Barbro menampakkan wajah muram pada mereka. “Kenapa? Kalian kecewa karena hanya ada aku dan gereja tua ini?”White pun tampak kesal karena upayanya untuk memberikan tempat perlindungan tidak mereka hargai. White memalingkan wajah dan terbang menuju sudut gereja untuk menghangatkan tubuh dengan sinar matahari pagi.Eryk masih memangku kepala Alyssa yang tidak sadarkan diri sambil menatap bangunan gereja. Gereja terlihat rusak parah akibat dimakan api. Batu-batunya menghitam dalam petak-petak luas. Dan setengah batu gentingnya sudah tidak ada, meninggalkan rusuk kayu yang hangus terpapar cuaca seperti tulang iga yang terpajan. Bangunan gereja itu membuat Eryk membayangkan makhluk yang membusuk dipatuki burung pemakan bangkai.“Tidak semua orang bisa mempunyai kasur bulu dan air mengalir,” ujar Barbro. Bibirnya melengkung turun sekilas sebelum senyumannya terkembang kembali dengan sendirinya. “Ayo, masuk! Aku tahu kalian tidak punya tempat tujuan lagi.”Merpati-merpati beranjak dari tana
White melompat, turun dari atap dan mendarat di salah satu tumpukan kayu tidak jauh dari perapian. Karena gerakannya itu membuat sejumlah merpati terusik dan berterbangan menjauh. “Apalagi yang belum kau katakan padaku, White?” tanya Eryk. “Bukankah kau sudah mendengar semuanya dari Evan Harris? Ibumu juga seorang summoner burung—segala jenis burung.” “Lalu?” White memutar kepala tanda dia sedang kesal. “Apa kau tidak berpikir mungkin saja dirimu juga memiliki kemampuan yang sama, Eryk? Kau hanya belum menyadarinya.” “Apakah begitu?” Giliran Black yang terbang meninggalkan jendela dan mendarat di dekat Eryk. “Aku sudah mengira. Sepertinya kau memang mewarisi kemampuan ibumu,” ujar Black. “Menurutmu, bagaimana kau bisa berbicara denganku? Aku seekor gagak. Aku juga bukan roh summon yang terikat denganmu. Tapi kau bisa berbicara denganku.” Eryk tidak memikirkan hal itu sebelumnya. “Tapi, summoner yang lain—“ “Maksudmu seperti Evan Harris dan Alyssa? Mereka summoner dengan kemamp
“Akan tidak adil rasanya jika kau memulai pertarungan melawan Sam. Bagaimana jika kita memulai denganku sebagai sesama summoner burung?” tawar Barbro.“Yah, baiklah. Tidak masalah,” ujar Eryk. “Yang mana pun aku akan mencoba.”Barbro duduk di bagian tengah gereja, di bawah garis putih berbentuk salib yang hilang. Dia duduk membungkuk di meja altar yang kosong. Tungkai-tungkainya bergelantung dari tepian.“Kalian siap?” seru summoner merpati.“Ayo, Eryk!” teriak Black dari balkon di atas.“Beri dia pelajaran, Barbro!” Sam berteriak di sebelah burung gagak itu.“Aku siap!” kata Eryk.Barbro bersiul seperti yang dilakukannya saat berada di sarang Eryk. Kemudian ada deru kepak sayap ratusan merpati yang turun dari balok atap dan mendarat di sekeliling kaki Barbro.“Oke, itu awal yang mengagumkan,” gumam White sambil menelengkan kepala.“Aku tidak sanggup melihatnya,” bisik Black sambil menutupi matanya dengan sebelah sayap. “Mampukah burung albino itu bersaing dengan ratusan merpati?”Ery
“Kekuatan kehendak,” kata si summoner merpati. “Dan Dengan sering berlatih! Karena kemampuanku mengendalikan roh tidak diwariskan dari orang tua. Aku mendapatkannya sendiri melalui usaha dan pencarian.”“Jadi–”Barbro memotong ucapan Eryk. “Bahkan meski kemampuan itu adalah warisan dari orang tuamu, kau tetap perlu melatihnya. Semuanya tidak terjadi secara alami. Seperti saat kau bayi. Kau pun perlu berlatih untuk makan. Bukankah begitu?”“Ajari aku kalau begitu!” ujar Eryk.“Butuh waktu berbulan-bulan,” kata Barbro. “Bukan, tahunan latihan yang intensif. Waktunya tidak cukup.”“Aku bisa cepat belajar,” kata Eryk yang berusaha terdengar lebih percaya diri dari apa yang sebenarnya dia rasakan.Barbro tersenyum. “Bahkan jika kau bisa melakukannya, kau bukan petarung, Eryk. Orang-orang yang akan kita hadapi… mereka brutal. Tak punya belas kasihan.”Black dan White bergabung bersama mereka di dasar tangga. Paruh Black terkatup rapat menunjukkan kegigihan.“Kita tidak boleh menyerah, Eryk.
