Beranda / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 56| Menuju ke Bukit HItam

Share

56| Menuju ke Bukit HItam

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak baik-baik saja,” sindir White ketika mereka bersama-sama berjalan mencari rumah Joker.

“Orang tuaku telah berusaha semampu mereka untuk melindungiku supaya garis summoner burung tidak terputus. Tapi, aku bahkan tidak bisa mengendalikan beragam jenis burung seperti ibuku. Aku akan memastikan kematian mereka tidak sia-sia,” ujar Eryk.

“Orang tuamu kedengarannya sangat berani,” ujar Black. Seakan burung gagak itu bisa membaca pikiran Eryk. Mereka sudah tiba di sisi seberang sungai. “Kau pasti bangga.”

“Kurasa begitu,” kata Eryk lagi.

Mereka mulai menapaki tepi sungai sebelah utara. Struktur melengkung berjajar di tanggul. Toko dan kios tutup pada malam hari.

Mimpi terbarunya merupakan bayang-bayang yang selalu hadir. Teriakan kedua orang tuanya saat ular-ular itu menyelimuti mereka terdengar seperti gema yang pudar. Eryk belum merasa siap menceritakannya kepada White, tidak ketika kengeriannya masih terasa begitu segar.

Seumur hidupnya, E
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengendali Arwah Terakhir   57| Mowark House

    White membimbing mereka menyeberangi jalan. Eryk mengikuti burung hantu putih itu. Sekarang muncul keheningan yang aneh setelah mereka meninggalkan sibuknya pusat kota. Bahkan udaranya terasa berbeda, lebih bersih dan lebih segar.Tidak ada lampu jalan yang menerangi selagi Eryk dan kedua burung itu menyusuri tepian jalan berkelok menaiki bukit. Tidak lama kemudian trotoar pun tidak ada juga. Lalu kedua burung itu terbang hingga nyaris tidak terlihat. Mereka terbang di antara dedahanan pinus.Eryk memandangi pepohonan, tapi tidak bisa melihat lebih jauh daripada beberapa meter sebelum kegelapan menelan batang pohon. Sesekali mereka melewati jalan masuk ke rumah dan bentuk samar pemukiman yang terletak jauh sekali dari jalan.Saraf Eryk tergelitik. Dia jadi sering menengok ke belakang. Dia merasa seolah ada sesuatu atau seseorang yang tengah mengawasinya. Pergi ke tempat baru selalu membuatnya gelisah. Semakin jauh jarak antara dirinya dengan tempat yang dia kenal, semakin dia khawatir

  • Pengendali Arwah Terakhir   58| Koleksi Benda-Benda Tua Milik Joker

    “Kau salah bertamu ke rumah orang, Pria Muda!” ujar pria berkostum badut itu sambil mendorong pintu sekuat tenaga.Andai sebelumnya Eryk sempat memikirkan baik-baik tentang pertemuan ini. Semuanya bergantung pada apa yang akan dia katakan berikutnya.Joker berusaha menutup pintu lagi. Pada saat itu, Eryk menyadari ada sesuatu yang salah. Tanpa perlu usaha banyak, Eryk mendorong pintu itu dengan mudah. Seolah-olah Joker tidak memiliki energi sama sekali untuk sekadar menutup pintunya di depan Eryk.Eryk langsung meraih tangan pria itu yang terbungkus sarung tangan putih. Dan saat itu, Eryk semakin yakin bahwa sosok di balik kostum badut itu adalah orang yang berbeda dari yang Eryk bayangkan selama ini tentang sosok Joker.“Katakan di mana ayahmu berada?” tanya Eryk.“Apa? Ayah?” Black dan White yang ikut memperhatikan jadi bertanya-tanya.‘Apakah sosok berkostum badut itu adalah putra Joker? Apakah Joker yang sebenarnya memang berada di dalam penjara Rockwool?’Hanya Eryk dan sosok ber

