Home / CEO / Skandal Panas Sang CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Skandal Panas Sang CEO: Chapter 91 - Chapter 100

231 Chapters

Koma

Catrine seperti terkena hipnotis dan merasa bahwa Steve benar-benar lelaki sejati dan dia menyukai keberanian pria itu di depan orang lain. Hal yang membuat hati Catrine merasa bahwa mungkin masih ada cinta tersisa untuknya di dunia ini.Rasa sakit dan kecewa dikhianati tidak akan mudah untuk dilupakan. Namun, juga tidak boleh menjadi alasan selamanya seseorang menyendiri dan tak percaya apa itu cinta yang sebenarnya. Seperti halnya yang sekarang terjadi pada Catrine.“Baiklah, Dokter yang tampan dan menggoda. Aku percaya padamu, Sayang.” Catrine berkata dengan suara yang lembut dan itu menghadirkan senyum cerah di sudut bibir Steve.“Kau yang terbaik, Sayang,” sambungnya dan tak bisa lagi menggambarkan betapa bahagianya Steve saat ini.“Ehem ... jangan lupa ada seorang janda yang kesepian di sini. Kalian mengumbar cinta di depanku dan sengaja membuatku iri, hem?” tanya Alesha dengan sedikit sindiran yang membuat Catrine dan Steve akhirnya tertawa renyah.“Maafkan aku, Beb. Sepertinya
Read more

Berondong Tampan

Petrus tidak bisa menahan rasa iba dan sedihnya pada keadaan Rayhan saat ini. Namun, dia masih mengingat dengan jelas semua pesan Rayhan kepadanya sebelum melakukan donor darah untuk bayinya dan Vero. Semua itu tidak akan pernah diabaikan oleh Petrus dan dia tetap akan merahasiakan segalanya dari Vero.Waktu demi waktu berlalu, setelah sebulan menjalani perawatan insentif akhirnya Vero sembuh total. Begitu pula dengan bayinya yang dirawat dalam inkubator saat itu dan hanya perlu melakukan satu kali cuci darah.Setelah dua bulan, bayi itu bisa dibawa pulang dan semuanya yang mengurus tentu saja Petrus – kaki tangan Rayhan. Selama itu pula, Rayhan tidak berada di sisi Vero dan jujur saja wanita itu merasa kehilangan dan kesepian tanpa Rayhan.“Petrus,” panggil Veronica kepada pria yang sudah selesai meletakkan barang-barangnya ke dalam kamar.Hari ini adalah hari pertama Vero dan putranya kembali ke rumah. Rumah di mana dia dan Rayhan tinggal selama ini.“Saya, Nona Muda.” Petrus menjaw
Read more

Cepatlah Bangun

“Semoga itu bukan sekedar perasaan yang datang sesaat karena sudah terbiasa tidak ada tuan muda di sisimu, Nona.” Petrus berkata dengan penuh harap.“Aku ... sepertinya memang benar sudah jatuh hati padanya. Dia begitu sabar dan perhatian padaku selama ini. Dia adalah sosok pria yang penyayang dan juga tidak pernah berharap balasan dari semua yang dia lakukan atau berikan untukku.”“Yang aku tahu, dia adalah pria yang sangat tulus dan serius tentang perasaannya padamu, Nona.”Mendengar itu, Vero terdiam dan menatap wajah bayi mungil dalam dekapannya. Dia juga menyadari betapa tulus dan penuh kasihnya Rayhan selama ini kepadanya. Namun, Vero selalu mengabaikan semua itu karena menganggap perbedaan usia di antara mereka tidak sepadan.Kasta yang berbeda jauh antara mereka berdua, juga menjadi tolak ukur dalam Vero mempertimbangkan keseriusan yang selama ini telah coba Rayhan perlihatkan dan buktikan padanya.“Aku bahkan sudah berjanji padanya, Petrus. Saat usia anak ini tiga bulan, kami
Read more