Eryk bermimpi. Mimpi yang belum pernah dia alami sebelumnya. Sekarang, Eryk seolah melihat saat orang asing yang jangkung dan pucat menggerakkan pengetuk pintu di depan rumah orang tuanya. Sinar bulan berkilau di cincin ularnya.“Itu Venom. Jangan dibuka!” teriak Eryk. Tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Pintu membuka dengan sendirinya.Eryk merasakan kengerian yang membawanya terbang. Kali ini Eryk ikut masuk ke dalam rumah orang tuanya dan berdiri di belakang Venom.Pintu membanting menutup di belakang mereka.Eryk melihat orang tuanya berdiri bersisian di depan meja makan. Di meja itu ada dua gelas anggur terisi setengah. Ibunya Eryk menghadapi Venom dengan penuh tekad. Lipatan gaun putihnya berkibar di sekeliling seperti sayap burung. Seakan dia mengendalikan udara di sekitarnya.“Keluar dari rumahku!” perintah ibunya Eryk lewat gigi tertutup.Eryk dapat melihat keringat berkilau di dahi ibunya seakan sedang mengerahkan tenaga.“Aku tidak akan mengatakan di mana tempat
“Tempat apa ini?”Eryk bersama yang lain berdiri di depan sebuah bangunan apartemen mewah di tengah Kota Rockwool. Eryk menggendong Alyssa di punggungnya. Dia sedikit membungkuk dan sesekali membetulkan letak Alyssa.“Apartemen ini salah satu properti milik Master. Ada beberapa unit yang masih kosong. Untuk sementara waktu, kita bisa bersembunyi di sini dengan aman.”“Baiklah, kami akan mengantarkan Alyssa ke tempat yang ingin kau tuju. Setelah itu kami harus melanjutkan pencarian. Kau tidak apa-apa jika ditinggalkan sendiri di sini bersama Alyssa?”“Ya. kami akan baik-baik saja.” jawab Duri.Eryk membawa mereka memasuki gedung apartemen setelah meletakkan kartu kunci di tempat pemindai di dekat pintu. Ketika mereka akan memasuki lift, ada penghuni lain yang memperhatikan Eryk.“Kalian baik-baik saja?” tanya seorang perempuan paruh baya. “Apa dia terluka? Sepertinya kalian harus ke rumah sakit.” Perempuan itu tampak mengkhawatirkan Alyssa.Eryk menjadi canggung. Dia baru menyadari bah
Eryk bersama kedua roh summon terbang melintasi Kota Rockwool dan kembali ke taman bermain terbengkalai. Taman bermain itu tampak sudah diselimuti oleh banyak garis polisi. Eryk memperhatikan dari salah satu pohon tinggi di dekatnya. Memang tidak terlihat ada pergerakan seorang manusia pun, apalagi polisi. Tapi, Eryk tetap waspada dan tidak mengambil resiko dengan kembali ke sana.“Apa yang akan kita lakukan di sini?” tanya Black. “Kau tidak berpikir akan kembali ke sarang, kan?”“Aku membutuhkan bantuan kalian,” ujar Eryk pada Black dan White yang bertengger di dahan di atas kepalanya.“Sudah kuduga ini akan terjadi.” Black menggerutu.“Hanya jika kau mau saja. Aku masih memiliki White. Dia tidak akan pernah menolak permintaanku.”Burung hantu putih itu tidak membantah. Dia hanya memutar kepala 360 derajat untuk menyatakan persetujuan dan siap menerima tugas apa pun itu meski harus bertaruh nyawa.“Tentu saja aku akan membantu. Bukankah kita memiliki tujuan yang sama? Membalaskan per
“Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak baik-baik saja,” sindir White ketika mereka bersama-sama berjalan mencari rumah Joker.“Orang tuaku telah berusaha semampu mereka untuk melindungiku supaya garis summoner burung tidak terputus. Tapi, aku bahkan tidak bisa mengendalikan beragam jenis burung seperti ibuku. Aku akan memastikan kematian mereka tidak sia-sia,” ujar Eryk.“Orang tuamu kedengarannya sangat berani,” ujar Black. Seakan burung gagak itu bisa membaca pikiran Eryk. Mereka sudah tiba di sisi seberang sungai. “Kau pasti bangga.”“Kurasa begitu,” kata Eryk lagi.Mereka mulai menapaki tepi sungai sebelah utara. Struktur melengkung berjajar di tanggul. Toko dan kios tutup pada malam hari.Mimpi terbarunya merupakan bayang-bayang yang selalu hadir. Teriakan kedua orang tuanya saat ular-ular itu menyelimuti mereka terdengar seperti gema yang pudar. Eryk belum merasa siap menceritakannya kepada White, tidak ketika kengeriannya masih terasa begitu segar.Seumur hidupnya, E
