasi, bahkan merancang aplikasi. Hanya saja dia tak tahu bahasa media sosial kekinian karena dia hanya punya twitter. Itu pun tidak pernah membuat cuitan. Apalagi instagr
“Penting bagi kita menambah wawasan dalam berbagai bidang. Ini membantu mencari peluang bisnis baru apalabila bisnis lama terpuruk. Jangan sampai kita main dalam kubangan sampai kita tak sadar seluruh tubuh kita kotor dan kemungkinan badan kita sakit,” jelas David saat ditanya tentang sektor baru yang kini tengah ditekuni Heaven Grouph saat jam rehat seminar. Pengisi seminar itu adalah salah satu pengusaha sukses Indonesia yang perusahaannya sudah menjadi perusahaan kelas dunia di Amerika. Karena itu David sangat bersemangat untuk datang. “Pasti wawasanmu luas sekali ya dengan usia segitu? Sepertinya Papamu sering ajak kamu jalan-jalan ke luar negeri,” ucap salah satu tamu undangan yang juga pengusaha. David melirik sumber suara. “Maaf?” tanya David bingung. “Iya, kadang bicara perubahan memang mudah. Apalagi bagi anak muda yang jiwanya masih menggebu. Hanya saja strategi kalau sedang tak untung ya pasti rugi besar. Banyak yang ingin mencoba sektor baru, justru malah bangkrut. Leb
“Bu,” panggil Cyan. “Apa?” tanya Vinza. Cyan menunjuk ke pintu. David sudah berdiri di depan pintu cattery. Kandang kucing Vinza ada di rumah keluarga Lau dan memiliki arena main sendiri. Ruangannya full AC dan ada keeper yang merawat setiap hari. “Assalamu’alaikum,” salam David. “Wa’alaikusalam, Yah,” jawab Rufy dan Vinza. Cyan berdiri lalu berlari mengulurkan tangan minta Ayahnya gendong. David lekas menggendong Cyan dan menciumnya. Lalu menghampiri Rufy pun mencium kening putranya. “Kakak gimana kabarnya?” tanya David. “Baik, Yah. Tadi Upi di sekolah dapat piala. Semua dapat piala, sih. Yang mau bikin origami dikasih piala,” cerita Rufy. “Alhamdulillah. Kakak senang dong di sekolah? Hebat anak Ayah mau belajar bikin origami,” puji Ayahnya. Rufy berjalan ke belakang David dan memeluk Ayahnya dari belakang. “Ayah baru pulang kerja?” tanya Rufy. “Sudah dari tadi. Ke rumah dulu, mandi, ganti baju baru ke sini. Kalau habis dari luar kan kita harus mandi dulu dan ganti baju.”“Iy
“Kucing yang ini sudah dibawa untuk diperiksa belum?” tanya Vinza memastikan kucing peliharaannya. Dia punya rumah kucing sendiri, di mana dia bisa memelihara dan breeding aneka kucing ras. Kucing yang ia pelihara awalnya hanya lima ekor dengan usia satu tahun. Vinza punya dua pasang kucing persia dan tiga ekor Scottish fold berbulu pendek. Kucing-kucing mahal itu David belikan karena tahu istrinya suka memelihara hewan. Benar saja, saat kucing Vinza berusia lebih dari setahun, mereka langsung berkembang biak dan memiliki masing-masing dua anak. Hanya ada satu kucing masih jomlo hingga Vinza jodohkan dengan kucing milik kenalan David. “Cyan, liat Unyil guling-guling,” seru Rufy menunjuk kucing scottish warna abu-abu yang masih berusia tiga bulan. Cyan mencoba berdiri meraih kucing itu, tetapi kucing berlari. Dengan langkah yang masih belum tegar, Cyan masih berusaha menangkap kucing. Akhirnya dia dapat kucing persia jingga. Dipeluk kucing itu, sayang karena salah peluk, kucingnya me
David berdiri di luar ruang bersalin. Vinza masih berada di dalam menunggu waktu untuk melahirkan. Sudah berjam-jam David menunggu. Vinza belum juga melahirkan. Tak lama dokter keluar. David lekas menghampiri dokternya. “Pak, istri anda harus melalui operasi Caesar karena ukuran bayinya cukup besar. Jadi anda tak bisa melihat prosesnya,” ucap dokter. “Tak apa, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri saya,” jawab David. Tak lama tindakan operasi langsung dilakukan. David semakin merasa tak tenang. Dia menunggu dengan Rufy di ruang tunggu VIP. Dalam pangkuan David, Rufy sempat tertidur pulas. Tak lama bayi mereka dibawa keluar ruangan menuju ruang bayi. David sempat melihat putrinya dan meminta untuk mengazani. Suster sempat menanyakan tentang nama bayi David dan Vinza, tetapi pria itu malah bengong. Dia sudah siapkan masah persalinan sampai penyambutan istri dan bayinya. Namun, masalah nama dia lupa. David melihat ke sisi kanan dan kiri. Dia melihat sebuah merk Waruna dengan logo de
“Hal yang harus dilakukan suami ketika menghadapi istri yang hendak melahirkan. Satu, tenangkan diri. Pastikan semua keperluan melahirkan sudah siap. Dua, telpon ambulan jika memang istri sudah terlihat banyak mengeluarkan keringat, atau lemas ....” David hampir setiap hari menonton video itu. Dia sudah sangat kecewa tak bisa menemani Vinza saat hamil Rufy pun tak melihat proses putranya lahir. Kali ini David ingin menjadi suami siaga yang akan menjaga istri dan bayinya dengan baik. “Ayah tonton pa, tuh?” tanya Rufy. Anak itu menyimpan tabletnya di atas nakas. Ia tengah belajar huruf mandari dengan aplikasi yang diberikan gurunya. Tablet itu akan membunyikan alarm jika waktu main tablet sudah habis. Karena itu Rufy menyimpan tabletnya. Ia selalu mematuhi peraturan yang dibuat dirumah karena aturan di rumah ini dibuat bersama-sama dengan Rufy. “Ini apa yang harus Ayah lakukan kalau dedek lahir,” jawab David. “Ouh, dedek mo ahin, ya?” tanya Rufy lagi. “Iya, kayaknya minggu depan. M
Sebelum Cyan lahir ....Vinza merenung di rooftop rumah. Hari ini dia tak punya semangat, hanya mengusap perut sambil manyun. Rufy sedang ada kelas. Karena masalah bahasa, anak itu harus homeschooling untuk belajar Bahasa Inggris dan mandarin sebelum memasuki taman kanak-kanak. Apalah daya ibunya. Bahasa Mandarin Vinza pun hanya sebatas bahasa untuk sehari-hari. Itu pun Vinza tak mampu membaca tulisan mereka. Cahaya matahari terasa hangat di awal musim gugur. Pepohonan mengalami kerontokan daun di bulan Oktober ini. “Aku mau jalan-jalan. Mau beli bala-bala,” batinnya. Di saat seperti ini, Vinza lekas mengambil ponselnya. Ia telpon David saat itu juga. “Kenapa?” tanya David. “Mau bala-bala,” pinta Vinza. “Bercanda kamu? Beli bala-bala di mana di Hongkong?” “Dulu di Taiwan ada,” keluh Vinza. “Terus aku harus ke Taiwan dulu gitu? Dateng ke rumah sudah basi itu bala-bala,” omel David. Vinza menunduk lesu. “Vid, ternyata cinta kita hanya sampai gorengan bala-bala,” keluh Vinza. “Tu