Share

Bab 45 BERTEMU

Penulis: Anna Janitra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-14 19:41:20

Hari ini kami sekeluarga akan pergi piknik kecil-kecilan di pantai terdekat. Cuaca yang tidak pantas juga tidak mendung sangat mendukung, Yoga sudah menyewa mobil travel untuk keluarga ini.

Binar-binar kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu Fatimah juga Ayah, aku melihat mereka berdua dengan hati riang. Kenapa rencana yang tidak pernah terlintas ini datang belakangan?

Padahal kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan, hanya sekedar jalan-jalan bersama saja sudah berbeda rasanya.

"Siap?" tanya Yoga saat kami sudah sedia dengan menaikkan segala keperluan.

Mulai dari nasi uduk, kering tempe, kerupuk dan ayam goreng menjadi bekal kami nanti makan disana. Tidak apa dinilai orang lain jadul karena membawa beberapa makanan, yang terpenting adalah kepuasan dan kebahagiaan.

Perjalanan panjang yang indah, kendaraan roda empat berlalu-lalang hingga terkadang menimbulkan kemacetan. Bus-bus besar saling berkejaran bagaikan seorang anak-anak yang bermain lari di padang rumput.

Suara klakson yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 46 MANTAN

    Sepulangnya kami dari piknik kecil, tubuh lelah membuat kami saling duudk menikmati malam panjang bersama. Berita di televisi seolah menghipnotis kami untuk diam dan fokus. Hingga ada suara ketukan pintu yang terbuka, serempak kami menjawab salam dan saling menoleh."Assalamualaikum.""Wa'alaikum salam." Mas Rendi datang ke rumah dengan pakaian koko panjang dan sarung berwarna hitam beserta peci yang masih setia di kepalanya."Apa apa? Kenapa kamu kesini? Kalau nggak penting sekali lebih baik pergi saja, saya tidak mau ada berita yang akan memberatkan bagi anak saya. Cukup sekali istri dan ipar kamu berlaku buruk, cukup! Jika ada yang penting bawa istri kamu kesini supaya bisa mendengar apa yang hendak kamu katakan!" tegas Bapak garang.Aku hanya bisa mengeluarkan napas panjang, memang benar kata Bapak. Jika dia masuk justru nanti yang ada malah akan menambah masalah baru. Apalagi mereka selalu berpikir akulah yang bersalah dan merusak hubungan mereka. Padahal itu terbalik."Saya …."

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 47 NIAT

    "Apa aku harus pergi saja dari tempat ini?" ujarku lemah."Ran, kenapa kamu harus kalah dari mereka? Kamu nggak salah, nak." Ibu Fatimah merenggangkan pelukan ini.Matanya yang teduh berganti berembun, mungkin sedetik lagi hujan akan turun di pelupuk mata indah itu. "Benar, Bu. Mungkin ini adalah jalan satu-satunya untuk menenangkan diri ini. Aku akan ikut Mas Bima saja di sana. Mencari pekerjaan baru dan memulai hidup baru." "Namun, harta kamu disana sudah nggak ada, Ran. Lalu kamu mau kerja apa?" Kini Bapak pun bertanya dengan wajah murung.Kembali aku mengulum senyum, harta sebenarnya bisa dicari jika ada kemauan keras dan usaha. Lalu apa yang aku takutkan untuk maju selangkah lebih baik daripada ini? Disini dan detik ini waktu telah berubah, semua orang terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain. Apalagi Nabila dan Mas Rendi masih saja melihat bayang-bayang masa lalu yang terjadi dengan mereka dan takut jika aku masuk ke dalam rumah tangganya. Padahal tidak ada niat sedikitpun u

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 48 PERGI

    Aku memutuskan untuk pergi hari ini juga. Lebih cepat lebih baik karena semakin aku lupa akan mereka yang selalu menghakimi jika diri ini adalah sebab dari mereka cekcok. Padahal sama sekali aku enggan untuk bertemu sapa atau senyum. Tas berisi pakaian telah aku tata rapi, semua perlengkapan juga sudah selesai. Kini tinggal hati dan mental ini yang harus siap untuk meninggalkan keluarga kecil yang selalu ada untukku disaat yang tepat. Keberadaan mereka membuat dunia ini semakin berwarna.Berpelukan dengan ayah dan ibu juga Mita. Berpamitan lalu ada tangis yang tak bisa dibendung, ada kesedihan yang tidak bisa lagi disimpan ataupun di suruh berhenti. "Jangan lupa untuk sering-sering memberi kabar kepada kami. Jangan pernah lupakan Bapak dan ibu. Apapun yang terjadi kami semua mencintai dirimu tulus, jika nanti ada waktu dan rezeki kamu bisa pulang dan ibu pasti akan memasak makanan kesukaanmu." Bu Fatimah mengelus punggung ini yang tergugu. Pun dengan wanita yang selalu tersenyum ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 49 SAMPAI

    Perjalanan panjang menuju pulau seberang membuatku merasa bosan, bermain ponsel lalu tidur dan seperti itu lagi selama hampir dua hari ini. Pemandangan laut yang seolah tanpa batas memanjakan mata.Suara deburan ombak seakan seseorang yang sedang bernyanyi riang, meski di tengah-tengah laut yang tiada batas. Namun, selalu saja bahagia. Kapal bersandar hampir pagi tiba, Mas Bima yang sudah menantikan kedatanganku kini berada di depan mata.Segera aku menghamburkan pelukan, menangis rindu kepada kakak tercinta. Pertemuan kedua ini seakan mengingatkan beberapa tahun lalu, kala pertama aku bertemu dengan dia dan juga ibu yang kini telah pergi meninggalkan kami untuk selamanya."Kenapa di jemput disini? Aku bisa turun di daerah terdekat sama rumah, Mas, 'kan?" ujarku yang membuat lelaki yang semakin berisi itu tertawa."Aku sengaja ingin bertemu awal denganmu, Mbakmu Lilik yang meminta, sekalian beli sesuatu di sini. Ikan laut," bisik Mas Bima. Kami bergandengan menuju mobil di parkiran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 50 MASIH

    "Rani, aku kangen banget. Tuh, 'kan, sudah aku bilang dari dulu. Tinggal saja disini bersama kita," ucap Mbak Lilik yang memelukku.Bahagia rasanya aku bisa kembali bertemu dengan dia, semakin berubah menjadi lebih ramah dan baik. Harapan yang paling besar dalam berkeluarga adalah bersatunya anggota satu sama lainnya.Mbak Lilik mengajakku ke meja makan, disana sudah ditata beraneka ragam makanan. Seperti ada tamu agung, aku di layani bak seorang ratu. Hingga tanpa terasa air mata mulai turun mengakibatkan ke pipi."Kenapa? Ada yang salah? Kamu kenapa Ran?" Mbak Lilik memegang pundak ini yang bergetar.Justru aku semakin tergugu karena kesedihan itu semakin dalam. Ternyata ada lagi orang baik yang membuat diri ini terharu. Rasanya aku semakin beruntung, di balik terpuruknya diriku dalam menghadapi badai ini, masih ada yang menerima dengan bahagia."Terima kasih telah memberikan tempat untukku, Mbak. Aku nggak tahu lagi harus kemana ketika semua mata tertuju padaku karena sebuah kesal

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 51 BERUNTUNG

    Udara pagi menyapaku, sejuknya semilir itu seolah mengucapkan selamat datang dan selamat menempuh hidup baru dalam lingkungan baru untukku. Suara kicauan burung yang hinggap di ranting memberikan suasana indah dalam menjemput impian yang sudah kurangkai sejak awal kesini.Semua sarapan sudah tersedia di meja, pagi isskalk aku memasak untuk anggota keluarga disini. Kebiasaan yang aku lakukan saat di rumah dulu terbawa hingga detik ini di kediaman Mas Bima. Menikmati teh tawar hangat yang masih mengeluarkan asapnya seolah memberikan sebuah kekuatan dalam memandang lurus kedepan.Disini, di tempat Mas Bima, tidak ada orang yang hanya berdiam diri. Sejak lagi tadi aku lihat mereka yang berlalu-lalang membawa peralatan pekerjaannya masing-masing. Tidak jauh beda dengan di kampung, waktu pagi memang sudah menjadi kewajiban seseorang untuk mengais rezeki."Kamu masak buat sarapan?" tanya Mbak Lilik masih dengan balutan baju tidurnya.Aku mengangguk, lalu tersenyum kala kakak iparku itu mengg

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 52 WANITA ITU

    "Saudaranya, Mbak Lilik? Hati-hati sekarang itu banyak sekali ular berkepala dua, serumah dengan orang asing justru akan memicu terjadinya rumah tangga. Kenapa nggak di carikan tempat lain saja, ingat, lho, ular itu menggigit orang terdekat," celetuk salah seorang wanita yang memakai pakaian serba kuning.Aku perhatikan dari atas hingga bawah dia tampak sempurna apalagi polesan di bibirnya berwarna merah muda. Memperlihatkan kalau dia bukan orang sembarangan, iya, maksudnya manusia biasa.Pandangan mata itu pun sepertinya tertuju padaku, entah apa yang ada dipikirannya karena senyum simpul yang aku berikan justru dibalas dengan sinisnya tawa yang tersungging di sudut bibir itu. Wanita aneh, baru pertama kali bertemu saja sudah berpikir yang bukan-bukan. Dia menilai aku adalah wanita yang akan merusak rumah tangga Mbak Lilik, padahal aku ini adik kandung Mas Bima. Dari mana ada sebuah pemikiran gi la seperti itu?"Banyak lho berita yang menyiarkan kalau orang terdekat adalah musuh ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    Bab 53 BU RT

    "Kamu warga baru disini jangan berani kepada saya!" ucapnya lalu meninggalkan aku dan Mbak Lilik yang saling berpegangan tangan.Mbak Lilik tersenyum simpul dan mendekati si ibu tersebut lalu berbisik yang tak bisa kudengar sekata pun. Saat hendak berbalik arah, wanita itu memandang ke arahku tajam. Seperti ada sebuah kemarahan yang terpendam.Tangannya mengepal kuat dan erat sehingga dapat disimpulkan jika dia ingin berontak, tapi ada yang tertahan. Entah pembicaraan macam apa yang mereka lakukan, karena suaranya pelan sehingga untuk mendengarkannya aku tidak mampu."Mbak, kamu apain dia?" Aku penasaran dengan yang Mbak Lilik lakukan barusan."Tenang saja, biar aku yang urus. Memang dia seperti itu sejak dulu, sejak aku menjadi istrinya Mas Bima. Kalau kata ibu, dia itu suka sama Kakakmu. Makanya selalu saja mencari celah dalam hubunganku. Ini bukan kali pertama," jawab Mbak Lilik setengah berbisik.Aku melongo mendesir jawabannya itu. Aneh memang, sudah mempunyai keluarga sendiri-se

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22

Bab terbaru

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 124 RIZKI

    Perjalanan rumah tangga selama hampir satu tahun bersama Mas Aldi terasa indah. Adakalanya menangis, tertawa bercampur dan berganti bagaikan musim yang sedang terjadi di dunia ini.Kerikil-kerikil kecil menghalangi jalan kami, tapi Alhamdulillah masih bisa dilalui dengan baik karena pemikiran yang dewasa dan tenang dari suamiku itu membuat diriku semakin jatuh cinta dan bersyukur betapa memilikinya adalah anugerah paling indah juga beruntung.Bulan ini adalah bulan di mana aku akan melahirkan. Segala keperluan sudah aku penuhi, tinggal menunggu lahiran. Malam ini udara terasa panas, kipas angin yang selalu berputar seolah tidak terasa sama sekali. Bahkan pakaian tidur yang aku kenakan pun sudah berganti yang tipis, tapi masih saja terasa gerah."Mungkin memasuki musim baru, ayo, tidur di dalam saja!" ajak Mas Aldi saat melihatku yang tengah mencari tempat paling nyaman.Di teras, di ruang tamu, di depan televisi juga di ruang makan sudah aku jelajahi. Akan tetapi, masih saja sama tid

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 123 HAMIL

    Seminggu sudah aku dan Mas Aldi memulai babak baru di rumah ini. Semua sudah lengkap, rumah disulap menjadi tempat ternyaman saat lelah raga melanda. Berbagai macam tanaman pelengkap sayuran berada di taman belakang.Sedang ditaman depan, aku berikan sedikit sentuhan dengan bunga mawar dan tanaman lainnya. Sejuk jika dipandang mata sambil menikmati teh hangat di kala pagi ataupun senja tiba.Begitulah kami menikmati indahnya hidup ini, saling bercengkrama dan bercerita tentang pekerjaan dan juga rumah. Iya, meskipun aku sudah menjadi istri, tapi toko yang ku punya tetap berjalan hingga detik ini.Tidak dilarang untuk bekerja oleh Mas Aldi, karena itulah caranya untukku supaya bisa tetap bahagia. Sebab, dirumah aku kesepian jika dia bekerja. Semuanya lancar, pekerjaan, rumah tangga juga hubungan dengan orang tuanya.Alhamdulillah, itulah yang aku inginkan sejak dulu. Selalu harmonis dan terjaga meskipun terkadang dalam berumah tangga itu ada kerikil kecil yang menghalangi jalannya. Pem

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 122 RUMAH BARU

    Hampir tiga hari kami baru sampai di rumah lagi. Bermalam di kediaman Mas Bima semalam lalu ke rumah Mas Aldi. Disini aku memulai babak baru menjadi istri sepenuhnya.Rumah mungil minimalis yang begitu indah, Mas Aldi membelinya saat masih sendiri. Uang tabungan yang selama ini di simpan di belikan rumah sebagai tempat bermuaranya kami dalam rumah tangga. Meskipun di tinggal lama, tapi bersih karena selalu dijaga dengan baik oleh seseorang yang diminta Mas Aldi untuk membersihkannya."Ini rumah kita, rumah kamu dan aku. Rawatlah dan jaga seperti rumah sendiri. Semoga kelak kita menua disini bersama anak dan cucu." Tangan itu menggenggamku erat.Ada rasa haru dan bahagia kala memiliki istana mungil ini. Kebahagiaan seorang istri adalah mempunyai rumah, hidup bersama keluarga kecilnya. Kasarnya makan dengan garam tak mengapa jika bersama suami dan anak."Aamiin," balasku tersenyum senang.Mengucapkan salam saat pintu rumah mulai terbuka perlahan-lahan. Lantai yang putih bersih dan perle

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 121 MENINGGALKAN KAMPUNG HALAMAN

    Mobil travel sudah sampai di depan rumah, Pakde Nyomo beserta anak istrinya datang ke rumah. Padahal sehabis sarapan tadi kami semua berkunjung kesana untuk meminta doa restu supaya perjalanan yang kami tempuh selamat sampai tujuan.Namun, namanya juga keluarga, mereka berduyun-duyun datang dan memberikan doa kepada kami lagi. Ada haru, bahagia dan sedih bercampur aduk menjadi satu disini. Bahkan isakan mengiringi langkah kaki kami untuk pergi ke pulau seberang kembali."Kini saatnya kami mengawali kehidupan yang sebenarnya, mohon doanya semoga diberikan kelancaran dan kesuksesan dalam meraih mimpi yang indah," ucapku haru."Jika ada umur panjang, kesehatan dan rezeki yang melimpah kami akan berkunjung kembali kesini lagi melihat kampung terindah beserta keluarga besar yang selalu aku rindukan ini," imbuhku.Bu Fatimah memeluk tubuh ini lagi, seolah enggan untuk melepaskan. Beliau begitu berat berpisah dariku. Entahlah, sebenarnya aku pun ingin bersama mereka selamanya. Namun, ada ses

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 120 SARAPAN

    Pagi yang cerah secerah mentari yang mulai menampakkan warna Indahnya ke dunia ini. Tumbuh-tumbuhan bergoyang syahdu seiring dengan kicauan burung yang berdiri manja di rantingnya. Dihiasi dengan tetesan embun yang seolah memberikan kesejukan saat menikmati alam yang nyata juga indah ini.Ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Apalagi saat suara Kokok ayam bersahutan di antara cicitan anak-anak ayam membuat suasana pagi yang selalu aku rindukan kala di pulau seberang itu membuatku tersenyum melihatnya.Di belakang rumah Ayah, hewan piaraan kembali saling bersahutan, kambing, ayah juga burung yang hinggap di dahan pohon. Selalu aku menikmatinya dulu saat masih tinggal bersama mereka.Sedang, sayuran yang ditanam ibu di sini terlihat segar dan siap untuk dipetik. Warna cabai yang berwarna-warni menggiurkan dan seolah berteriak meminta untuk diambil dan dimasak. Pun demikian dengan sayuran bayam, kangkung juga terong, ibu memang super lincah.Apapun akan di tanamnya di lahan kosong, memanfa

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 119 BALIK

    Dua Minggu sudah aku, Mas Aldi, Mbak Lilik dan juga Mas Bima di kampung. Kini saatnya kami kembalikan lagi ke aktivitas masing-masing. Tidak bisa berlama-lama juga kami disini karena ada pekerjaan yang menanti di sana.Sehabis makan malam, kami berkemas, segala pakaian pun sudah siap untuk dibawa pulang kembali ke tempat semula. Bahkan Ibu Fatimah pun memberikan beberapa oleh-oleh khas kampung ini. Juga titipan buat ibu mertua sudah siap sedia untuk dibawa."Ibu nggak bisa memberikan banyak oleh-oleh, hanya segini saja semoga cukup dan bermanfaat buat keluarga disana," ucapnya saat memberikan beberapa plastik berisi penuh itu."Ini beras ketan buat mertuamu, beliau bilang disana mahal jadi Ibu titip ini, ya," imbuhnya dengan senyum merekah."Terima kasih banyak, Bu. Apa ini nggak merepotkan?" Mas Aldi bertanya saat melihat kami saling memegang plastik hitam itu.Bu Fatimah mengembangkan senyumnya, beliau duduk di sampingku sambil terus mengulum senyum tipis. Pun demikian dengan Ayah y

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 118 SUDAH SELESAI

    Kini hanya tinggal Pak Joko dan putrinya yang cantik di sini. Sebab, semua orang sudah meninggalkan rumah Ayah tanpa lagi bertanya atau bersuara. Mereka diam dan berlalu begitu saja bergantian.Aku maju, ingin sekali menampar pipi mulus itu dengan tanganku sendiri. Emosi ini naik ke ubun-ubun. Amarah yang salam ini terpendam ingin aku salurkan pada Nabila. Namun, saat aku hendak berbicara, Pakde Nyomo sudah mendahuluinya."Angkat kaki dari sini! Bukankah kamu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh menantuku?" ujar Pakde Nyomo lantang dan tegas."Aku tahu kamu sendirilah yang menyebar fitnah keji itu pada keluarga adikku, satu kali kesempatan aku berikan padamu. Andai aku tidak memandang kamu sebagai seorang bapak dan suami yang dianggap baik oleh keluargamu maka sejak awal aku akan mengatakan pada semua warga di kampung ini siapa dirimu yang sebenarnya." Entah pembicaraan macam mana ini. Sepertinya ada sesuatu lagi yang ditutupi oleh Pakde Nyomo."Kamu terlalu sombong karena memp

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 117 TAMU LAMA

    Pintu rumah digedor dengan keras dari luar saat kita semua jendela menunjukkan peraduan. Yang ada didalam saling menoleh satu sama lain. Entah tangan siapa yang menggedor pintu tanpa jeda itu.Ayah yang hendak membuka dicegah oleh Yoga yang dengan cepat menuju pintu. Suami dari Mita itu membukanya perlahan dan memperlihatkan ada dua orang yang bertamu, tapi memasang wajah tidak bersahabat.Mereka adalah Nabila dan ayahnya, Pak Joko. Terlihat ada yang ingin mereka bicarakan, karena dari sorot mata itu tertuju padaku."Wa'alaikumsalam, ada apa, ya, Pak. Malam-malam kok bertamu?" tanya Yoga sopan.Aku kalau jadi dia nggak akan bersikap seperti itu, terlalu jengah jika harus berpura-pura baik padahal sikap mereka kurang sopan. Sebagai orang tua bukankah harus memberikan contoh yang baik pada anaknya? Namun, tidak dengan Pak Joko, entahlah memang sifat orang beda-beda."Yoga, biarkan mereka masuk. Ayah mengizinkan tamu istimewa kita untuk duduk. Silahkan!" ujar Ayah yang kembali duduk di k

  • SUAMIKU LUPA JALAN PULANG    BAB 116 SEDIKIT TAHU

    Sampai rumah aku duduk di teras, menghela napas panjang dan mencoba menenangkan diri sendiri karena kejadian barusan. Entah apa yang aku lakukan dahulu sehingga mengalami kejadian seperti ini.Bermimpi melihat Nabila saja tidak apalagi ada kenyataan yang membuat jantung ini seolah berdisko ria dengan irama yang membuat kepala sakit. Tuduhan yang terbalik seakan meruntuhkan segala tembok telah aku bangun untuk tidak mengingat kejadian lampau."Ada apa?" Suara Ibu Fatimah mengagetkan dieku yang menatap langit-langit teras dengan seksama."Kenapa Nabila selalu mengusik ketenanganku, ya, Bu? Padahal aku, lho, sama sekali nggak kepikiran untuk balikan sama Mas Rendi.""Kamu ketemu Nabila?" Lagi, suara ibu terlihat sedikit panik saat mendengar penjelasan tentang masa laluku.Aku mengangguk, lalu menengadah melihat lagi rumah laba-laba yang berada di antara kayu tempat genting. Serta warna hitam yang melekat pada kayunya, seolah menandakan kalau dia sudah lama berada di sini."Ibu juga nggak

DMCA.com Protection Status