Home / Romansa / CEO MESUM itu SUAMIKU / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of CEO MESUM itu SUAMIKU: Chapter 111 - Chapter 120

127 Chapters

Bab 111 Pemaksaan

Karena tidak puas dengan penolakan Ervan, Bagus menyuruh anak buahnya untuk membuat kekacauan di rumah Ervan dan membawa Ervan secara paksa. Sementara dirinya menunggu di hotel agar nanti bisa segera membawa Ervan ke Jakarta. Cara licik ini harus Bagus gunakan untuk menjauhkan Ervan dari Gea dan perusahaannya akan tetap memiliki seorang pemimpin pengganti, setelah dirinya pensiun."Lakukan sesuai rencana!" perintah Bagus pada anak buah bayarannya."Baik, Pak."Dan sesuai rencana, malam hari, tepat pukul 21.00, orang suruhan Bagus tiba di rumah Ervan. Beberapa dari mereka merusak gerbang, sementara yang lainnya bertugas menghalau warga sekitar. Jumlah mereka cukup banyak dan tidak mungkin juga Ervan bisa mengalahkan mereka sendirian.Bangunan kios yang sudah mulai berdiri dihancurkan oleh mereka. Sampai membuat para warga berteriak agar mereka berhenti melakukan aksi gila itu. Akan tetapi, mereka tidak peduli dan terus merusak bangunan kios sampai benar-benar hancur."Siapa kalian?!" t
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Bab 112 Seperti Tahanan

"Loh, Ervan?" Nurma terkejut saat melihat kehadiran Ervan di meja makan, esok paginya. Ia yang baru saja meletakkan sayur asam di atas meja seketika menghampiri Ervan. "Van, kamu kok di sini? Gea mana? Kamu tinggal sendirian di Semarang?"Ervan hanya mengangguk. Jujur saja, dirinya sudah lelah dengan semua ini. Ingin hidup tenang bersama sang istri, namun ada saja hal yang mengganggu kehidupannya. Entah sampai kapan dirinya akan menjalani kehidupan seperti ini."Mama tanya aja sama Papa," ucap Ervan dengan nada ketus.Nurma mengernyit. "Maksud kamu apa? Kenapa bawa-bawa Papa?""Ya karena ini ulahnya!" Ervan yang geram langsung berseru sambil menggebrak meja makan. Setelah itu, tangan kanannya terkepal di atas meja. "Semua ini karena ulah Papa! Dia yang bawa Ervan ke sini secara paksa! Bahkan dia ancam mau bunuh Gea kalau aku nggak turuti keinginan dia!""BANGSAT!"Brak! Ervan meninju meja makan sampai membuat tangannya terluka. Namun ia tidak peduli. Ervan hanya ingin meluapkan kekesa
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Bab 113 No Respect

Sudah hampir dua jam lamanya Ervan mempelajari berkas. Matanya semakin lelah karena terus membaca. Belum lagi pinggangnya yang mulai terasa sakit. Ervan pun berhenti sejenak lalu meneguk segelas air putih sampai tandas. Kemudian Ervan menatap Herman yang sedang mengerjakan tugasnya di depan laptop.Ervan berdiri dari kursinya, lalu berjalan mendekati Herman. "Man, aku mau ke toilet sebentar.""Oh, iya silahkan, Pak."Salah satu alis Ervan naik ke atas. "Nggak ditemenin? Katanya suruh jagain," sindirnya."Kalau soal buang air, saya nggak mungkin ikutin Bapak. Itu kan privasi. Lagian toilet Bapak juga ada di ruangan ini. Jadi, buat apa saya ikuti Bapak?""Jawaban cerdas," puji Ervan. "Ya udah, aku ke toilet bentar ya. Kalau Pak Bagus masuk, bilang aku ada di toilet. Sekalian aja bawa di ke depan toilet."Herman terkekeh mendengar ucapan Ervan. Ia menganggukkan kepala. "Iya, Pak. Nanti saya bawa sampai depan toilet.""Bagus," kelakar Ervan.Setelah itu, Ervan pun bergegas masuk ke ruang
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Bab 114 Murkanya Seorang Ibu

Waktu semakin cepat berlalu. Tak terasa, langit mulai memancarkan cahaya kemerahan. Menandakan bahwa hari sudah senja dan sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Namun, tidak dengan Ervan dan beberapa karyawan lainnya. Karena perusahaan memang sedang sibuk, banyak karyawan yang terpaksa lembur untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.Fahri dan Herman juga masih berada di ruangan masing-masing. Seharian ini, Ervan belum berinteraksi dengan Fahri karena Ervan takut mengganggu konsentrasi Fahri dalam bekerja.Ervan melirik jam tangannya. Sudah pukul 18.00 sore dan perutnya sudah sangat kelaparan. Siang tadi Ervan hanya makan sebungkus roti dan minum kopi."Pesan online aja kali ya," gumamnya.Namun lagi-lagi, Ervan teringat bahwa ponselnya tertinggal di Semarang. Saat ini, dirinya tidak memiliki ponsel untuk memesan makanan secara online. "Hadeh! Coba aja ponselnya aku simpan aja di kantong celana. Mungkin sekarang udah bisa nelpon Gea."Ervan tidak mungkin memakai telepon kantor karena semua
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

Bab 115 Gempar

Keesokan harinya, tepatnya pukul 12.00 siang, seluruh penghuni kantor dibuat gempar karena pemberitaan tentang pernikahan Ervan dengan Gea yang dirahasiakan. Bahkan para petinggi perusahaan langsung mengadakan rapat dewan untuk membahas berita yang menggemparkan ini. Pasalnya, berita tersebut tersebar di media sosial dan banyak karyawan yang melihatnya.Tak hanya berita tentang pernikahan Gea dan Ervan saja. Berita tentang Bagus yang sengaja menelantarkan menantunya di Semarang pun juga tersebar luas. Segala bentuk gunjingan terlontar dari mulut para karyawan pun tertuju pada Bagus dan Ervan. Mereka tidak menyangka, ternyata kelakuan bapak dan anak itu sama saja.Berita tersebut jelas membuat Bagus semakin uring-uringan. Sementara Ervan hanya menanggapi dengan santai. Ia merasa, berita tentang penelantaran itu bukanlah salahnya, melainkan murni kesalahan Bagus. Hanya sedikit yang menggunjing dan menghina Ervan, perkara menodai Gea sampai menghancurkan masa depan wanita itu. Selebihnya
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more

Bab 116 Teror Tengah Malam

Sesuai yang diucapkan Ervan siang tadi, malam harinya, tepat pukul 20.00 WIB, Ervan sudah keluar dari kamar sambil membawa tas ransel berisi beberapa pakaian dan dokumen lainnya. Ia meminta bantuan Fahri dan Herman untuk menemaninya pergi ke Semarang. Herman dan Fahri sudah standby menunggu di pekarangan rumah Bagus, bersama taksi online yang sudah dipesan.Ervan menuruni satu per satu anak tangga dengan cepat. Mengabaikan seruan kencang dari arah ruangan lain yang ada di lantai dua. Suara itu tidak lain adalah suara Bagus. Ervan sedikit berlari menuju pintu rumah.Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah suara lembut menginterupsinya. “Kamu mau kemana, Van?”Itu suara Nurma. Wanita itu baru saja selesai membereskan dapur dan meja makan. Nurma terkejut saat melihat Ervan berlari ke arah ruang tamu, dan dengan sigap Nurma segera mengikuti putranya itu.“Kamu mau kemana? Ini udah malam, Van,” tutur Nurma sekali lagi.Ervan berbalik badan, dan menatap Nurma. Tatapan teduh yang Nurma beri
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Bab 117 Senjata Makan Tuan

Pukul 05.00 pagi, Gea terbangun dari tidurnya. Ia sedikit mengangkat kepala dan melihat suaminya masih tertidur pulas sambil memeluk tubuhnya. Suara dengkuran halus pun terdengar jelas di telinga Gea. Senyum Gea terkembang. Kehadiran Ervan membuat Gea merasa bahagia dan jauh lebih tenang dari sebelumnya.Semalam, Ervan tiba di rumah pada pukul 22.00 malam. Gea terkejut saat mendengar suara ketukan pintu dari arah luar, dan tidak langsung membukanya. Ia memilih mengintip dari jendela terlebih dulu—memastikan bahwa yang datang bukanlah orang jahat. Setelah melihat perawakan suaminya, barulah Gea segera membuka pintu dan memeluk Ervan dengan erat. Melepas rasa rindu yang teramat dalam.Jujur saja, sejak kepergian Ervan, Gea tidak nyenyak tidur dan tidak memiliki nafsu makan. Hanya sekadar minum air putih dan memakan sebungkus roti. Gea merasa hidupnya terasa hampa tanpa kehadiran suaminya. Bahkan Gea tidak peduli dengan ponselnya yang dibiarkan mati begitu saja, setelah sebelumnya Gea se
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Bab 118 Saling Membalas

