Petrus tidak bisa menahan rasa iba dan sedihnya pada keadaan Rayhan saat ini. Namun, dia masih mengingat dengan jelas semua pesan Rayhan kepadanya sebelum melakukan donor darah untuk bayinya dan Vero. Semua itu tidak akan pernah diabaikan oleh Petrus dan dia tetap akan merahasiakan segalanya dari Vero.Waktu demi waktu berlalu, setelah sebulan menjalani perawatan insentif akhirnya Vero sembuh total. Begitu pula dengan bayinya yang dirawat dalam inkubator saat itu dan hanya perlu melakukan satu kali cuci darah.Setelah dua bulan, bayi itu bisa dibawa pulang dan semuanya yang mengurus tentu saja Petrus – kaki tangan Rayhan. Selama itu pula, Rayhan tidak berada di sisi Vero dan jujur saja wanita itu merasa kehilangan dan kesepian tanpa Rayhan.“Petrus,” panggil Veronica kepada pria yang sudah selesai meletakkan barang-barangnya ke dalam kamar.Hari ini adalah hari pertama Vero dan putranya kembali ke rumah. Rumah di mana dia dan Rayhan tinggal selama ini.“Saya, Nona Muda.” Petrus menjaw
“Semoga itu bukan sekedar perasaan yang datang sesaat karena sudah terbiasa tidak ada tuan muda di sisimu, Nona.” Petrus berkata dengan penuh harap.“Aku ... sepertinya memang benar sudah jatuh hati padanya. Dia begitu sabar dan perhatian padaku selama ini. Dia adalah sosok pria yang penyayang dan juga tidak pernah berharap balasan dari semua yang dia lakukan atau berikan untukku.”“Yang aku tahu, dia adalah pria yang sangat tulus dan serius tentang perasaannya padamu, Nona.”Mendengar itu, Vero terdiam dan menatap wajah bayi mungil dalam dekapannya. Dia juga menyadari betapa tulus dan penuh kasihnya Rayhan selama ini kepadanya. Namun, Vero selalu mengabaikan semua itu karena menganggap perbedaan usia di antara mereka tidak sepadan.Kasta yang berbeda jauh antara mereka berdua, juga menjadi tolak ukur dalam Vero mempertimbangkan keseriusan yang selama ini telah coba Rayhan perlihatkan dan buktikan padanya.“Aku bahkan sudah berjanji padanya, Petrus. Saat usia anak ini tiga bulan, kami
“Dia terlalu lama tidur bukan? Apa dia tidak merindukan Vero?” tanya Catrine dengan nada sedih.Harusnya, saat ini Rayhan merasa bahagia karena sudah bisa berkumpul bersama Vero dan bayinya di dalam rumah yang sama. Bayi yang selama ini hanya dianggapnya sebagai anak sendiri, ternyata memang adalah anak kandungnya sendiri. Hal ini membuat semua orang bersedih dan merasa iba pada Rayhan.Meskipun begitu, Rayhan sudah berpesan pada Petrus sebelum dia melakukan pendonoran darah untuk bayinya saat itu. Dia tidak ingin pada akhirnya Vero menerimanya hanya karena kenyataan yang sebenarnya itu. Bagi Rayhan, pernikahannya dengan Vero nanti harus memang karena cinta dan sayang yang sebenarnya.“Aku harap, tidak lama lagi dia segera bangun. Vero juga terlihat sangat kehilangan dirinya. Bagaimana kalau kita beritahu saja semuanya pada Vero? Aku takut, Vero tidak sempat mengetahui semua kebenaran itu dan Rayhan ....”Alesha tidak bisa menahan air matanya lagi saat mengatakan semua itu pada Catrin
Vero: Kapan kau pulang?Rayhan: Aku belum bisa memastikan.Vero: Kau tidak merindukan aku dan bayi kita?Rayhan: Tentu saja. Aku ingin menggendong jagoanku dan menciumnya sampai puas.Vero: Hanya dia? Bagaimana dengan aku?Vero menatap layar ponselnya dan tidak ada lagi balasan dari Rayhan. Jadi, dia menghela napas berat dan meletakkan ponselnya. Saat ini, Vero tahu bahwa Rayhan tidak ingin lagi membalas pesannya dan sudah mengakhiri obrolan.Dia merasa bahwa Rayhan memang tidak lagi ingin bersamanya dan sepertinya pria itu jenuh dengan keadaan. Rayhan selalu berjuang di setiap waktu untuknya, tapi Vero tetap saja memikirkan dan mengingat tentang Ramon. Namun, sekarang sudah tidak pernah lagi terbesit atau terlintas dalam ingatannya tentang Ramon.“Kau sangat mirip dengannya, Sayang. Aku semakin merindukannya setiap waktu, tapi sepertinya nasibku dalam percintaan memang tidak pernah baik dan mulus,” ungkap Vero pada bayi mungil di dalam stroler.Pagi ini, dia sedang berjalan ke taman
Vero tidak dapat berkata-kata saat ini dan tangannya begitu dingin sampai dia merasa sangat butuh api unggun di depannya. Tidak terpikir di benaknya sejak awal bahwa pria itu ada di hadapannya saat ini. Vero sudah duduk di ruang keluarga rumahnya dan putranya sudah diurus oleh suster yang menjaga bayi itu. Sementara, di ruangan itu dia duduk ditemani oleh Petrus.“Apa yang kau pikirkan? Apakah kau tidak senang jika aku ada di sini sekarang?” tanya seorang pria yang kini duduk di hadapan Vero.“A-aku ... aku tidak bermaksud seperti itu, Tuan Muda.” Vero menjawab dengan tergugu.“Jangan memanggilku tuan muda lagi sekarang. Kau bukan lagi sekretarisku dan kita tidak lagi terikat dalam hubungan kerja.”“Iya. Apa kabarmu, Pak Ramon?”“Panggil saja aku Ramon. Kau terlihat gugup dan tidak tenang di depanku. Apa kau memang tidak nyaman? Katakan saja terus terang padaku.”“Maklum saja, kita sudah sangat lama tidak bertemu. Tentu saja ada rasa canggung antara kita.”“Kenapa ada rasa canggung? B
“Rumah ini? Kau bertanya bagaimana aku bisa tahu? Tentu saja mudah bagiku untuk tahu tentang adikku, Vero. Tapi, sungguh sebuah kejutan ternyata kau juga ada bersamanya selama ini. Sungguh tidak bisa aku percaya,” jawab Ramon dengan tatapan merendahkan pada Vero.“Itu tidak ada hubungannya denganmu, Tuan. Aku sudah lama tidak bekerja padamu dan urusan pribadiku juga tidak berhak kau campuri,” ucap Vero membalas Ramon dengan kata-kata yang terdengar kejam.“Benar. Aku memang tidak berhak mencampuri urusan pribadimu. Tapi, aku ingin tahu yang sebenarnya. Apa benar kau pergi dengan Rayhan pada malam itu?”“Benar. Aku dan Rayhan pergi bersama malam itu karena kami sama-sama ingin memulai kehidupan yang baru.”“Hidup baru? Apa maksudmu? Apa kau dan Rayhan menikah setelah aku dan Miana menikah?” tanya Ramon tanpa perasaan di depan Vero menyebut nama Miana.Vero terdiam sejenak karena dia mendengar langsung dari mulut Ramon tentang pernikahan dengan Miana saat itu. Luka lama seolah tersayat
Sejak kedatangan Ramon tadi, tentu saja hati dan pikiran Vero tidak lagi bisa tenang. Apalagi, Ramon sudah mengeluarkan kata-kata yang terdengar seperti sebuah ancaman untuknya. Mana mungkin Vero tidak mengerti maksud perkataan pria itu tadi. Ramon berniat membawa baby R dari sisi Vero untuk tinggal bersamanya dan Miana di negara tempat di mana Vero lahir, tumbuh, dan menjalani semua masa mudanya dulu.“Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun membawamu pergi dariku, Sayang.” Vero berkata dengan suara yang sangat lembut dan membelai pipi bayinya.Air mata mengalir di sudut matanya, tapi dengan cepat dia sapu dengan ujung jari. Vero tidak lagi ingin terlihat lemah dan takut pada Ramon. Dulu, dia memang sangat mencintai Ramon dan rela dijadikan simpanan. Kapan saja pria itu menginginkannya, Vero sangat bersedia. Namun, semuanya berubah saat Ramon menawarkan pernikahan hari itu kepadanya.“Esra! Kau harus selalu berada di sisi baby R! Jangan pernah meninggalkannya walaupun sedetik saat
Petrus tidak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan Vero saat ini. Dia benar-benar dilanda dilema karena memang situasi tidak bisa dia kendalikan lagi. Sepertinya, Vero sudah mengetahui sesuatu dari Esra. Selama ini Petrus merasa bahwa Esra tidak akan pernah mengatakan apapun pada Vero.Dia mengira bahwa Esra sudah mengetahui situasi sebenarnya karena dia berasal dari rumah sakit yang sama dengan tempat Vero melahirkan dan tempat Rayhan dirawat hingga detik ini.“Maafkan aku, Tuan. Aku tidak tahu apa yang sudah aku katakan adalah salah. Aku minta maaf padamu, Tuan. Aku salah dan aku tidak ada maksud apa-apa,” sesal Esra dengan penuh rasa bersalah dan juga suaranya terdengar bergetar.“Kau!” geram Petrus dengan menunjuk pada Esra tak berdaya.Semuanya pasti sudah dikatakan oleh Esra pada Vero dan Petrus tidak punya pilihan lain lagi sekarang. Dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Vero, walaupun itu artinya dia sudah melanggar janjinya kepada Rayhan sebelum pria itu memutuskan u
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget