Home / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pengendali Arwah Terakhir: Chapter 51 - Chapter 60

118 Chapters

48| Sarang Barbro

Evan Harris terlambat menyadari ketika serangan summoner gagak itu datang dari belakang. Punggung Evan tercabik. Akibat serangan itu, kemarahan Evan memuncak dan dia mengerahkan kekuatan aslinya.Evan Harris tiba-tiba memancarkan energi kuat. Seluruh badannya diselimuti oleh api yang berkobar. Roh summon yang tertinggal di dalam tubuh Evan adalah roh summon burung phoenix. Burung dengan nyala api itu terbang dari kelapa Evan dan membesar.Sang phoenix membentuk semburan lidah api jingga. Dia melesat sambil menyemburkan tembakan api yang menghantam Raven.Raven terlempar dengan tubuh terbakar nyala api. Burung-burung gagak dalam jumlah besar berhamburan keluar dari tubuhnya dan Raven menghilang. Selang beberapa detik, burung-burung yang tercerai-berai itu kembali menyatu membentuk Raven.Sebuah lubang hitam muncul di atas kepala Evan. Satu sosok berpakaian serba hitam keluar dari lubang itu.“Venom!” teriak Evan Harris dengan suara menggelegar marah.Pria berwajah pucat dengan rambut h
Read more

49| Sup yang Hangat di Sarang yang Dingin

Barbro menampakkan wajah muram pada mereka. “Kenapa? Kalian kecewa karena hanya ada aku dan gereja tua ini?”White pun tampak kesal karena upayanya untuk memberikan tempat perlindungan tidak mereka hargai. White memalingkan wajah dan terbang menuju sudut gereja untuk menghangatkan tubuh dengan sinar matahari pagi.Eryk masih memangku kepala Alyssa yang tidak sadarkan diri sambil menatap bangunan gereja. Gereja terlihat rusak parah akibat dimakan api. Batu-batunya menghitam dalam petak-petak luas. Dan setengah batu gentingnya sudah tidak ada, meninggalkan rusuk kayu yang hangus terpapar cuaca seperti tulang iga yang terpajan. Bangunan gereja itu membuat Eryk membayangkan makhluk yang membusuk dipatuki burung pemakan bangkai.“Tidak semua orang bisa mempunyai kasur bulu dan air mengalir,” ujar Barbro. Bibirnya melengkung turun sekilas sebelum senyumannya terkembang kembali dengan sendirinya. “Ayo, masuk! Aku tahu kalian tidak punya tempat tujuan lagi.”Merpati-merpati beranjak dari tana
Read more

50| Tantangan dari Sam

White melompat, turun dari atap dan mendarat di salah satu tumpukan kayu tidak jauh dari perapian. Karena gerakannya itu membuat sejumlah merpati terusik dan berterbangan menjauh. “Apalagi yang belum kau katakan padaku, White?” tanya Eryk. “Bukankah kau sudah mendengar semuanya dari Evan Harris? Ibumu juga seorang summoner burung—segala jenis burung.” “Lalu?” White memutar kepala tanda dia sedang kesal. “Apa kau tidak berpikir mungkin saja dirimu juga memiliki kemampuan yang sama, Eryk? Kau hanya belum menyadarinya.” “Apakah begitu?” Giliran Black yang terbang meninggalkan jendela dan mendarat di dekat Eryk. “Aku sudah mengira. Sepertinya kau memang mewarisi kemampuan ibumu,” ujar Black. “Menurutmu, bagaimana kau bisa berbicara denganku? Aku seekor gagak. Aku juga bukan roh summon yang terikat denganmu. Tapi kau bisa berbicara denganku.” Eryk tidak memikirkan hal itu sebelumnya. “Tapi, summoner yang lain—“ “Maksudmu seperti Evan Harris dan Alyssa? Mereka summoner dengan kemamp
Read more

