Beranda / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 51| Memanggil Sekawanan Roh Burung Hantu

Share

51| Memanggil Sekawanan Roh Burung Hantu

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Akan tidak adil rasanya jika kau memulai pertarungan melawan Sam. Bagaimana jika kita memulai denganku sebagai sesama summoner burung?” tawar Barbro.

“Yah, baiklah. Tidak masalah,” ujar Eryk. “Yang mana pun aku akan mencoba.”

Barbro duduk di bagian tengah gereja, di bawah garis putih berbentuk salib yang hilang. Dia duduk membungkuk di meja altar yang kosong. Tungkai-tungkainya bergelantung dari tepian.

“Kalian siap?” seru summoner merpati.

“Ayo, Eryk!” teriak Black dari balkon di atas.

“Beri dia pelajaran, Barbro!” Sam berteriak di sebelah burung gagak itu.

“Aku siap!” kata Eryk.

Barbro bersiul seperti yang dilakukannya saat berada di sarang Eryk. Kemudian ada deru kepak sayap ratusan merpati yang turun dari balok atap dan mendarat di sekeliling kaki Barbro.

“Oke, itu awal yang mengagumkan,” gumam White sambil menelengkan kepala.

“Aku tidak sanggup melihatnya,” bisik Black sambil menutupi matanya dengan sebelah sayap. “Mampukah burung albino itu bersaing dengan ratusan merpati?”

Ery
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengendali Arwah Terakhir   52| Dongeng Tentang Joker

    “Kekuatan kehendak,” kata si summoner merpati. “Dan Dengan sering berlatih! Karena kemampuanku mengendalikan roh tidak diwariskan dari orang tua. Aku mendapatkannya sendiri melalui usaha dan pencarian.”“Jadi–”Barbro memotong ucapan Eryk. “Bahkan meski kemampuan itu adalah warisan dari orang tuamu, kau tetap perlu melatihnya. Semuanya tidak terjadi secara alami. Seperti saat kau bayi. Kau pun perlu berlatih untuk makan. Bukankah begitu?”“Ajari aku kalau begitu!” ujar Eryk.“Butuh waktu berbulan-bulan,” kata Barbro. “Bukan, tahunan latihan yang intensif. Waktunya tidak cukup.”“Aku bisa cepat belajar,” kata Eryk yang berusaha terdengar lebih percaya diri dari apa yang sebenarnya dia rasakan.Barbro tersenyum. “Bahkan jika kau bisa melakukannya, kau bukan petarung, Eryk. Orang-orang yang akan kita hadapi… mereka brutal. Tak punya belas kasihan.”Black dan White bergabung bersama mereka di dasar tangga. Paruh Black terkatup rapat menunjukkan kegigihan.“Kita tidak boleh menyerah, Eryk.

  • Pengendali Arwah Terakhir   53| Menyelinap Pergi di Tengah Malam

    Eryk bermimpi. Mimpi yang belum pernah dia alami sebelumnya. Sekarang, Eryk seolah melihat saat orang asing yang jangkung dan pucat menggerakkan pengetuk pintu di depan rumah orang tuanya. Sinar bulan berkilau di cincin ularnya.“Itu Venom. Jangan dibuka!” teriak Eryk. Tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Pintu membuka dengan sendirinya.Eryk merasakan kengerian yang membawanya terbang. Kali ini Eryk ikut masuk ke dalam rumah orang tuanya dan berdiri di belakang Venom.Pintu membanting menutup di belakang mereka.Eryk melihat orang tuanya berdiri bersisian di depan meja makan. Di meja itu ada dua gelas anggur terisi setengah. Ibunya Eryk menghadapi Venom dengan penuh tekad. Lipatan gaun putihnya berkibar di sekeliling seperti sayap burung. Seakan dia mengendalikan udara di sekitarnya.“Keluar dari rumahku!” perintah ibunya Eryk lewat gigi tertutup.Eryk dapat melihat keringat berkilau di dahi ibunya seakan sedang mengerahkan tenaga.“Aku tidak akan mengatakan di mana tempat

  • Pengendali Arwah Terakhir   54| Unit Apartemen Kosong untuk Tempat Bersembunyi

    “Tempat apa ini?”Eryk bersama yang lain berdiri di depan sebuah bangunan apartemen mewah di tengah Kota Rockwool. Eryk menggendong Alyssa di punggungnya. Dia sedikit membungkuk dan sesekali membetulkan letak Alyssa.“Apartemen ini salah satu properti milik Master. Ada beberapa unit yang masih kosong. Untuk sementara waktu, kita bisa bersembunyi di sini dengan aman.”“Baiklah, kami akan mengantarkan Alyssa ke tempat yang ingin kau tuju. Setelah itu kami harus melanjutkan pencarian. Kau tidak apa-apa jika ditinggalkan sendiri di sini bersama Alyssa?”“Ya. kami akan baik-baik saja.” jawab Duri.Eryk membawa mereka memasuki gedung apartemen setelah meletakkan kartu kunci di tempat pemindai di dekat pintu. Ketika mereka akan memasuki lift, ada penghuni lain yang memperhatikan Eryk.“Kalian baik-baik saja?” tanya seorang perempuan paruh baya. “Apa dia terluka? Sepertinya kalian harus ke rumah sakit.” Perempuan itu tampak mengkhawatirkan Alyssa.Eryk menjadi canggung. Dia baru menyadari bah

  • Pengendali Arwah Terakhir   55| Garis Polisi di Taman Terbengkalai

    Eryk bersama kedua roh summon terbang melintasi Kota Rockwool dan kembali ke taman bermain terbengkalai. Taman bermain itu tampak sudah diselimuti oleh banyak garis polisi. Eryk memperhatikan dari salah satu pohon tinggi di dekatnya. Memang tidak terlihat ada pergerakan seorang manusia pun, apalagi polisi. Tapi, Eryk tetap waspada dan tidak mengambil resiko dengan kembali ke sana.“Apa yang akan kita lakukan di sini?” tanya Black. “Kau tidak berpikir akan kembali ke sarang, kan?”“Aku membutuhkan bantuan kalian,” ujar Eryk pada Black dan White yang bertengger di dahan di atas kepalanya.“Sudah kuduga ini akan terjadi.” Black menggerutu.“Hanya jika kau mau saja. Aku masih memiliki White. Dia tidak akan pernah menolak permintaanku.”Burung hantu putih itu tidak membantah. Dia hanya memutar kepala 360 derajat untuk menyatakan persetujuan dan siap menerima tugas apa pun itu meski harus bertaruh nyawa.“Tentu saja aku akan membantu. Bukankah kita memiliki tujuan yang sama? Membalaskan per

  • Pengendali Arwah Terakhir   56| Menuju ke Bukit HItam

    “Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak baik-baik saja,” sindir White ketika mereka bersama-sama berjalan mencari rumah Joker.“Orang tuaku telah berusaha semampu mereka untuk melindungiku supaya garis summoner burung tidak terputus. Tapi, aku bahkan tidak bisa mengendalikan beragam jenis burung seperti ibuku. Aku akan memastikan kematian mereka tidak sia-sia,” ujar Eryk.“Orang tuamu kedengarannya sangat berani,” ujar Black. Seakan burung gagak itu bisa membaca pikiran Eryk. Mereka sudah tiba di sisi seberang sungai. “Kau pasti bangga.”“Kurasa begitu,” kata Eryk lagi.Mereka mulai menapaki tepi sungai sebelah utara. Struktur melengkung berjajar di tanggul. Toko dan kios tutup pada malam hari.Mimpi terbarunya merupakan bayang-bayang yang selalu hadir. Teriakan kedua orang tuanya saat ular-ular itu menyelimuti mereka terdengar seperti gema yang pudar. Eryk belum merasa siap menceritakannya kepada White, tidak ketika kengeriannya masih terasa begitu segar.Seumur hidupnya, E

  • Pengendali Arwah Terakhir   57| Mowark House

    White membimbing mereka menyeberangi jalan. Eryk mengikuti burung hantu putih itu. Sekarang muncul keheningan yang aneh setelah mereka meninggalkan sibuknya pusat kota. Bahkan udaranya terasa berbeda, lebih bersih dan lebih segar.Tidak ada lampu jalan yang menerangi selagi Eryk dan kedua burung itu menyusuri tepian jalan berkelok menaiki bukit. Tidak lama kemudian trotoar pun tidak ada juga. Lalu kedua burung itu terbang hingga nyaris tidak terlihat. Mereka terbang di antara dedahanan pinus.Eryk memandangi pepohonan, tapi tidak bisa melihat lebih jauh daripada beberapa meter sebelum kegelapan menelan batang pohon. Sesekali mereka melewati jalan masuk ke rumah dan bentuk samar pemukiman yang terletak jauh sekali dari jalan.Saraf Eryk tergelitik. Dia jadi sering menengok ke belakang. Dia merasa seolah ada sesuatu atau seseorang yang tengah mengawasinya. Pergi ke tempat baru selalu membuatnya gelisah. Semakin jauh jarak antara dirinya dengan tempat yang dia kenal, semakin dia khawatir

  • Pengendali Arwah Terakhir   58| Koleksi Benda-Benda Tua Milik Joker

    “Kau salah bertamu ke rumah orang, Pria Muda!” ujar pria berkostum badut itu sambil mendorong pintu sekuat tenaga.Andai sebelumnya Eryk sempat memikirkan baik-baik tentang pertemuan ini. Semuanya bergantung pada apa yang akan dia katakan berikutnya.Joker berusaha menutup pintu lagi. Pada saat itu, Eryk menyadari ada sesuatu yang salah. Tanpa perlu usaha banyak, Eryk mendorong pintu itu dengan mudah. Seolah-olah Joker tidak memiliki energi sama sekali untuk sekadar menutup pintunya di depan Eryk.Eryk langsung meraih tangan pria itu yang terbungkus sarung tangan putih. Dan saat itu, Eryk semakin yakin bahwa sosok di balik kostum badut itu adalah orang yang berbeda dari yang Eryk bayangkan selama ini tentang sosok Joker.“Katakan di mana ayahmu berada?” tanya Eryk.“Apa? Ayah?” Black dan White yang ikut memperhatikan jadi bertanya-tanya.‘Apakah sosok berkostum badut itu adalah putra Joker? Apakah Joker yang sebenarnya memang berada di dalam penjara Rockwool?’Hanya Eryk dan sosok ber

  • Pengendali Arwah Terakhir   59| Penyusup di Mowark House

    Eryk menempelkan telapak tangannya ke dinding dan menekan kuat-kuat. Bagian dinding itu melesak ke dalam. Pintu sempit tersembunyi mengayun ke dalam tanpa suara.“Bagaimana kau bisa tahu pintu itu ada di sana?” tanya White dengan gelisah.“Aku tidak tahu,” jawab Eryk sambil berjalan melewati pintu itu. Atau mungkin, entah bagaimana, dia sebenarnya tahu.Ruangan di dalamnya muram. Hanya ada cahaya temaram.“Ini pasti salah satu menara karena bentuknya melingkar sempurna dengan jendela tunggal terletak jauh di atas. Terlihat lebih seperti sel penjara.”Eryk melihat di sana ada kursi kayu dan lemari pakaian kuno ditambah wastafel kotor. Tapi, semua detail itu tidak terperhatikan ketika mata Eryk terpaku pada benda di tengah ruangan.Dia melihat wadah kaca berisi bantal beledu merah. Di atas bantal tergeletak sebilah pedang sepanjang satu meter. Bilahnya berwarna hitam dan agak melengkung di tengah.Benda itu terlihat seperti artefak kuno yang digali dari dalam tanah dan dipoles sampai pe

Bab terbaru

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status