Home / Romansa / Perawan Rasa Janda / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Perawan Rasa Janda: Chapter 91 - Chapter 100

124 Chapters

91. Saat Malam Pertama

 Aku masih saja menyembunyikan seluruh tubuhku di dalam selimut dan terus berpura-pura tidur ketika telingaku mulai mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Bila mengingat apa yang sudah kami lakukan tadi malam, aku masih saja sangat malu. Ketika akhirnya Gamal menggendong tubuhku setelah aku menantangnya untuk menunjukkan bagaimana caranya dia membuktikan bahwa tuduhanku tidak benar, yang menganggapnya sebagai pria yang mengidap kelainan seksual, dan Gamal mulai membawaku ke kamar di lantai dua, yang juga sudah dihiasai dengan banyak bunga dan pernak-pernik yang menambah kesan romantis yang kuat. Di kamar kami itu Gamal mulai melakukan segalanya. Sentuhan yang lembut namun mendebarkan itu malah melenakan aku. Anehnya aku tak bisa memprotes, hanya sekali saat dia mulai melesak masuk ke dalam tubuhku, mengoyak apa yang sebelumnya selalu aku jaga, aku sedikit menjerit kesakitan meski set
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

92. Saling Berebut Perhatian

 “Terima kasih untuk apa Mas?” Aku menjadi penasaran. “Terima kasih kamu menjaga itu dan memberikannya untukku.” Aku mengernyit tak paham. “Menjaga apa?” “Menjaga kegadisan kamu dong sayang,” ucap Gamal sembari mencolek daguku. Aku langsung tersipu rikuh di depan suamiku yang sekarang bahkan sedang memandangi wajahku dengan sorot penuh kagum. Sungguh aku merasa cantik saat ini, padahal sebelum aku selalu tak pernah percaya diri dengan wajahku sendiri. “Tapi aku bisa melakukan itu karena semua orang kebanyakan menganggap aku itu seorang janda, karena aku memiliki Ghana dan Ghara.” “Semua orang terkecoh, padahal kamu adalah perawan, perawan yang rasa janda.” Kini ganti aku yang tergelak ketika m
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

93. Kado Dari Tony

 “Siapa yang bilang Ghana dan Ghara nakal? Mereka itu baik dan sayang sama mamanya, iya kan?” Aku langsung menoleh pada asal suara ternyata Umi Risa sudah menghampiri kami bersama bunda yang ada di sampingnya. Tapi kemudian Umi Risa mulai memberikan tatapan tajam pada Gamal yang sedang bergerak gelisah di depanku, yang sudah terburu-buru ingin membawaku ke kamar kami. “Iya Umi, tapi sekarang sudah malam, biar mereka tidur di kamar mereka,” ucap Gamal memberikan pembelaan diri. “Mereka itu kangen sama mamanya sejak kemarin selalu kamu kuasai, biar Mala menidurkan anak-anak sebentar,” sahut Umi Risa cepat. Sekarang kembali memberikan tatapan tegas pada Gamal yang semakin resah dan terus menerus menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu. “Kamu harus ngalah dong sama anak-anak.” 
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

94. Lingerie

Namun ketika akhirnya Gamal mulai beranjak pergi, aku langsung menyusul di mana Gamal melangkah masuk ke dalam kamar kami yang masih dipenuhi tumpukan kado yang masih belum kami sentuh. Gamal menjadi tak bisa menyembunyikan emosinya ketika melihatku menerima pemberian dari kakaknya yang sekarang bingkisan berukuran sedang itu diremas dengan kesal oleh Gamal yang tampak jelas sangat tak suka dengan apa yang aku lakukan. “Mas, kumohon jangan salah paham kalau menerima kado dari kakak kamu, aku melihatnya sebagai anak dari umi dan dia itu juga kakak kamu Mas.” Aku berusaha menjelaskan alasanku. Gamal masih bergeming. Namun setelah itu mulai melakukan hal yang tak terkira lain. Gamal langsung merobek bingkisan berwarna biru itu, hingga terpampang di depan kami isi kado yang sudah diberikan oleh Tony tadi. Ketika melihat Tony memberikan sebuah lingerie
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

95. Ucapan Ambigu Tante Firna

Semalam Gamal tak bisa dihentikan. Dia menjadi semakin tak terkendali saat melihatku menjajal ‘baju-baju haram’ yang ia pilih sendiri. Alhasil di pagi hari aku merasa ngilu bahkan sedikit perih karena ulahnya. Terlebih suamiku itu memiliki stamina yang sangat prima yang kadang membuatku tak habis pikir. Karena aku masih cuti dari kampus, aku memilih menghabiskan waktu pagi ini dengan berjalan-jalan santai di area belakang rumah yang nyatanya memang sangat luas. Aku memilih menghindari Gamal sejenak, yang pagi ini harus memeriksa pekerjaan di ruang kerjanya. Jika aku berada di dekatnya, bisa dipastikan Gamal tidak akan bisa bekerja dengan baik. Tak ada kegiatan berarti yang bisa aku kerjakan. Ghana dan Ghara sudah berangkat sekolah sementara Abi Ali sudah pergi ke kantor, sedang Umi Risa dan bunda sekarang sedang menghadiri kajian di sebuah majelis di masjid terdekat.
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