  • Pengendali Arwah Terakhir   59| Penyusup di Mowark House

    Eryk menempelkan telapak tangannya ke dinding dan menekan kuat-kuat. Bagian dinding itu melesak ke dalam. Pintu sempit tersembunyi mengayun ke dalam tanpa suara.“Bagaimana kau bisa tahu pintu itu ada di sana?” tanya White dengan gelisah.“Aku tidak tahu,” jawab Eryk sambil berjalan melewati pintu itu. Atau mungkin, entah bagaimana, dia sebenarnya tahu.Ruangan di dalamnya muram. Hanya ada cahaya temaram.“Ini pasti salah satu menara karena bentuknya melingkar sempurna dengan jendela tunggal terletak jauh di atas. Terlihat lebih seperti sel penjara.”Eryk melihat di sana ada kursi kayu dan lemari pakaian kuno ditambah wastafel kotor. Tapi, semua detail itu tidak terperhatikan ketika mata Eryk terpaku pada benda di tengah ruangan.Dia melihat wadah kaca berisi bantal beledu merah. Di atas bantal tergeletak sebilah pedang sepanjang satu meter. Bilahnya berwarna hitam dan agak melengkung di tengah.Benda itu terlihat seperti artefak kuno yang digali dari dalam tanah dan dipoles sampai pe

  • Pengendali Arwah Terakhir   60| Jiwa Owl

    Black Widow berdiri di ambang pintu sambil mengedarkan pandangan ke penjuru ruang lantai dasar Mowark House. Ketika menyadari suasana terlalu sepi, perempuan itu memuntahkan peluru dari senapannya dan menyasar setiap bagian dan barang-barang di lantai dasar.Eryk tersentak dan segera merunduk ketika peluru menyasar tepian balkon lantai dua.“Itu Black Widow!” bisik Eryk.Sikap Joker langsung berubah. Seperti dia berubah dari pertapa eksentrik menjadi sosok yang penuh rahasia. Joker bergerak merapatkan diri ke dinding. Dia melirik ke tangga dan membuat suara berdecak. Seketika kucing-kucingnya bangkit dan berkumpul di sisinya. Mereka melepaskan White dan Black.Black kesakitan saat lepas dari serangan para kucing. Tanpa sadar mereka mendengar suara desisan laba-laba dalam jumlah besar.“Sepertinya kau jadi pemalas di usia tuamu, Joker!” kata Black Widow. “Kau tidak ingin membiarkan orang-orang seperti aku memasuki tempat persembunyianmu. Sekarang keluarlah, Kucing Tua. Aku tahu kau ada

  • Pengendali Arwah Terakhir   61| Alyssa Diculik

    “Kau tidak akan bisa menemukan gadis itu!” ujar Joker tiba-tiba.Black Widow mendorong Joker untuk menyingkir dari jalannya. Perempuan bergaya gotik itu melangkah ke arah pintu kemudian dia berhenti dan berkata tanpa berbalik.“Orang-orang bilang, kalian—para summoner kucing mempunyaai sembilan nyawa. Mari kita buktikan.”“Apa?” ujar Joker sambil mulai berjalan mundur. Ada suara kertak saat dia menginjak kacamatanya sendiri.Black Widow menjentikkan jari-jarinya. Saat melakukan itu, tubuh para laba-laba kembali menegak. Tatapan mereka terlihat menyala merah terang.“Habisi dia!” kata Black Widow pada para laba-labanya lalu meninggalkan ruangan.“Tidak!” jerit Joker.Ratusan bahkan mungkin ribuan laba-laba mulai masuk dan berpencar. Eryk melihat Joker menyambar kursi dan mengayunkan benda itu ke depan. Pukulan kursi hanya membuat para laba-laba mendesis semakin galak.“Apa?” teriak Joker sambil mengipas-kipaskan kursi itu. “Alpha. Beta. Omega! Keluarkan cakar kalian!”Seekor laba-laba