51| Memanggil Sekawanan Roh Burung Hantu

“Akan tidak adil rasanya jika kau memulai pertarungan melawan Sam. Bagaimana jika kita memulai denganku sebagai sesama summoner burung?” tawar Barbro.“Yah, baiklah. Tidak masalah,” ujar Eryk. “Yang mana pun aku akan mencoba.”Barbro duduk di bagian tengah gereja, di bawah garis putih berbentuk salib yang hilang. Dia duduk membungkuk di meja altar yang kosong. Tungkai-tungkainya bergelantung dari tepian.“Kalian siap?” seru summoner merpati.“Ayo, Eryk!” teriak Black dari balkon di atas.“Beri dia pelajaran, Barbro!” Sam berteriak di sebelah burung gagak itu.“Aku siap!” kata Eryk.Barbro bersiul seperti yang dilakukannya saat berada di sarang Eryk. Kemudian ada deru kepak sayap ratusan merpati yang turun dari balok atap dan mendarat di sekeliling kaki Barbro.“Oke, itu awal yang mengagumkan,” gumam White sambil menelengkan kepala.“Aku tidak sanggup melihatnya,” bisik Black sambil menutupi matanya dengan sebelah sayap. “Mampukah burung albino itu bersaing dengan ratusan merpati?”Ery
Read more

52| Dongeng Tentang Joker

“Kekuatan kehendak,” kata si summoner merpati. “Dan Dengan sering berlatih! Karena kemampuanku mengendalikan roh tidak diwariskan dari orang tua. Aku mendapatkannya sendiri melalui usaha dan pencarian.”“Jadi–”Barbro memotong ucapan Eryk. “Bahkan meski kemampuan itu adalah warisan dari orang tuamu, kau tetap perlu melatihnya. Semuanya tidak terjadi secara alami. Seperti saat kau bayi. Kau pun perlu berlatih untuk makan. Bukankah begitu?”“Ajari aku kalau begitu!” ujar Eryk.“Butuh waktu berbulan-bulan,” kata Barbro. “Bukan, tahunan latihan yang intensif. Waktunya tidak cukup.”“Aku bisa cepat belajar,” kata Eryk yang berusaha terdengar lebih percaya diri dari apa yang sebenarnya dia rasakan.Barbro tersenyum. “Bahkan jika kau bisa melakukannya, kau bukan petarung, Eryk. Orang-orang yang akan kita hadapi… mereka brutal. Tak punya belas kasihan.”Black dan White bergabung bersama mereka di dasar tangga. Paruh Black terkatup rapat menunjukkan kegigihan.“Kita tidak boleh menyerah, Eryk.
Read more

53| Menyelinap Pergi di Tengah Malam

Eryk bermimpi. Mimpi yang belum pernah dia alami sebelumnya. Sekarang, Eryk seolah melihat saat orang asing yang jangkung dan pucat menggerakkan pengetuk pintu di depan rumah orang tuanya. Sinar bulan berkilau di cincin ularnya.“Itu Venom. Jangan dibuka!” teriak Eryk. Tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Pintu membuka dengan sendirinya.Eryk merasakan kengerian yang membawanya terbang. Kali ini Eryk ikut masuk ke dalam rumah orang tuanya dan berdiri di belakang Venom.Pintu membanting menutup di belakang mereka.Eryk melihat orang tuanya berdiri bersisian di depan meja makan. Di meja itu ada dua gelas anggur terisi setengah. Ibunya Eryk menghadapi Venom dengan penuh tekad. Lipatan gaun putihnya berkibar di sekeliling seperti sayap burung. Seakan dia mengendalikan udara di sekitarnya.“Keluar dari rumahku!” perintah ibunya Eryk lewat gigi tertutup.Eryk dapat melihat keringat berkilau di dahi ibunya seakan sedang mengerahkan tenaga.“Aku tidak akan mengatakan di mana tempat
Read more

54| Unit Apartemen Kosong untuk Tempat Bersembunyi

“Tempat apa ini?”Eryk bersama yang lain berdiri di depan sebuah bangunan apartemen mewah di tengah Kota Rockwool. Eryk menggendong Alyssa di punggungnya. Dia sedikit membungkuk dan sesekali membetulkan letak Alyssa.“Apartemen ini salah satu properti milik Master. Ada beberapa unit yang masih kosong. Untuk sementara waktu, kita bisa bersembunyi di sini dengan aman.”“Baiklah, kami akan mengantarkan Alyssa ke tempat yang ingin kau tuju. Setelah itu kami harus melanjutkan pencarian. Kau tidak apa-apa jika ditinggalkan sendiri di sini bersama Alyssa?”“Ya. kami akan baik-baik saja.” jawab Duri.Eryk membawa mereka memasuki gedung apartemen setelah meletakkan kartu kunci di tempat pemindai di dekat pintu. Ketika mereka akan memasuki lift, ada penghuni lain yang memperhatikan Eryk.“Kalian baik-baik saja?” tanya seorang perempuan paruh baya. “Apa dia terluka? Sepertinya kalian harus ke rumah sakit.” Perempuan itu tampak mengkhawatirkan Alyssa.Eryk menjadi canggung. Dia baru menyadari bah
Read more

55| Garis Polisi di Taman Terbengkalai

Eryk bersama kedua roh summon terbang melintasi Kota Rockwool dan kembali ke taman bermain terbengkalai. Taman bermain itu tampak sudah diselimuti oleh banyak garis polisi. Eryk memperhatikan dari salah satu pohon tinggi di dekatnya. Memang tidak terlihat ada pergerakan seorang manusia pun, apalagi polisi. Tapi, Eryk tetap waspada dan tidak mengambil resiko dengan kembali ke sana.“Apa yang akan kita lakukan di sini?” tanya Black. “Kau tidak berpikir akan kembali ke sarang, kan?”“Aku membutuhkan bantuan kalian,” ujar Eryk pada Black dan White yang bertengger di dahan di atas kepalanya.“Sudah kuduga ini akan terjadi.” Black menggerutu.“Hanya jika kau mau saja. Aku masih memiliki White. Dia tidak akan pernah menolak permintaanku.”Burung hantu putih itu tidak membantah. Dia hanya memutar kepala 360 derajat untuk menyatakan persetujuan dan siap menerima tugas apa pun itu meski harus bertaruh nyawa.“Tentu saja aku akan membantu. Bukankah kita memiliki tujuan yang sama? Membalaskan per
Read more

56| Menuju ke Bukit HItam

“Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak baik-baik saja,” sindir White ketika mereka bersama-sama berjalan mencari rumah Joker.“Orang tuaku telah berusaha semampu mereka untuk melindungiku supaya garis summoner burung tidak terputus. Tapi, aku bahkan tidak bisa mengendalikan beragam jenis burung seperti ibuku. Aku akan memastikan kematian mereka tidak sia-sia,” ujar Eryk.“Orang tuamu kedengarannya sangat berani,” ujar Black. Seakan burung gagak itu bisa membaca pikiran Eryk. Mereka sudah tiba di sisi seberang sungai. “Kau pasti bangga.”“Kurasa begitu,” kata Eryk lagi.Mereka mulai menapaki tepi sungai sebelah utara. Struktur melengkung berjajar di tanggul. Toko dan kios tutup pada malam hari.Mimpi terbarunya merupakan bayang-bayang yang selalu hadir. Teriakan kedua orang tuanya saat ular-ular itu menyelimuti mereka terdengar seperti gema yang pudar. Eryk belum merasa siap menceritakannya kepada White, tidak ketika kengeriannya masih terasa begitu segar.Seumur hidupnya, E
Read more

57| Mowark House

White membimbing mereka menyeberangi jalan. Eryk mengikuti burung hantu putih itu. Sekarang muncul keheningan yang aneh setelah mereka meninggalkan sibuknya pusat kota. Bahkan udaranya terasa berbeda, lebih bersih dan lebih segar.Tidak ada lampu jalan yang menerangi selagi Eryk dan kedua burung itu menyusuri tepian jalan berkelok menaiki bukit. Tidak lama kemudian trotoar pun tidak ada juga. Lalu kedua burung itu terbang hingga nyaris tidak terlihat. Mereka terbang di antara dedahanan pinus.Eryk memandangi pepohonan, tapi tidak bisa melihat lebih jauh daripada beberapa meter sebelum kegelapan menelan batang pohon. Sesekali mereka melewati jalan masuk ke rumah dan bentuk samar pemukiman yang terletak jauh sekali dari jalan.Saraf Eryk tergelitik. Dia jadi sering menengok ke belakang. Dia merasa seolah ada sesuatu atau seseorang yang tengah mengawasinya. Pergi ke tempat baru selalu membuatnya gelisah. Semakin jauh jarak antara dirinya dengan tempat yang dia kenal, semakin dia khawatir
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status