Home / Fantasi / Selena (Shirea book 2) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Selena (Shirea book 2): Chapter 1 - Chapter 10

59 Chapters

Chapter 1 : Perjanjian Damai

"Erick awas!!"Sebuah cahaya melesat menghantam wanita yang mendorong tubuh pria di hadapannnya dan-lagi-lagi aku terbangun dengan tubuh berkeringat setelah itu. Aku tahu itu hanya mimpi, tapi aku tidak tahu kenapa mimpi itu selalu mendatangiku. Mimpi tentang wanita itu--Putri Mahkota, yang selalu kukagumi.Aku menjuntaikan kaki ke lantai dengan rambut acak-acakan untuk meneguk segelas air. Cahaya malam menembus jendela hingga ruanganku begitu temaram. Di sudut ruangan kutatap sebuah papan besar yang ditutup kain, kemudian perlahan kubuka penutup itu.Jemariku mulai menyusuri wajah wanita yang berdiri anggun di dalam sana dengan pakaian kebesaran khas Putri Mahkota Axylon. Wajah yang begitu natural dengan riasan yang paling sederhana untuk seukuran Putri agung sepertinya."Tuan Putri," gumamku pada lukisan di hadapanku. "Akhir-akhir ini aku selalu memimpikanmu. Aku tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Apa karena aku selalu mengagumimu dan mengidolakanmu?"Aku menyentuh lukisan itu
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Chapter 2 : Wanita Tahanan

Aku melangkah di lorong temaram menuju ruang baca. Ini adalah hari ketiga setelah Tuan Fredy datang dan aku tak menyangka jika Raja Vainea akan mengirim surat secepat ini, seolah-olah perdamaian ini tak ingin ditunda.Namun disisi lain aku masih kebingungan dengan persiapanku mengingat aku diminta berkunjung sesegera mungkin. Aku menggelengkan kepala untuk menyingkirkan beberapa pikiran yang bergelayut di kepala dan jujur saja ini membuatku sedikit frustrasi.Langkahku terhenti ketika mataku tak sengaja melihat sosok wanita berjalan cepat dengan gelagat mencurigakan. Aku mengernyitkan dahi ketika aku memfokuskan pandanganku dan sepertinya—aku mengenali sosok itu.Tanpa pikir panjang, aku segera mengendap-endap untuk mengikutinya. Ya, tidak salah lagi itu adalah Ibu. Aku bisa melihat matanya menyusuri sekeliling seolah-olah mengawasi sesuatu dengan waspada, sementara aku terus bersembunyi perlahan-lahan.Tak lama, ia berhenti di depan lemari hias. Tangannya menyusuri deretan benda yang
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Chapter 3 : Kerajaan Vainea

Aku memeluk Helena sebelum keberangkatanku ke Vainea. Anak itu sudah tak sedih lagi dan aku sudah meminta maaf padanya karena membuatnya ketakutan. Saat ini ia justru mengkhawatirkanku dan bertanya kapan aku pulang sebanyak mungkin. Aku hanya tersenyum karena aku tahu dia pasti akan merindukanku.Aku menaiki kereta setelah melambaikan tangan pada Helena yang mengantarku sampai ke depan gerbang, sementara Ayah dan Ibu hanya memandangiku hingga kereta berangkat. Tatapan mereka juga terlihat cemas meskipun tetap dengan ekspresi wibawa mereka.Kereta kuda melaju, sementara aku hanya terdiam sambil menatap ke luar jendela. Sesekali aku menatap cincin Blue Saphire yang tak pernah kulepas dari jemariku, berkilau di bawah cahaya siang yang membuatnya terlihat indah dengan nuansa laut yang biru.Perjalanan kali ini, aku membawa sedikit pengawal. Meskipun sebelum ini sempat berdebat dengan Ayah, tapi pada akhirnya Ayah mengalah dan berkata 'Terserah'. Itu adalah hal yang membuatku lega karena a
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Chapter 4 : Kesepakatan