  • Pengendali Arwah Terakhir   62| Secangkir Teh untuk Bercerita

    “Apa itu artinya kau ingin tahu berapa usiaku sebenarnya?” desis Joker. “Kau tidak pernah diajari sopan santun oleh orang tuamu, ya? Pertanyaan tentang umur seseorang itu sangat tidak sopan. Apalagi pada seorang perempuan.”Eryk terkejut. Dia tidak bermaksud seperti itu. Bahkan dia tidak sadar jika pertanyaannya sudah menyinggung Joker.“Maafkan aku, Nona?” Eryk khawatir akan salah lagi. “Karena sudah bersikap tidak sopan padamu. Kau benar. Orang tuaku tidak pernah mengajari sopan santun padaku. Karena mereka meninggal ketika aku masih kecil.”Joker benar-benar terlihat sangat lelah. Pada saat seperti itu, Eryk menyadari garis-garis kedewasaan menggurat di wajah Joker. Bukan garis keriput, melainkan sikap dewasa yang sudah didapat selama bertahun-tahun pengalaman hidup. Tatapan mata Joker menyiratkan segalanya.“Jika kau sudah pernah bertemu dengan Evan Harris, seharusnya kau sudah tahu apa yang terjadi padanya dan juga menimpaku pada musim panas kelam.”“Jadi, kalian benar-benar para

  • Pengendali Arwah Terakhir   63| Tolong Aku untuk Meningkatkan Kekuatan

    “Owl Soul mungkin terlihat seperti senjata, tapi pada kenyataannya benda itu lebih sebagai alat. Atau sebuah kunci. Yang diwariskan turun temurun dari garis keturunan summoner burung sejak zaman dahulu kala. Ketika itu, negeri-negeri masih berupa padang dan sungai. Persisnya sejak zaman summoner burung yang agung–Panglima Burung. Pedang itu bisa menebas selubung yang memisahkan dunia ini dengan dunia lain.”“Dunia lain?” tanya Eryk.White berkaok rendah dari tepi bak cuci. Dan Black di sisinya melirik dengan cemas.Cangkir Joker bergetar di lepiknya saat dia meletakkannya di meja. Perempuan itu menatap lekat-lekat dan kucing-kucing di perapian menoleh ke arah Tuan mereka. Telinga mereka menegak dan waspada.“Negeri orang-orang mati,” kata Joker.Eryk merasa perutnya seperti terpilin.Summoner kucing itu meneruskan dan menoleh sekilas ke arah White dan Black.“Para burung malam selalu menjadi hewan yang istimewa,” ujar Joker. “Mereka para makhluk yang bisa melintasi dua dunia. Kau piki

  • Pengendali Arwah Terakhir   64| Di Stasiun Monorail Terbengkalai

    “Duri? Kau sudah lebih baik sekarang?” Eryk duduk di samping roh summon tanaman itu ketika Duri baru tersadar. Dia pingsan dan terluka diserang oleh pasukan Venom.“Alyssa!” jerit Duri sambil duduk tegak. Roh summon tanaman itu mencoba lari untuk mencari Alyssa, tapi kemudian jatuh lagi karena tubuhnya sangat lemah.“Jangan memaksakan diri,” ujar Eryk. “Kau berada jauh dari Alyssa. Kondisimu tidak baik. Maafkan aku—““Aku tidak bisa melindunginya,’ kata Duri. “Anak buah Venom datang mengepung kami. Meski aku melawan mereka, tapi tanpa bantuan dari Alyssa yang masih belum sadarkan diri, aku tidak bisa berbuat banyak.”Eryk mengangguk mengerti. Karena sejatinya, semua roh summon dan sang summoner saling melengkapi kekuatan. Jika hanya satu pihak yang bekerja, mereka hanya memiliki separuh dari kekuatan sebenarnya.“Di mana kita sekarang? Ini bukan gereja tua tempat Barbro tinggal.” Duri kebingungan.Eryk menggeleng. “Memang bukan.”Satu jam sebelum matahari terbit, Rockwool menggeliat h

Bab terbaru

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status