Takut Terlambat

“Dia terlalu lama tidur bukan? Apa dia tidak merindukan Vero?” tanya Catrine dengan nada sedih.Harusnya, saat ini Rayhan merasa bahagia karena sudah bisa berkumpul bersama Vero dan bayinya di dalam rumah yang sama. Bayi yang selama ini hanya dianggapnya sebagai anak sendiri, ternyata memang adalah anak kandungnya sendiri. Hal ini membuat semua orang bersedih dan merasa iba pada Rayhan.Meskipun begitu, Rayhan sudah berpesan pada Petrus sebelum dia melakukan pendonoran darah untuk bayinya saat itu. Dia tidak ingin pada akhirnya Vero menerimanya hanya karena kenyataan yang sebenarnya itu. Bagi Rayhan, pernikahannya dengan Vero nanti harus memang karena cinta dan sayang yang sebenarnya.“Aku harap, tidak lama lagi dia segera bangun. Vero juga terlihat sangat kehilangan dirinya. Bagaimana kalau kita beritahu saja semuanya pada Vero? Aku takut, Vero tidak sempat mengetahui semua kebenaran itu dan Rayhan ....”Alesha tidak bisa menahan air matanya lagi saat mengatakan semua itu pada Catrin
Read more

Apa Dia Putraku?

Vero: Kapan kau pulang?Rayhan: Aku belum bisa memastikan.Vero: Kau tidak merindukan aku dan bayi kita?Rayhan: Tentu saja. Aku ingin menggendong jagoanku dan menciumnya sampai puas.Vero: Hanya dia? Bagaimana dengan aku?Vero menatap layar ponselnya dan tidak ada lagi balasan dari Rayhan. Jadi, dia menghela napas berat dan meletakkan ponselnya. Saat ini, Vero tahu bahwa Rayhan tidak ingin lagi membalas pesannya dan sudah mengakhiri obrolan.Dia merasa bahwa Rayhan memang tidak lagi ingin bersamanya dan sepertinya pria itu jenuh dengan keadaan. Rayhan selalu berjuang di setiap waktu untuknya, tapi Vero tetap saja memikirkan dan mengingat tentang Ramon. Namun, sekarang sudah tidak pernah lagi terbesit atau terlintas dalam ingatannya tentang Ramon.“Kau sangat mirip dengannya, Sayang. Aku semakin merindukannya setiap waktu, tapi sepertinya nasibku dalam percintaan memang tidak pernah baik dan mulus,” ungkap Vero pada bayi mungil di dalam stroler.Pagi ini, dia sedang berjalan ke taman
Read more

Dari Mana Tahu?

Vero tidak dapat berkata-kata saat ini dan tangannya begitu dingin sampai dia merasa sangat butuh api unggun di depannya. Tidak terpikir di benaknya sejak awal bahwa pria itu ada di hadapannya saat ini. Vero sudah duduk di ruang keluarga rumahnya dan putranya sudah diurus oleh suster yang menjaga bayi itu. Sementara, di ruangan itu dia duduk ditemani oleh Petrus.“Apa yang kau pikirkan? Apakah kau tidak senang jika aku ada di sini sekarang?” tanya seorang pria yang kini duduk di hadapan Vero.“A-aku ... aku tidak bermaksud seperti itu, Tuan Muda.” Vero menjawab dengan tergugu.“Jangan memanggilku tuan muda lagi sekarang. Kau bukan lagi sekretarisku dan kita tidak lagi terikat dalam hubungan kerja.”“Iya. Apa kabarmu, Pak Ramon?”“Panggil saja aku Ramon. Kau terlihat gugup dan tidak tenang di depanku. Apa kau memang tidak nyaman? Katakan saja terus terang padaku.”“Maklum saja, kita sudah sangat lama tidak bertemu. Tentu saja ada rasa canggung antara kita.”“Kenapa ada rasa canggung? B
Read more

Akan Membawanya Pergi

“Rumah ini? Kau bertanya bagaimana aku bisa tahu? Tentu saja mudah bagiku untuk tahu tentang adikku, Vero. Tapi, sungguh sebuah kejutan ternyata kau juga ada bersamanya selama ini. Sungguh tidak bisa aku percaya,” jawab Ramon dengan tatapan merendahkan pada Vero.“Itu tidak ada hubungannya denganmu, Tuan. Aku sudah lama tidak bekerja padamu dan urusan pribadiku juga tidak berhak kau campuri,” ucap Vero membalas Ramon dengan kata-kata yang terdengar kejam.“Benar. Aku memang tidak berhak mencampuri urusan pribadimu. Tapi, aku ingin tahu yang sebenarnya. Apa benar kau pergi dengan Rayhan pada malam itu?”“Benar. Aku dan Rayhan pergi bersama malam itu karena kami sama-sama ingin memulai kehidupan yang baru.”“Hidup baru? Apa maksudmu? Apa kau dan Rayhan menikah setelah aku dan Miana menikah?” tanya Ramon tanpa perasaan di depan Vero menyebut nama Miana.Vero terdiam sejenak karena dia mendengar langsung dari mulut Ramon tentang pernikahan dengan Miana saat itu. Luka lama seolah tersayat
Read more

Siapa Ayah Biologisnya?

Sejak kedatangan Ramon tadi, tentu saja hati dan pikiran Vero tidak lagi bisa tenang. Apalagi, Ramon sudah mengeluarkan kata-kata yang terdengar seperti sebuah ancaman untuknya. Mana mungkin Vero tidak mengerti maksud perkataan pria itu tadi. Ramon berniat membawa baby R dari sisi Vero untuk tinggal bersamanya dan Miana di negara tempat di mana Vero lahir, tumbuh, dan menjalani semua masa mudanya dulu.“Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun membawamu pergi dariku, Sayang.” Vero berkata dengan suara yang sangat lembut dan membelai pipi bayinya.Air mata mengalir di sudut matanya, tapi dengan cepat dia sapu dengan ujung jari. Vero tidak lagi ingin terlihat lemah dan takut pada Ramon. Dulu, dia memang sangat mencintai Ramon dan rela dijadikan simpanan. Kapan saja pria itu menginginkannya, Vero sangat bersedia. Namun, semuanya berubah saat Ramon menawarkan pernikahan hari itu kepadanya.“Esra! Kau harus selalu berada di sisi baby R! Jangan pernah meninggalkannya walaupun sedetik saat
Read more

Kebenaran Terungkap

Petrus tidak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan Vero saat ini. Dia benar-benar dilanda dilema karena memang situasi tidak bisa dia kendalikan lagi. Sepertinya, Vero sudah mengetahui sesuatu dari Esra. Selama ini Petrus merasa bahwa Esra tidak akan pernah mengatakan apapun pada Vero.Dia mengira bahwa Esra sudah mengetahui situasi sebenarnya karena dia berasal dari rumah sakit yang sama dengan tempat Vero melahirkan dan tempat Rayhan dirawat hingga detik ini.“Maafkan aku, Tuan. Aku tidak tahu apa yang sudah aku katakan adalah salah. Aku minta maaf padamu, Tuan. Aku salah dan aku tidak ada maksud apa-apa,” sesal Esra dengan penuh rasa bersalah dan juga suaranya terdengar bergetar.“Kau!” geram Petrus dengan menunjuk pada Esra tak berdaya.Semuanya pasti sudah dikatakan oleh Esra pada Vero dan Petrus tidak punya pilihan lain lagi sekarang. Dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Vero, walaupun itu artinya dia sudah melanggar janjinya kepada Rayhan sebelum pria itu memutuskan u
Read more

Melakukannya Sekali Jadi?

Perasaan Vero berkecamuk saat memandang wajah tampan putranya yang masih terlelap. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau bocah laki-laki yang imut itu dipisahkan dari dirinya. Selama ini, Vero sudah berjuang mati-matian agar bisa hidup bahagia dengan buah hatinya itu.“Sayang ... tenanglah, Nak. Mami berjanji kau tidak akan pernah pergi dari sisiku. Kau ada di sini sekarang dan itu artinya akan selamanya bersamaku,” bisik Vero pada bayi berusia dua bulanan yang tengah terlelap dengan nyaman di ranjangnya.Mata Vero nanar menatap ke arah Richard yang jelas tidak akan mengerti semua ucapan yang baru saja dia lontarkan tadi. Bagi bayi itu, mungkin saja ucapan Vero tadi hanya seperti suara dengingan nyamuk yang mengganggu tidurnya.“Nyonya ... apakah Anda sudah siap? Tuan Petrus sudah menunggu di bawah,” ucap Esra dengan wajah tertunduk karena masih merasa bersalah pada wanita itu.“Ya. Aku segera ke bawah. Ingatlah yang aku katakan padamu, Esra. Jangan pernah meninggalkan R
Read more
PREV
1
...
89101112
...
24
DMCA.com Protection Status