"Makanya jadi orang itu tahu diri, orang nggak sepadan kok bermimpi tinggi. Sadar diri saja muka kusam begitu mau menjadi istri seorang juragan!" ketus Mbak Yanti kala aku hendak membeli gorengan di warung makan.Masih enggan menanggapi karena dia belum menyebut namaku, berusaha acuh saja terlebih dahulu. Namun, andai amarah ini nanti keluar dan memberontak untuk dimuntahkan, aku bisa apa selain menurutinya?"Belum matang, Bu?" tanyaku dengan wanita yang menggoreng di depan wajan."Belum, Mbak Rani. Sabar, ya!" jawabnya pelan. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan ibu tersebut."Eh, Mbak Rani nggak jualan lagi? Kok aku lihat warung sayurnya tutup terus seminggu ini. Sakit, Mbak?" tanya Mbak Tika saat sedang mengantri membeli makanan siap makan di warung ini."Sakit hati, lelaki yang katanya akan menjadi suaminya, 'kan, sudah punya istri. Makanya jangan suka mengusik ketenangan rumah tangga adik saya. Kena karma juga, 'kan?" ujar Mbak Yanti yang membuat semua mata membulat.Ini tida
Baca selengkapnya