Kota Rockwool berada dalam kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang miskin yang telah lama terkurung di balik dinding batu raksasa mulai memberontak. Mereka berbaris dengan obor dan alat-alat seadanya, meneriakkan tuntutan kebebasan dan keadilan. Di sisi lain, kaum kaya yang tinggal di bagian kota yang lebih baik mulai panik, ketakutan bahwa pemberontakan ini akan menghancurkan kenyamanan mereka.Eryk berdiri di atas menara utama Kota Rockwool, memandang ke bawah pada kerumunan yang kacau. Di sisinya, Ravenclaw berdiri dengan ekspresi serius.“Eryk, kita tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Jika tembok ini tidak dihancurkan, mereka akan saling membunuh,” kata Ravenclaw.Eryk mengangguk perlahan. “Aku tahu. Tembok ini adalah simbol ketidakadilan yang telah memisahkan manusia dan summoner selama puluhan tahun. Jika kita ingin menciptakan dunia yang baru, tembok ini harus runtuh.”Namun, sebelum Eryk bisa memutuskan langkah berikutnya, Joshua Wayland muncul di tem
Setelah berbulan-bulan menyusun strategi dan menaiki tangga kekuasaan di Kota Black Lake, Eryk akhirnya mencapai puncak keberhasilannya. Wayland Corp yang sempat runtuh kini kembali berdiri megah di bawah kepemimpinannya. Dengan pengaruh dan kekayaan yang ia kumpulkan, Eryk mendapatkan undangan eksklusif untuk menghadiri pertemuan rahasia para summoner penghancur di sebuah benteng tersembunyi di luar kota. Namun, ia tidak menyangka bahwa pertemuan itu akan mengungkap kebenaran yang mengejutkan tentang keluarganya.Di ruang besar yang diterangi cahaya lilin, Eryk berdiri dengan tenang meski jantungnya berdegup kencang. Di hadapannya, seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam dan aura yang menekan duduk di singgasana. Pria itu, yang dikenal sebagai pemimpin tertinggi para summoner penghancur, adalah Joshua Wayland, ayah Eryk sendiri.“Kau akhirnya sampai di sini, Eryk,” kata Joshua dengan suara rendah namun penuh wibawa. “Aku telah menantikan saat ini.”Eryk menatap ayahnya dengan ma
Eryk Wayland berdiri di bawah pohon ek tua. Di bahunya bertengger seekor burung hantu dengan bulu putih. Lyra bukan burung biasa; ia adalah roh summon pertama Eryk, hasil dari bakat summoning yang diwarisi dari keluarganya. Namun, kekuatan Eryk masih jauh dari sempurna. Sejak kematian keluarganya yang tragis, dia bertekad untuk menjadi summoner yang kuat demi membalaskan dendam mereka.Eryk telah mencoba segala cara untuk meningkatkan kekuatannya, tetapi usahanya selalu menemui jalan buntu. Suatu hari, dia mendapatkan kabar dari seorang pedagang keliling tentang seorang summoner legendaris yang dikenal sebagai Ravenclaw. Summoner ini memiliki kemampuan luar biasa dalam mengendalikan roh burung, tetapi dia telah dipenjara di Kota Rockwool karena dianggap terlalu berbahaya.Kabar ini menjadi harapan terakhir bagi Eryk. Dia menyusun rencana yang gila dan penuh risiko: menyerahkan dirinya ke penjara summoner. Untuk itu, dia memalsukan tuduhan bahwa dia telah membunuh pamannya, seorang pria
Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang
“Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K
“Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu
Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m
Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k
“Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru