“Janggutku!”Juan sungguh kesakitan. Pada akhirnya, dia tidak sanggup menjaga janggutnya.Sementara, si Kenzi sedang merangkak di atas tubuh Juan. Tangan kecilnya diayunkan. Setiap jari tangannya terjepit satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh helai janggut putih. Inilah “mainan” yang paling disukai Kenzi.“Kalian sudah ambilkan mainannya belum? Cepat bawakan camilan ke sini!” jerit Juan.Meskipun demikian, Juan juga tidak tega untuk memukul si kecil. Dia hanya bisa berdiri dengan perlahan.Yuna berjalan pergi menggendong Kenzi, lalu memarahinya, “Nggak boleh bersikap seperti ini! Nggak sopan!”“Hah?” Kenzi menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia tidak mengerti maksud ucapan Yuna.Ekspresi kekanak-kanakan ini membuat Juan tertawa terbahak-bahak. Dia membangkitkan tubuhnya sembari melambaikan tangannya. “Sudahlah, sudahlah, dia masih kecil, dia tidak mengerti apa-apa. Kalian saja yang terlalu lamban. Semua ini salah kalian!”Pelayan terdiam. Padahal gerakan mereka sangatlah gesit, da
Baca selengkapnya