Karena tidak terima dengan apa yang dilakukan Lastri, Bagus memutuskan untuk menemui besannya yang dinilai sangat kurang ajar itu. Secara terang-terangan Lastri menjatuhkan harga dirinya melalui media sosial. Bukan hal seperti ini yang Bagus inginkan. Bagus hanya ingin Lastri dan Gea menjauh dari kehidupan Ervan. Akan tetapi, Lastri justru melawan serangannya balik.Tepat pukul 12.00 siang, setelah bergulat dengan rasa malu dan amarah karena terus digunjing, akhirnya Bagus melangkahkan kakinya menuju lobi, lalu ke parkiran mobil. Bagus mengabaikan tatapan sinis para karyawannya.Setelah masuk ke dalam mobil, Bagus bergegas menyuruh sopir pribadinya untuk tancap gas menuju kediaman Lastri.Sekitar satu jam berkendara, sampailah Bagus di depan rumah besannya itu. Bagus turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Amarahnya meledak saat melihat Lastri tampak tenang saja sambil menyirami tanamannya di halaman depan.“Lastri!” Sudah tak ada lagi embel-embel ‘Bu Lastri’ saat Bagus memanggil wanita
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Bab 119 Melahirkan

Menjelang kelahiran, Gea tiba-tiba mengalami serangan panik. Ia khawatir jika dirinya akan meninggal dunia setelah melahirkan. Itu semua karena Gea baru saja menonton sebuah video tentang seorang wanita yang meninggal dunia setelah melahirkan, di salah satu media sosialnya. Gea mulai memikirkan hal-hal buruk itu, sehingga membuatnya tidak nafsu makan.Ervan yang melihat perubahan sikap istrinya seketika bertanya, “Sayang, kamu kenapa?”“Nggak papa, Mas.”“Kalau nggak papa, kenapa nggak mau makan? Mukanya juga murung terus. Ada apa? Nggak mau cerita sama suami sendiri?” tanya Ervan dengan suara lembut.Gea menghela napas berat, dan menatap Ervan. Ia pun berkata, “Mas, aku takut.”Mendengar pernyataan Gea, dahi Ervan mengernyit heran. “Takut? Takut kenapa, Sayang? Masih takut soal Papa? Kan belakangan ini Papa udah nggak ganggu kita.”Memang benar yang dikatakan Ervan. Semenjak peristiwa pertengkaran dengan Lastri, Bagus sudah tidak pernah lagi mengganggu kehidupan Ervan dan Gea. Bahkan
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Bab 120 Hujatan

Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Gea diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Rencananya, besok Ervan dan Gea akan mengadakan syukuran kecil-kecilan untuk menyambut kehadiran buah hati mereka.Ervan sendiri tampak semangat sekali mempersiapkan segala sesuatunya, dibantu oleh Fahri, Herman, Nurma dan Lastri. Sementara Gea hanya duduk di ayunan taman sambil menggendong bayinya yang sedang terlelap. Dipandanginya wajah sang anak yang telah ia kandung selama 9 bulan itu.Gea tersenyum bahagia. Bayi yang tadinya tak ia harapkan ternyata berhasil ia pertahankan sampai lahir ke dunia. “Wajah kamu mirip banget sama Papa, Nak,” ucapnya pelan.Saat sedang sibuk mengamati wajah anaknya, tiba-tiba dari arah gerbang rumah, para tetangga julid itu muncul lagi. Mereka melontarkan kalimat-kalimat menyakitkan yang ditujukan pada Gea.“Tuhkan ibu-ibu, bener dugaan kita. Pasti itu anak di luar nikah.”“Iya, Bu. Ya ampun, nggak nyangka ya. Mukanya polos, tapi kelakuannya memalukan.”“Percum
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status