Chermiko tersenyum sinis, lalu melirik Rainie. “Kalau Nona Rainie paham, kenapa kamu tidak bukakan resep untuk adikmu?”“Terserah aku dong mau buka resep atau nggak.” Rainie menatapnya, lalu berkata dengan datar, “Tapi resep obatmu itu … nggak berguna!”Lagi-lagi resep obat Chermiko dikatakan tidak berguna. Chermiko merasa agak marah. “Sepertinya tidak seharusnya kamu berbicara seperti ini kepadaku. Kamu seharusnya bilang sama ibumu, bisa jadi ibumu akan mendengar masukanmu. Lagi pula, aku juga malas untuk pergi ke rumahnya.”Maksud ucapan Chermiko adalah jika bukan karena ibunya Rainie memaksa Chermiko untuk pergi mengobati Bella, dia juga tidak berminat untuk melakukannya.“Kamu nggak ingin atau kamu nggak bisa?” Rainie sedang tersenyum. Hanya saja, senyuman itu membuat Chermiko merasa dirinya bagai disindir saja. “Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, jangan ikut campur biar reputasimu nggak hancur nantinya.”“Sepertinya Nona Rainie tidak berharap adik sepupumu bisa sembuh?” Chermik
Chermiko sungguh tidak percaya dirinya malah dipermainkan wanita ini lagi.Hatinya terasa sangat penat. Namun, dia tidak menemukan tempat untuk melampiaskannya. Awalnya Chermiko pergi ke balkon untuk menghirup udara segar. Sekarang, hatinya malah terasa semakin penat lagi!…Selama dua hari ini, Yuna terus mengikuti perkembangan situasi di Asia Selatan. Informasi yang disiarkan di dalam negeri sangatlah terbatas. Secuil informasi di internet itu tidak sanggup menenangkan hati Yuna. Terlebih … sudah beberapa hari Yuna tidak mendapatkan kabar Brandon.Yuna tahu sinyal di sana tidaklah bagus. Hanya saja, apa sinyalnya seburuk itu? Bukankah tempat yang ditempati Brandon tergolong area yang aman? Selain peperangan dan wabah penyakit, Yuna juga tidak tahu apa yang telah terjadi di sana.Yuna bahkan sempat berpikir, jika Brandon meneleponnya lagi, dia akan membujuk Brandon untuk kembali dulu. Lagi pula dia juga sudah memahami kondisi di sana, dia seharusnya sudah memahaminya. Pada akhirnya, m
“Janggutku!”Juan sungguh kesakitan. Pada akhirnya, dia tidak sanggup menjaga janggutnya.Sementara, si Kenzi sedang merangkak di atas tubuh Juan. Tangan kecilnya diayunkan. Setiap jari tangannya terjepit satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh helai janggut putih. Inilah “mainan” yang paling disukai Kenzi.“Kalian sudah ambilkan mainannya belum? Cepat bawakan camilan ke sini!” jerit Juan.Meskipun demikian, Juan juga tidak tega untuk memukul si kecil. Dia hanya bisa berdiri dengan perlahan.Yuna berjalan pergi menggendong Kenzi, lalu memarahinya, “Nggak boleh bersikap seperti ini! Nggak sopan!”“Hah?” Kenzi menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia tidak mengerti maksud ucapan Yuna.Ekspresi kekanak-kanakan ini membuat Juan tertawa terbahak-bahak. Dia membangkitkan tubuhnya sembari melambaikan tangannya. “Sudahlah, sudahlah, dia masih kecil, dia tidak mengerti apa-apa. Kalian saja yang terlalu lamban. Semua ini salah kalian!”Pelayan terdiam. Padahal gerakan mereka sangatlah gesit, da
Juan terdiam di tempat. Dia spontan menutup dagunya. “Janggut kepalamu! Dasar bocah tengik!”“Lalala ….”“Hahaha ….”Setelah satu jam berlalu, Juan merasa agak capek. Namun, Yuna masih belum kembali dari halaman belakang. Dia berbaring di atas kursi bambunya sembari memiringkan kepala melihat si bocah yang sedang berada di dalam area bermain dengan mengantuk.Hanya saja, Juan berusaha untuk melebarkan kedua matanya. Dia tahu dirinya tidak boleh tertidur saat ini. Jika dia ketiduran, tanamannya pasti akan dihancurkan oleh bocah tengik ini. Saat matanya sudah tidak bisa bertahan lagi, tetiba pelayan berlari ke sisinya untuk melapor, “Cucu Bapak datang.”“Cucu apaan! Bukannya cucuku ada di sini?” Juan memalingkan kepalanya melihat ke dalam pagar.Lho? Di mana dia? “Bukan, maksudku Tuan Chermiko,” jelas pelayan.Namun, saat ini Juan sudah tidak menghiraukan pelayan lagi. “Aduh siapalah dia, cepat carikan si bocah tengik itu, bukan … cari anak itu!”Bukankah tadi Kenzi sedang berada di si
