Semua Bab Pengendali Arwah Terakhir: Bab 31 - Bab 40

118 Bab

27| Musim Panas Kelam

Selama setengah tahun hidup berdua saja dengan White, Eryk bahkan sudah terbiasa dengan suasana hati burung itu yang terus berubah-ubah. Burung hantu putih itu mungkin keras kepala, tapi kali ini berbeda. Dia tampak sakit hati. “Ayo,” kata Eryk kepada Alland. “Kita pergi.” Mereka telah agak jauh berjalan di sepanjang sisi taman ketika Eryk menyadari kedua burung itu tidak mengikutinya. Dia menoleh ke belakang dan melihat White serta Black bertengger di tempat semula sambil memperhatikan kepergiannya dengan Alland. Kemudian, Eryk menyadari sesuatu. “Dia cemburu pada Alland?” pikirnya. “Hufh!” Eryk mengembuskan napas berat. “White kesal karena kali ini aku tidak bergantung padanya.” “Apa semua baik-baik saja?” tanya Alland. “Baik-baik saja,” jawab Eryk. Suaranya dingin. Eryk berpaling dari kedua burung itu dan terus berjalan. “Adakalanya, aku harus membuat keputusan dan melakukan hal-hal yang mungkin akan bertentangan dengan keinginan White. Di sini, aku adalah sang summoner—tuann
Baca selengkapnya

28| Tuan Lewis Sang Kepala Arsip Perpustakaan

“Yah, tidak tepat di sana juga, sih!” ujar Alland dengan cengirannya yang khas. “Tapi, sebelum kita datang ke tempat Alyssa, kita harus meminta akses melalui perpustakaan.”Giliran Eryk yang mengerutkan kening. “Meminta akses melalui perpustakaan? Aku tidak mengerti maksudmu. Apakah dia orang penting di perpustakaan atau bagaimana?”“Kartu nama yang diberikan Alyssa padamu sebenarnya adalah kartu anggota club buku. Dan tidak sembarang orang bisa mendapatkan kartu anggota itu. Artinya, jika kau baru pertama kali mendapatkannya, maka kau perlu mengkonfirmasi identitasmu sebagai pemilik resmi kartu anggota itu. Dan proses konfirmasi hanya bisa dilakukan melalui perpustakaan.”“Apakah itu artinya aku harus meminta izin ibumu terlebih dahulu? Dia, kan, kepala perpustakaan?”Alland menggelengkan kepala dengan keras. “Tidak! Bahkan Mom pun tidak tahu tentang rahasia club buku ini. Tapi, kita harus menemui Kepala Ruang Arsip, Tuan Lewis. Dia yang bertanggung jawab atas club buku dan akses khu
Baca selengkapnya

29| Serangan Cicak dan Laba-Laba Raksasa

“Apa Tuan Lewis mati?”Pertanyaan Alan menggema di ruang perpustakaan yang sepi. Eryk melepas dekapannya dari Alland.“Tunggu di sini. Aku akan memeriksa,” ujar Eryk dengan tegas.Eryk melangkah ke sisi tempat duduk Tuan Lewis. Ekspresi wajah pria itu yang ganjil dan tidak bernyawa terlihat seperti manekin. Eryk nyaris tak sanggup menatap mata pria itu yang dulunya penuh kebaikan.Eryk mengecek pergelangan tangan Tuan Lewis untuk memastikan dan memang benar-benar tak ada denyut nadi. Kulit pria itu pun terasa masih hangat dan lunak.“Dia sudah mati tapi terjadi baru-baru saja,” ujar Eryk penuh penyesalan.Tanpa Eryk sadari, Alland sudah berdiri di sampingnya. Bocah itu wajahnya memerah dan air mata siap meledak dari sana.“Kenapa?” tanya Alan sambil terisak. “Tuan Lewis tak pernah menyakiti siapa pun. Dia menolong orang-orang. Dia selalu baik kepada seluruh anggota klub.”
Baca selengkapnya

