Share

93. Apartemen baru

Vinza masih mengikuti dari belakang. David membuka pintu salah satu kamar tidur. Ruangan itu sudah didesain layaknya kamar anak-anak. “Ini harusnya kamar tamu. Cuman karena jendelanya tinggi, aku mau pakai buat kamar Rufy. Kalau jendelanya pendek, takut Rufy manjat,” jelas David sambil menunjukkan rangka jendela.

“Makanya kalau punya bocah, mendingan jangan tinggal di tempat tinggi-tinggi ginian. Lagian aku takut, loh!” protes Vinza sambil bergidik ngeri.

“Kalau kamu punya uang buat beli rumah baru silakan,” tantang David.

“Aku benci kamu! Awas enggak akan aku kasih jatah!” ancam Vinza sambil berjalan ke luar kamar. Ia melangkah dan duduk di sofa ruang tamu. Matanya melirik ke sekitar ruangan.

Ada gorden besar di depannya. Iseng, Vinza berdiri dan membuka gorden itu. Matanya terbelalak. “Wah, gila! Laut!” serunya. Barisan gedung di Hongkong dengan lampu-lampunya yang terang kemudian hamparan air teluk yang terlihat seperti permata hitam di malam hari. Tak lupa angin yang meniup pepoh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status