All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 91 - Chapter 100

263 Chapters

Ch. 91 || SEASON 2

Hari sudah beranjak malam. Pekerjaan tersisa sedikit lagi. Tubuhku sudah cukup lelah dengan pekerjaan hari ini. Apalagi hari ini, harus lembur. Sudah jam sembilan malam, aku masih di dalam ruangan.Nampak layar ponselku menyala. Kuhentikan sejenak aktivitas di layar laptop. Lalu beralih pada ponselku.Senyum tersungging di bibirku. Melihat nomor istriku yang menghubungi lewat sambungan video. Cepat aku menggeser layar untuk menerimanya."Hallo, Sayang?" sapaku semringah. Ku lambaikan tangan pada layar ponsel. Namun, Hilma justru terlihat cemberut.Nampak dia mengenakan jubah tidur pink fanta. Rambutnya diikat tinggi-tinggi. Memperlihatkan leher putih mulusnya yang terdapat bercak keunguan. Bekas ulahku beberapa hari yang lalu.Tidak biasanya Hilma melakukan video call dengan gaun tidurnya itu. Entah apa maksudnya malam ini, menghubungiku dalam keadaan yang memancing hasratku."Ay, kamu lembur?" Hilma bertanya lesu. Bibirnya semakin mengerucut."Iya, Sayang. Bentar lagi juga pulang. In
Read more

Ch. 92 || SEASON 2

Kuhembus napas berat. "Ya sudah."Akhirnya aku menemani Feli menunggu ojol pesananku. Hanya keheningan yang tercipta di antara kami. Tidak ada obrolan yang mengisi. Selain suara dari kendaraan lewat yang bisa dihitung jari.Untungnya ojol yang kupesan datang lebih awal lima menit. Sehingga aku tidak tertahan lebih lama lagi di sini.Setelah Feli pergi dengan ojol yang membawanya. Lekas aku pun tancap gas. Menyusuri jalanan malam dengan kecepatan tinggi. Meluncur ke tempat pedagang martabak langganan.Karena jalanan sepi, aku tiba lebih cepat di tempat pedagang martabak. Lalu memesan seperti yang Hilma inginkan.Menunggu beberapa saat, menunggu sesuai antrian. Akhirnya pesananku selesai. Segera aku pulang dengan martabak terang bulan kismis persis seperti permintaan Hilma.***Tidak sampai sepuluh menit. Aku telah tiba di rumahku. Dengan menjinjing kresek berisi martabak, aku melangkah cepat ke dalam rumah setelah memutar kunci cadangan yang kubawa.Rumah sudah sepi. Pasti para penghun
Read more

Ch. 93 || SEASON 2

*********"Yang bener aja, Sayang? Masa' kita tidur terpisah?" Aku terheran-heran dengan apa yang diucapkan Hilma. Aku bahkan sampai bangkit dari tidur hingga kini terduduk.Terdengar helaan napas berat dari Hilma. Tanpa suara, dia beringsut ke sisian tempat tidur ini, dengan guling di tangannya."Lho, kamu mau ke mana?" tanyaku sembari mencekal lengan Hilma yang hampir turun dari springbed."Ke kamar kedua!" jawabnya singkat seraya menepis cekalan tanganku.Kuhembus napas kasar. "Jangan, jangan! Kamu di sini. Biar aku yang ke luar. Biar aku yang tidur di kamar itu."Hilma tak merespon. Hanya bergeming di sisian tempat tidur. Aku lekas turun. Memaksakan tubuh yang terasa berat untuk bangkit dan menjauh dari tempat tidur.Jalanku terseret. Mulutku tak henti menguap. Mataku begitu berat dan perih. Hingga aku keluar dari kamar dan menjatuhkan tubuhku di sofa ruangan bermain si kembar. Sudah tak kuat lagi berjalan masuk kamar kedua.Tanpa mempedulikan apa pun lagi. Aku memejamkan mataku d
Read more

Ch. 94 || SEASON 2

Hilma menepati ucapannya. Setelah hanya lima menit kami terjaga di atas sofa, dan dia tak hentinya menghidu pakaian depanku. Akhirnya Hilma beranjak. Turun dari atas tubuhku dan aku beranjak ke mushola.Berwudhu lalu menunaikan ibadah wajib dua rakaat. Hingga selesai dan berdzikir beberapa saat. Sampai kemudian aku keluar dari mushola dan bergegas memasuki kamar utama.Hilma nampak sudah berbaring di atas tempat tidur. Si kembar masih di kasurnya. Aku berjalan pelan dan mengendap. Lalu merangkak naik ke atas tempat tidur dan menyergap Hilma dari belakang. Aku membungkus tubuh kami dengan selimut.Aku memeluknya erat dari belakang. Menciumi kepalanya, turun ke telinga, lalu leher. Turun ke pundak dan Hilma nampak menerima perlakuanku.Jari jemariku mulai melancarkan aksinya. Menginvasi tubuh bagian bawah dari Hilma.Nampak Hilma menggigiti bibir bawahnya. Meredam suara yang mungkin ingin dia teriakan.Aku semakin menenggelamkan wajahku di cerukan lehernya. Tak lupa, kutinggalkan tanda
Read more

Ch. 95 || SEASON 2

"Dalam rangka apa?" Aku bertanya tanpa melihatnya."Karena semalam, Bapak sudah membantu saya. Memesankan ojek online. Lalu menunggui saya sampai ojeknya datang. Kalau tidak ada Bapak, mungkin saya sendirian dan terus mendorong motor," jelasnya kemudian."Ohh. Itu. Sudah?""Sudah, Pak. Hanya itu. Saya permisi. Semoga Bapak suka dengan pemberian saya siang ini."Aku tak menyahut. Hingga pintu ruangan ini terdengar telah ditutup. Barulah aku mengalihkan perhatian dari depan laptop.Sebuah Tote bag hitam teronggok di atas meja ini. Aku lantas meraihnya dan membongkar.Isinya sebuah kotak makan. Kubuka tutupnya dan ternyata berisi menu makanan lengkap.Krubuk!Perutku sudah menyalakan alarmnya.Entah apa maksudnya Feli mengirimku makan siang seperti ini. Jika untuk sekedar ucapan terima kasih, kurasa terlalu berlebihan. Karena aku membantunya tanpa mengharap apa pun.Kututup kembali kotak makan dari Feli. Memasukkannya lagi ke dalam Tote bag seperti semula. Keluar dari ruanganku dengan ce
Read more

Ch. 96 || SEASON 2

SEASON 2***********🌻POV YudaJam bubaran kantor. Aku duduk merenung di atas jok motor. Di depan sana, di bagian parkir khusus mobil, terlihat Feli sudah berada di dalam sebuah mobil.Aku melihatnya yang duduk di bangku kemudi, di mana kaca mobilnya diturunkan penuh. Feli membolak-balik kotak makan yang tadi dia berikan padaku. Senyuman mengembang di bibirnya. Menghiasi wajahnya yang masih full dengan riasan itu.Aku sampai terheran-heran dengan reaksi Feli di dalam sana. Apa dia senang makanannya habis? Pasti dia mengira, aku yang sudah memakannya. Padahal, makanan tadi itu mendarat mulus di perut Fahreza, bukan di perutku.Kaca mobilnya lalu ditutup. Mobilnya kemudian melaju meninggalkan parkiran. Sedangkan aku masih duduk di jok motorku. Kembali galau karena memikirkan tugas mutasi yang ditetapkan kantor.Lalu tak lama, Fahreza datang mendekati motornya di sisiku. Dia menepuk pundak ini, seperti kebiasaannya yang selalu resek."Kenapa lo?" tanyanya seraya menaiki jok motor milikn
Read more

Ch. 97 || SEASON 3

Tut.Panggilan telah dimatikan oleh Hilma. Sementara, aku mengusap wajah dengan kasar."Bakso bakar? Ada-ada aja maunya ibu hamil. Harus cari di mana coba?" Kuhela napas berat seraya mengutak-atik layar ponsel. Menanyakan pada Fahreza, mungkin dia tahu di mana aku bisa membeli makanan itu.Sayangnya, nomor Fahreza tidak aktif. Lantas, kucoba untuk mencarinya di pencarian maps. Mengetikkan pada simbol kaca pembesar. Lalu memilih alamat paling dekat dari sini.Kutarik napas panjang kembali. Paling dekat ada di sebuah kedai dengan jarak sekitar 7 km dari tempatku kini. Mau tak mau, akhirnya kunyalakan mesin motorku lagi. Lalu bergegas sesuai petunjuk arah dari layar ponsel yang kuingat.Hari semakin senja, saat aku akhirnya tiba di sebuah kedai. Tinggal beberapa menit lagi, adzan magrib akan berkumandang.Kedai baso yang menjadi tujuan, tidak begitu ramai pembeli. Cepat aku pun memesan, dan menunggu pesananku dibuatkan."Lho, Pak Yuda? Bapak di sini?" Aku memutar kepala, saat terdengar
Read more

Ch. 98 || SEASON 2

Selesai makan malam. Bergegas aku ke kamar. Melewati ruangan bermain, kresek putih yang tadi berisi bakso bakar nampak telah kosong.Aku tersenyum karenanya. Merasa tidak sia-sia aku membelinya meski jauh. Bahkan, kotak pembungkus bakso tadi, telah benar-benar bersih. Nampaknya, Hilma memang sangat ingin memakannya. Aku bahkan sampai tidak dibagi.Kubuang kemudian kresek itu ke tempat sampah di dapur. Lalu kembali menuju kamarku.Di dalam kamar, Hilma baru saja beranjak dari kasur tempat tidur si kembar. Aku berjalan di belakangnya, sampai Hilma duduk di sisian tempat tidur."Ay, jangan bobok di sini. Aku mau bobok sendiri," ucapnya merengek. Memeluk guling di atas pahanya dan menatapku di hadapannya saat ini."Lagi?" Aku terheran. Kupikir, ngidamnya yang aneh itu tidak akan terulang malam ini.Hilma mengangguk cepat. "Iya. Kalau ada kamu, aku malah jadi susah tidur, Ay," jawabnya kemudian.Bahuku merosot, diikuti hembusan napas beratku. Aku lantas meraih satu bantal dan mendekapnya.
Read more

Ch. 99 || SEASON 2

"Aku kangen, Sayang," ucapku lirih. "Si junior kapan boleh dikunjungin?" sambungku masih dengan nada lirih.Hilma menggeleng. "Ya enggak tahu. Si junior aja gak mau kita bobok barengan, Ay!"Bibirku cemberut. Lekas aku pun bangkit. Menatap Hilma yang nampak sudah mengantuk. "Tega banget si junior gak mau deket-deket sama Ayahnya. Padahal aku yang banting tulang bikinnya hampir setiap malam. Udah jadi, malah gak mau ditengokin," keluhku membuat Hilma terkekeh."Ya udah, aku tidur di luar ya, Sayang. Kamu bobok juga ya!" pesanku kemudian. Melihat netranya yang telah sayu, membuatku tak tega untuk terus merayunya.Kuusap lembut puncak kepala Hilma sebelum akhirnya aku keluar dari kamar.Melangkah menuju sofa dan memasang bantalnya, lalu merebahkan diriku segera. Menyalakan televisi untuk sekedar menemani malam yang mulai sunyi ini.Menonton siarannya membuat netraku perlahan memejam lalu mengerjap. Hingga akhirnya kubiarkan netraku benar-benar memejam dengan televisi yang masih menyala.
Read more

Ch. 100 || SEASON 2

SEASON 2*POV YudaMenggosok rambut yang basah di depan cermin rias. Lalu mengeringkan badanku yang basah. Akhirnya, aku bisa mengunjungi si junior pagi ini, di bawah kucuran air shower tadi. Ah, benar-benar penyambutan pagi yang syahdu.Setelah rambut serta tubuhku lumayan kering, lekas aku berpakaian. Sementara Hilma, baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggelung di atas kepalanya."Sayang, aku tunggu di mushola, ya?" ucapku sesaat setelah Hilma menjauh dari pintu kamar mandi.Hilma mengangguk cepat. Gegas aku keluar dari dalam kamar, melangkah ke arah mushola, mengambil wudhu lalu masuk ke area mushola. Lantas duduk menunggu Hilma menyusulku.Aku merenung kembali.Pagi ini benar-benar terasa indah. Sejatinya, pernikahan memang ladang untuk beribadah bersama pasangan. Meraih sebanyak-banyaknya pahala untuk bisa bersama-sama sampai di Jannah-Nya.Bersama Hilma, aku menemukannya. Bersama Hilma, aku coba melakukannya.Aku semakin galau karenanya, mengingat tugas muta
Read more
PREV
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status