Ketika mendengar balasan itu, pandangan semua orang spontan tertuju pada diri Chermiko.Dua detik kemudian, semua orang kembali menunduk melanjutkan pencarian. “Den, Den ….”Chermiko kembali terdiam. Memangnya Kakek Juan memiliki cucu lagi selain dirinya? Den? Chermiko merasa bingung. Namun, dia juga tidak bertanya panjang lebar. Di saat semua orang sedang fokus dalam pencarian, dia sendiri berjalan ke dalam rumah. Namun tetiba dia tidak bisa bergerak.Satu detik kemudian, Chermiko menunduk, lalu melihat ada seorang anak kecil sedang menggantung di pahanya. Dia menunduk, sedangkan si kecil malah mengangkat kepalanya sembari tersenyum lebar. “Hehe!”Gigi Kenzi masih belum tumbuh sempurna. Chermiko pun terkejut. “Kamu itu anak siapa!”Chermiko spontan hendak menggoyangkan kakinya. Namun, si anak kecil malah semakin kegirangan lantaran mengira sedang bermain ayunan saja.“Turun! Cepat turun!” Chermiko tidak pernah menjaga anak-anak. Dia juga tidak berpengalaman untuk berhubungan dengan a
Tadi Juan bahkan mengatakannya … kotor?Sejak kapan Chermiko kotor? Setiap kali dia berkunjung ke mana pun, sepatunya akan dilap sekilap mungkin. Malahan dia yang merasa risi lantaran si bocah tengik telah mengotori pakaiannya.Chermiko sungguh merasa syok hingga terbengong di tempat. Dia melihat Kakek Juan yang sangat menyayangi si kecil. Dia bagai orang luar saja.Setelah berhasil mencerna perasaannya yang kacau itu, dia pun mulai bertanya dengan suara seraknya, “Kakek, anak ini ….”“Apa yang kalian semua lakukan!” Tetiba Juan menjerit. “Kalian semua bahkan tidak sanggup menjaga seorang anak kecil. Padahal rumah ini tidak luas, kalian bahkan tidak sanggup mencarinya. Entah apa tujuan aku menggaji kalian!”Para pelayan terdiam di tempat.“Kenapa masih berdiri di tempat? Cepat pergi bekerja sana! Oh ya, siapkan makanan kesukaan Kenzi. Jangan lama-lama, yang cepat!” jerit Juan. Dia kembali menunjukkan temperamen buruknya.Jujur saja, Chermiko lebih terbiasa dengan Juan yang seperti ini.
Juan menggendong Kenzi ke dalam rumah. Kemudian, dia menyadari Chermiko hendak ikut masuk ke rumah. Dia langsung membelalaki Chermiko. “Ngapain kamu ke ….”Belum sempat Juan selesai menjerit, pipinya kembali ditarik ke atas. Dia terpaksa menunjukkan senyuman paksa, lalu mencemberutkan bibirnya menyuruh Chermiko untuk pergi. Setelah itu, dia memangku Kenzi, lalu melepaskan tangannya. “Kita main di dalam saja, ya?”Kepala si kecil menggeleng dengan kuat.“Kamu juga tidak boleh menjambak janggutku terus. Nanti kalau janggutku tidak bersisa lagi, kamu tidak punya mainan lagi.” Juan berbicara dengan sabar, “Lagi pula, kalau sampai mamamu tahu, dia pasti akan … pukul bokongmu!”Aksen di kalimat akhir sengaja ditekankan. Alhasil si kecil merasa ragu, lalu melepaskan tangannya. Pada akhirnya, Kenzi memilih untuk kembali ke dalam area bermainnya.“Huft ….” Juan menghela napas panjang. Dia seolah-olah baru selesai berperang saja.Juan mengangkat gelas teh di hadapannya, lalu refleks hendak menge
Permasalahan yang paling utama adalah seandainya bocah ini adalah anaknya Yuna, sepertinya semuanya cukup masuk akal. Hubungannya dengan Juan tergolong sangat aneh. Dia bahkan tahu siapa murid terakhir Kakek Juan. Setelah dipikir-pikir, wajar Juan begitu memanjakan bocah ini.“Kakek, anak ini … anaknya Yuna, ya?” tanya Chermiko dengan perlahan.Juan sedang meminum teh. Ketika mendengar pertanyaan itu, dia langsung tersedak.“Kata siapa?” Tatapan Juan terlihat gugup. Dia spontan melihat wajah si kecil. Apa mereka mirip? Apa semirip itu?Juan memang tidak mengakui, tetapi reaksinya sudah cukup jelas. Ternyata dugaan Chermiko benar!“Kakek Juan, sebenarnya apa hubunganmu dengan Yuna. Tidak masalah jika kamu memperlakukannya dengan khusus. Tapi kamu juga memperlakukan anaknya ….” Chermiko terdiam sejenak, lalu muncul pemikiran cucu haram. Hanya saja, semua ini terasa sangat konyol. Dia menggeleng kepalanya berusaha menyadarkan dirinya.Tidak! Tidak! Tidak! Tidak mungkin! Pasti tidak mungki
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S