Selesai makan malam. Bergegas aku ke kamar. Melewati ruangan bermain, kresek putih yang tadi berisi bakso bakar nampak telah kosong.Aku tersenyum karenanya. Merasa tidak sia-sia aku membelinya meski jauh. Bahkan, kotak pembungkus bakso tadi, telah benar-benar bersih. Nampaknya, Hilma memang sangat ingin memakannya. Aku bahkan sampai tidak dibagi.Kubuang kemudian kresek itu ke tempat sampah di dapur. Lalu kembali menuju kamarku.Di dalam kamar, Hilma baru saja beranjak dari kasur tempat tidur si kembar. Aku berjalan di belakangnya, sampai Hilma duduk di sisian tempat tidur."Ay, jangan bobok di sini. Aku mau bobok sendiri," ucapnya merengek. Memeluk guling di atas pahanya dan menatapku di hadapannya saat ini."Lagi?" Aku terheran. Kupikir, ngidamnya yang aneh itu tidak akan terulang malam ini.Hilma mengangguk cepat. "Iya. Kalau ada kamu, aku malah jadi susah tidur, Ay," jawabnya kemudian.Bahuku merosot, diikuti hembusan napas beratku. Aku lantas meraih satu bantal dan mendekapnya.
Read more