30| Terkepung di Dalam Asap

“Aarrrhh!”Alland menjerit di suatu tempat tak jauh dari tempat Eryk berdiri. Bocah itu diserang oleh seekor laba-laba raksasa.Eryk sudah akan mendekati bocah itu, tapi sesuatu menabrak sisi tubuhnya dan dia terjatuh. Cairan lengket dan panas menyembur ke wajah Eryk. Cairan itu menetes dari atas dan Eryk sadar bahwa itu liur dari mulut laba-laba raksasa.Salah satu kaki depan laba-laba yang berbulu hitam itu menahan lengan Eryk. Beban lengan laba-laba mendesakkan udara keluar dari paru-paru Eryk. Sepasang mata merah laba-laba itu menatap ke arah eryk dengan mulut bercapitnya yang terkatup. Lalu, mulut itu membuka perlahan-lahan hanya beberapa senti dari wajah eryk.Eryk yakin laba-laba itu sebentar lagi akan membenamkan taringnya ke daging empuknya. Dia juga merasakan cicak-cicak bergegas menjauh, seakan bahkan mereka pun ketakutan pada sang laba-laba.“Kalau aku jadi kau, aku takkan bergerak,” Black Widow berkata.E
Baca selengkapnya

31| Kabur dari Kejaran Polisi Rockwool

“Eryk!” teriak Alland.Bocah laki-laki itu sempat melihat arah kepergian Eryk dan berusaha menyusulnya. Rentetan tembakan berhenti selagi Alland menyusul Eryk di sepanjang koridor.Mereka melewati beberapa pintu sebelum tiba di serangkaian tangga yang mengarah ke bawah. Eryk melompati tiga anak tangga sekaligus dan Alland tergopoh-gopoh mengikutinya. Di dasar tangga, Eryk mendorong pintu toilet pria. Ada jendela setinggi kepala di atas wastafel.“Eryk, berhenti!” teriak Alland. “Polisi ada di pihak kita!”Sebelum membuka jendela, Eryk sempat menoleh kepada Alland.         “Tidak, Alland. Mereka bukan di pihak kita!” ujar Eryk.Dengan kegesitan yang luar biasa Eryk memanjat samping wastafel. Dia membuka tuas jendela tapi kesulitan mendorongnya. Dia memutuskan menendang jendela itu hingga tuasnya patah.“Eryk, kita bisa menjelaskan apa yang ba
Baca selengkapnya

32| Dia Mengurungmu!

“Kita pergi ke tempatku dan menghubungi Alyssa menggunakan ponsel Dad.”“Apa kau tidak punya ponsel sendiri?” Eryk mengerutkan keningnya. “Anak-anak zaman sekarang selalu difasilitasi dengan gadget.”Alland tampak kesal. “Tapi, tidak denganku! Lagi pula, akses dan penggunaan ponsel di kota ini sangat dibatasi. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki ponsel dan itu pun harus terdaftar. Bahkan tidak ada akses internet di sini.”“Astaga! Aku hampir lupa jika kota ini memang rumit sekali.” Eryk menggerutu.Eryk tersesat dalam pikirannya sendiri selagi mereka bergegas ke rumah Alland. Ketegangan dari pengejaran baru saja mereda. Perasaan Eryk jadi terbebani.“Kau tidak salah, kau tahu itu!” gumam Alland. Seakan-akan bocah itu bisa menebak apa yang Eryk pikirkan.Mereka berdua saling mengamati tanda-tanda kehadiran polisi selagi terburu-buru berjalan di trotoar yang sepi
Baca selengkapnya

33| Hancurnya Sebuah Kepercayaan

“Mengurungku?”Eryk hampir tak percaya dengan apa yang disampaikan oleh gagak itu. Karena penasaran, dia menekan lebih kuat gagang pintu untuk memastikan. Kulit Eryk merinding.Setelah kelelahan dan kesal, eryk menengok ke belakang ke arah Black. Burung gagak itu mengangkat paru seakan berkata, “Aku bilang juga apa?”Eryk menempelkan telinga ke pintu. Suara berisik dari TV membuatnya sulit mendengar suara di luar.“... untuk kebaikan kita semua...,” ujar Tuan Jarvis. Suara pria itu timbul tenggelam dan hanya terdengar sepotong-sepotong.Akan tetapi, suara Alland terdengar lebih kencang. “Tapi, Eryk tak ada kaitannya dengan itu! Aku bersumpah!”Nyonya Jarvis memotong, “Kau masih kanak-kanak, Alland. Kau tak mengerti dengan apa yang terjadi. Saat semuanya sudah jelas, kau akan berterima kasih kepada kami.”“Kumohon, Dad, jangan!”“Kali ini saja, Alland.
Baca selengkapnya

34| Penyusup di Sarang

“Tenanglah... jangan bereaksi terlalu berlebihan. Aku bisa memaklumi, sih. Kamu sudah terlalu lama jarang berinteraksi dengan manusia di luar sarangmu.” Eryk semakin kesal. “Kau masuk ke rumahku bahkan tanpa izin!” Pemuda itu berteriak lantang sambil mengancam dan menodongkan belati. “White yang mengizinkanku datang ke sini. Dan sudah lama juga aku mengawasimu. Pasti kau mengingatku, kan? Namaku Barbro.” “Aku tidak peduli siapa namamu. Pergilah dari sini sebelum aku membunuhmu!” Pria gelandangan itu menyeringai. “Sepertinya kau semakin mahir membunuh orang. Biasanya kau harus langsung membunuh tanpa perlu peringatan sebelumnya. Aku anggap kau pemuda yang baik, Pengendali Burung.” “Berhenti memanggilku begitu! Namaku Eryk.” “Betulkah?” Barbro tersenyum ganjil. “Tapi, engkau berbicara pada burung-burung, bukan? Tidak hanya pada burung hantu putihmu tetapi juga pada para gagak dan burung yang lain? Kumohon, Pengendali Burung... maksudku, Eryk. Banyak yang mesti kita diskusikan. Kau
Baca selengkapnya

35| Terkepung di Sarang

“Dad?” Alland berbisik lirih sambil menjaga dirinya agar tidak bergerak ketika Eryk mengancamnya dengan belati.“Eryk, turun!” Tuan jarvis sekali lagi memanggilnya dari bawah.Eryk merasa hatinya hancur. Berkali-kali dia merasa ditipu dan dikhianati oleh orang-orang yang dia percaya.“Kau mengarahkan ayahmu ke sini?”“Tidak!” kata Alland dengan penuh keyakinan. Wajahnya tampak pucat. “Tidak, aku tidak melakukan itu!”Eryk mendesis di samping Alland. Bocah laki-laki itu tingginya hampir mencapai dada Eryk. Dan dia dapat dengan mudah melihat ekspresi Alland.“Sumpah, Eryk. Aku tak membawanya ke sini. Dia pasti mengikutiku diam-diam.”Sambil tetap mengancam Alland dengan belati, Eryk mengintip keluar sarang. Hatinya terpuruk saat itu juga. Di bawah sana ada banyak polisi—setidaknya tiga dari mereka mengelilingi pohon bersama dengan Tuan Jarvis.“Aku melihat pemuda itu!” kata salah seorang polisi sambil menyentuh senjata di pinggangnya.“Jangan pakai itu!” ujar Tuan Jarvis dengan sengit.
Baca selengkapnya

36| Selamat Datang di Rumah Barbro

“Ayo, Eryk. Kita harus pergi dari sini. Sudah tak ada waktu lagi.”Eryk pun mengangguk mantap. Dia mengulurkan lengan dan White melompat dari dahan. Kali terakhir Eryk menggunakan kekuatan White ketika mereka melawan roh summon Alyssa di tempat pembuangan Rockwool.Eryk melihat White yang berada di lengannya. Burung hantu putih itu memasang ekspresi ganjil, kosong, dan nyaris seakan dia mengalami trans. Eryk memejamkan mata.“Datanglah padaku dan berikan kekuatanmu untukku.”Eryk mengepalkan tangannya yang terentang dan membayangkan kekuatan mengalir dari lengan ke sekujur tubuhnya. Dia membayangkan dirinya menyatu dengan tubuh White. Lalu burung hantu putih itu lenyap seolah-olah menjadi serpihan dan membungkus tubuh Eryk dengan serpihan cahaya putih tersebut.“Ini menakjubkan,” bisik Alland.“Kami akan naik!” terdengar suara Jarvis yang panik. “Kalau kamu nyakiti putraku....”Satu orang petugas polisi berhasil memanjat pohon dan hampir mencapai sarang.Eryk memusatkan perhatian pada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status