Aku termangu ketika tiba di sebuah tebing dengan deburan ombak di bawahnya. Udara menyapu wajahku dengan sejuk dengan purnama menggantung di langit sendirian. Tak lama, Azura melepas ikatanku dan aku bisa bernapas lega."Kenapa kau membawaku kemari?" tanyaku tak mengerti."Melemparmu ke dasar laut," jawabnya sambil menuruni kuda.Aku tahu jawaban itu hanya candaan dingin darinya. Aku ikut turun dari kuda lalu menatap lepas hamparan gelap yang memantulkan sinar bulan layaknya cermin. Azura sudah duduk di atas rumput tanpa alas. Ditatapnya langit cerah di atas sana seolah-olah tak mempedulikan keberadaanku di sisinya."Apa...tidak masalah jika kita meningggalkan pesta?" tanyaku, masih memikirkan situasi di istana."Kalau ingin pulang, pulang saja sendiri," sahutnya dingin tanpa menoleh sama sekali.Aku terdiam sambil menahan diri untuk tak melempar batu ke kepalanya. Namun, sedetik kemudian aku tersenyum miring sambil berkata, "Baiklah, aku akan pulang. Jika kau ingin pulang juga, kau b
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

Chapter 5 : Pesta Rakyat

Tak lama kami sampai di sebuah pedesaan yang ramai. Aku yakin sekali ini bukan bagian dari wilayah Axylon, tapi sepertinya juga bukan bagian dari Vainea. Parahnya, aku tidak mengerti kenapa Azura membawaku ke tempat ini."Sebenarnya apa yang mau kau bicarakan sampai-sampai kau membawaku ke tempat ini?" tanyaku akhirnya, setelah saling diam selama perjalanan."Sepertinya kita butuh menginap malam ini."Aku langsung menoleh dengan mata menyipit. "Padahal aku bisa saja sampai di Axylon sebelum matahari terbenam."Ia melirikku sejenak kemudian menatap lagi kedepan. "Aku tidak tahu kemana akan membawamu, yang jelas aku butuh tempat untuk berbicara denganmu."Aku menghela sebal. "Bisakah kau langsung memberiku alasan sekarang juga agar aku bisa secepatnya kembali?""Kau tidak penasaran dengan kehidupan di luar wilayahmu?" bisiknya, kemudian memacu kudanya dengan kencang hingga aku tersentak. "Seharusnya kau berterima kasih karena mau mengajakmu bersenang-senang dengan caraku.""Jadi, inikah
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

Chapter 6 : Kedudukan Yang Sama

Kali ini aku berada di sebuah arena tanding. Namun yang membuatku heran, tempat ini dihias dengan dekorasi pengantin. Melihat pemandangan sekitar, aku tahu bahwa aku—sedang bermimpi. Ya, aku yakin aku sedang bermimpi.Mataku menyusuri keadaan di sekitarku yang sudah tampak ramai para penonton dengan pakaian resmi dan gaun pesta, lalu tak lama aku melihat dua gadis muncul dengan memakai gaun pengantin yang elegan. Gadis itu—mendiang Putri Mahkota, tapi aku tak mengenali gadis satunya.Aku mengedarkan pandangan sekali lagi, berharap menemukan petunjuk dan tak lama, mataku menangkap sosok pria yang juga memakai baju pengantin."Putra Mahkota," gumamku, menatap sosok tegap duduk di tempat yang tinggi dan terpisah dengan posisi duduk Yang Mulia Raja.Aku kembali menatap dua gadis itu yang ternyata mereka sudah memegang pedang masing-masing dan bersiap untuk bertarung. Genderang berbunyi pertanda pertarungan dimulai. Aku mencoba memahami situasinya ketika melihat dua mempelai wanita beradu
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Chapter 7 : Di Bawah Ancaman

Perjalanan masih berlanjut hingga hari menjelang sore. Derap kaki kuda memecah keheningan dan juga—dengkuran lirih Azura. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat di leherku. Sejujurnya salah satu pundakku mulai pegal menahan kepalanya, tapi aku tak ingin mengusiknya.Semakin lama, kini gantian aku yang dilanda kantuk. Pegal di pundak membuatku merasa lelah. Untungnya, Azura terbangun tak lama setelah itu. Ia menguap sejenak dan merenggangkan tubuhnya."Pantas saja perjalanan kita masih lumayan jauh, ternyata kau mengendarai kuda dengan lambat seperti ini?" celetuknya masih menguap.Aku yang mendengarnya sedikit sebal, pasalnya aku tidak ingin tidurnya terusik, tapi dia malah protes."Bagus lah kalau kau sudah bangun." Aku membuat kudaku berlari kencang setelah mendapat komentarnya."Kau langsung kesal hanya karena itu? Ck, sensitif sekali.""Berisik!" desisku, pasalnya aku juga mulai mengantuk. "Sekarang giliranmu. Aku butuh tidur."Kini tali kekang sudah berpindah tangan dan aku mula
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Chapter 8 : Pecahan Masa

Aku berjalan menyusuri lorong bersama Gretta menuju ruang kerja Ayah. Ini pertama kalinya aku merasa takut untuk berhadapan dengannya meskipun aku sudah siap dihukum. Napasku tercekat saat pintu ruangan terbuka dan menampakkan sosok pria yang masih sibuk dengan penanya.Tanganku berkeringat ketika aku melangkah masuk. Aku tak berani bersuara sampai ia menyelesaikan tulisannya. Tak lama, pintu kembali ditutup dan kini hanya kami berdua di ruangan. Ayah melirikku sekilas, kemudian melanjutkan tulisannya lagi.Kami terdiam hampir setengah jam dan suasana begitu hening. Aku menghela napas untuk ke sekian kalinya agar rasa gugupku berkurang. Tak kusangka Ayah yang setahuku sok tampan, narsis dan menyebalkan, kini menjelma menjadi sosok Raja yang menakutkan."Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"Aku lega, akhirnya Ayah memulai percakapan. "Ayah, maafkan aku."Ya, untuk sementara aku hanya bisa mengatakan itu."Tidakkah kau ingin menjelaskan soal semalam?""Itu—" Aku memutar otak untuk memul
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Chapter 9 : Terungkap Perlahan

Mataku basah ketika aku terbangun dari mimpi. Ada rasa sesak yang menggelayuti batinku. Mimpi itu terasa nyata dan kini aku ketakutan jika itu benar-benar nyata. Setelah mimpi itu, aku tak bisa tidur selama tiga hari berturut-turut hingga kantung mataku sedikit menggelap. Pening bergelayut setiap kali aku mikirkannya, tapi mata ini enggan untuk terlelap. Kami menikmati makan malam seperti biasa dan sesuai dugaanku, Ayah dan Ibu menanyakan keadaanku yang mungkin—terlihat seperti makhluk yang tak pernah tidur berhari-hari. "Akhir-akhir ini kau sering melamun dan lihat matamu! Sudah berapa hari kau tidak tidur?" tegur Ibu tampak cemas. "Aku curiga kalau pernikahanmu itu hasil dari paksaan Putra Mahkota Vainea." Aku menggeleng pelan sambil menyeruput sup. "Bukan itu." "Lalu?" Kini Ayah bertanya. Aku terdiam sejenak dan menatap mereka satu persatu. "Aku...dihantui mimpi aneh," ujarku akhirnya. Mungkin aku memang harus menanyakan hal ini karena kali ini mimpiku melibatkan mereka. "Aku
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Chapter 10 : Mata-Mata

Aku berdiri menghadap jendela, menatap kereta kuda yang membawa mereka pergi menuju Vainea. Aku sengaja tidak keluar kamar agar mereka tak melihat mataku yang masih sembab. Tak lama, aku segera bergegas mandi dan bersiap menuju perpustakaan kota, berharap menemukan petunjuk lain.Aku berusaha menutupi lingkaran hitam di kantung mata dengan beberapa make up atas bantuan Gretta yang selalu menggerutu dengan kondisi wajahku saat ini. Bahkan ia sempat berniat untuk melaporkan wajah jelekku pada Raja dan Ratu."Hari ini temani aku ke perpustakaan kota."Gretta langsung mengangguk patuh dan mempersiapkan kebutuhanku. Kali ini aku tidak ingin menyamar, jadi aku meminta kereta kuda lengkap dengan beberapa pengawal untuk mendampingiku. Energiku seperti terkuras habis karena terlalu memikirkan apa yang baru saja kuketahui.Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah bangunan megah dengan aroma kertas yang menyeruak. Suara gemerisik lembaran-lembaran buku menggambarkan suasana tenang di antara b
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status