96. Pengajaran Dari Gamal

Aku langsung menyergap tajam pada Gamal yang bahkan saat ini sedang memelukku. Sejenak aku malah terseret dengan sebuah praduga pada suamiku sendiri. “Janji yang mana sih?” Gamal bertanya dengan tegas. Setelah itu wajahnya mulai berubah memancarkan aura yang lugas. “Dengar ya Tante, aku tak pernah menjanjikan apapun pada anak Tante.” “Tapi Nita mengatakan sesuatu yang berbeda, di saat kamu selesai mengambil keuntungan dari anakku Nita.” Aku langsung terkesiap ketika mendengar kata-kata Tante Firna yang ambigu. Sementara saat ini wajah Gamal terlihat semakin tegang. Kernyitan gusar tersaji lugas di keningnya. “Apa yang sedang ingin Tante katakan,” sergah Gamal tegas. Tapi aku sontak menyergap wanita yang sekarang bahkan sedang menenteng tas birkin lim
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

97. Kembali Berprasangka

 “Sekarang katakan hal pertama apa yang harus aku pelajari dari kebiasaan keluarga Abi Ali?” Aku kembali mencecar Gamal yang malah memandangi wajahku dengan lekat. “Kamu pengen tahu apa pengen tahu banget?” Gamal malah mengerlingkan matanya sengaja memancing kekesalanku. “Mas, aku serius nih ...” Gamal malah tergelak ketika melihat gurat kesal di wajahku. “Habisnya kamu itu tegang banget, jangan tegang gitu dong sayang. Lagian keluargaku itu tak seseram yang kamu bayangkan.” Gamal kemudian menatapku dengan sungguh-sungguh. “Percayalah kamu cukup bersopan santun seperti biasa, soal bahasa, ada aku di sisi kamu, aku akan jadi penerjemah kamu. Lagipula sebagian keluargaku ada yang fasih berbahasa Indonesia.” “Tapi soal ada
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

98. Pekik Kekesalan

[“Apa kamu tahu ke mana kira-kira Mas Gamal pergi sekarang?”] Aku menunggu jawaban dari seberang sana untuk beberapa saat. [“Apa Pak Adhi nggak bisa dihubungi Mala?”] [“Aku sudah menelpon sejak tadi, sama sekali tak ada balasan, bahkan ponsel Mas Gamal tidak aktif. Tolong Tama katakan padaku kalau kamu tahu sesuatu.”] Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana. [“Aku sendiri nggak bisa memastikan Mala, ke mana Pak Adhi pergi malam ini.”] [“Padahal besok, kami berencana untuk berangkat pagi ke Qatar,”] gumamku lirih. [“Coba aku akan tanyakan pada departemen keuangan barangkali mereka ada meeting mendadak malam ini. Nanti aku kabari lagi.”] [“Baiklah, aku tunggu kabar dari kamu ya.”] Setelah itu aku langsung m
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

99. Penjelasan Gamal

GAMAL POV“Jelaskan soal foto ini Mas!” desak Mala, yang membuatku langsung memusatkan perhatian padanya setelah dia menunjukkan foto kebersamaanku dengan Sherly.Aku berusaha untuk bersikap wajar, dan menanggapi cecaran istriku dengan senyuman.“Jangan nyengir kayak gitu Mas, kamu jadi nggak ganteng blass...”Mala kian mengunggah kekesalannya. Dia bahkan menyebutku nyengir di depannya, membuat senyumku langsung lenyap.Aku semakin tak bisa merahasiakan pertemuanku tadi dengan Pattinama, pria yang bahkan sekarang sudah menjadi mertuaku sendiri.Karena pertemuanku dengan pria itu pada akhirnya tidak menjadi baik, karena pria itu malah berakhir di rumah sakit saat jantungnya kambuh dengan mendadak setelah aku bersikap tegas di depannya dengan membatalkan semua poin perjanjian kerjasama.Bagaimana aku tidak murka, kalau nyatanya dia malah terungkap jelas sedang melakukan penipuan. Pattinama sudah melakukan markup gila-gilaan untuk biaya pembebasan lahan. Bahkan aku sempat mendapat lapora
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

100. Pesta Resepsi Yang Lain

“Katakan apa yang kamu minta?” Aku menunggu dengan penasaran apa yang akan diminta oleh Mala. Saat ini saja wajahnya menampakkan gurat keseriusan yang sebenarnya membuatku sangat resah. “Aku mohon jangan katakan kabar ini pada bunda. Jangan ada yang tahu soal dia yang sedang sakit.” “Iya, sayang, aku tak akan mengatakan apapun pada bunda.” Aku mengiyakan saja permintaan istriku. Aku bisa merasakan kecewa di hatinya yang membuatku langsung memaklumi atas sikapnya yang terlihat antipati dengan ayahnya sendiri. Aku tak akan menyalahkan Mala, jika dia tak bisa mudah untuk memaafkan ayahnya, bahkan sampai sekarang saja Pattinama tak pernah meminta maaf pada anaknya. Pria itu tak pernah menyadari kesalahannya bahkan tetap saja menyalahkan Mala, yang sebenarnya sudah difitnah oleh wanita yang sudah dinikahinya
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status