“Eryk!” teriak Alland.
Bocah laki-laki itu sempat melihat arah kepergian Eryk dan berusaha menyusulnya. Rentetan tembakan berhenti selagi Alland menyusul Eryk di sepanjang koridor.
Mereka melewati beberapa pintu sebelum tiba di serangkaian tangga yang mengarah ke bawah. Eryk melompati tiga anak tangga sekaligus dan Alland tergopoh-gopoh mengikutinya. Di dasar tangga, Eryk mendorong pintu toilet pria. Ada jendela setinggi kepala di atas wastafel.
“Eryk, berhenti!” teriak Alland. “Polisi ada di pihak kita!”
Sebelum membuka jendela, Eryk sempat menoleh kepada Alland.
“Tidak, Alland. Mereka bukan di pihak kita!” ujar Eryk.
Dengan kegesitan yang luar biasa Eryk memanjat samping wastafel. Dia membuka tuas jendela tapi kesulitan mendorongnya. Dia memutuskan menendang jendela itu hingga tuasnya patah.
“Eryk, kita bisa menjelaskan apa yang ba
“Kita pergi ke tempatku dan menghubungi Alyssa menggunakan ponsel Dad.”“Apa kau tidak punya ponsel sendiri?” Eryk mengerutkan keningnya. “Anak-anak zaman sekarang selalu difasilitasi dengan gadget.”Alland tampak kesal. “Tapi, tidak denganku! Lagi pula, akses dan penggunaan ponsel di kota ini sangat dibatasi. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki ponsel dan itu pun harus terdaftar. Bahkan tidak ada akses internet di sini.”“Astaga! Aku hampir lupa jika kota ini memang rumit sekali.” Eryk menggerutu.Eryk tersesat dalam pikirannya sendiri selagi mereka bergegas ke rumah Alland. Ketegangan dari pengejaran baru saja mereda. Perasaan Eryk jadi terbebani.“Kau tidak salah, kau tahu itu!” gumam Alland. Seakan-akan bocah itu bisa menebak apa yang Eryk pikirkan.Mereka berdua saling mengamati tanda-tanda kehadiran polisi selagi terburu-buru berjalan di trotoar yang sepi
“Mengurungku?”Eryk hampir tak percaya dengan apa yang disampaikan oleh gagak itu. Karena penasaran, dia menekan lebih kuat gagang pintu untuk memastikan. Kulit Eryk merinding.Setelah kelelahan dan kesal, eryk menengok ke belakang ke arah Black. Burung gagak itu mengangkat paru seakan berkata, “Aku bilang juga apa?”Eryk menempelkan telinga ke pintu. Suara berisik dari TV membuatnya sulit mendengar suara di luar.“... untuk kebaikan kita semua...,” ujar Tuan Jarvis. Suara pria itu timbul tenggelam dan hanya terdengar sepotong-sepotong.Akan tetapi, suara Alland terdengar lebih kencang. “Tapi, Eryk tak ada kaitannya dengan itu! Aku bersumpah!”Nyonya Jarvis memotong, “Kau masih kanak-kanak, Alland. Kau tak mengerti dengan apa yang terjadi. Saat semuanya sudah jelas, kau akan berterima kasih kepada kami.”“Kumohon, Dad, jangan!”“Kali ini saja, Alland.
“Tenanglah... jangan bereaksi terlalu berlebihan. Aku bisa memaklumi, sih. Kamu sudah terlalu lama jarang berinteraksi dengan manusia di luar sarangmu.” Eryk semakin kesal. “Kau masuk ke rumahku bahkan tanpa izin!” Pemuda itu berteriak lantang sambil mengancam dan menodongkan belati. “White yang mengizinkanku datang ke sini. Dan sudah lama juga aku mengawasimu. Pasti kau mengingatku, kan? Namaku Barbro.” “Aku tidak peduli siapa namamu. Pergilah dari sini sebelum aku membunuhmu!” Pria gelandangan itu menyeringai. “Sepertinya kau semakin mahir membunuh orang. Biasanya kau harus langsung membunuh tanpa perlu peringatan sebelumnya. Aku anggap kau pemuda yang baik, Pengendali Burung.” “Berhenti memanggilku begitu! Namaku Eryk.” “Betulkah?” Barbro tersenyum ganjil. “Tapi, engkau berbicara pada burung-burung, bukan? Tidak hanya pada burung hantu putihmu tetapi juga pada para gagak dan burung yang lain? Kumohon, Pengendali Burung... maksudku, Eryk. Banyak yang mesti kita diskusikan. Kau
“Dad?” Alland berbisik lirih sambil menjaga dirinya agar tidak bergerak ketika Eryk mengancamnya dengan belati.“Eryk, turun!” Tuan jarvis sekali lagi memanggilnya dari bawah.Eryk merasa hatinya hancur. Berkali-kali dia merasa ditipu dan dikhianati oleh orang-orang yang dia percaya.“Kau mengarahkan ayahmu ke sini?”“Tidak!” kata Alland dengan penuh keyakinan. Wajahnya tampak pucat. “Tidak, aku tidak melakukan itu!”Eryk mendesis di samping Alland. Bocah laki-laki itu tingginya hampir mencapai dada Eryk. Dan dia dapat dengan mudah melihat ekspresi Alland.“Sumpah, Eryk. Aku tak membawanya ke sini. Dia pasti mengikutiku diam-diam.”Sambil tetap mengancam Alland dengan belati, Eryk mengintip keluar sarang. Hatinya terpuruk saat itu juga. Di bawah sana ada banyak polisi—setidaknya tiga dari mereka mengelilingi pohon bersama dengan Tuan Jarvis.“Aku melihat pemuda itu!” kata salah seorang polisi sambil menyentuh senjata di pinggangnya.“Jangan pakai itu!” ujar Tuan Jarvis dengan sengit.
“Ayo, Eryk. Kita harus pergi dari sini. Sudah tak ada waktu lagi.”Eryk pun mengangguk mantap. Dia mengulurkan lengan dan White melompat dari dahan. Kali terakhir Eryk menggunakan kekuatan White ketika mereka melawan roh summon Alyssa di tempat pembuangan Rockwool.Eryk melihat White yang berada di lengannya. Burung hantu putih itu memasang ekspresi ganjil, kosong, dan nyaris seakan dia mengalami trans. Eryk memejamkan mata.“Datanglah padaku dan berikan kekuatanmu untukku.”Eryk mengepalkan tangannya yang terentang dan membayangkan kekuatan mengalir dari lengan ke sekujur tubuhnya. Dia membayangkan dirinya menyatu dengan tubuh White. Lalu burung hantu putih itu lenyap seolah-olah menjadi serpihan dan membungkus tubuh Eryk dengan serpihan cahaya putih tersebut.“Ini menakjubkan,” bisik Alland.“Kami akan naik!” terdengar suara Jarvis yang panik. “Kalau kamu nyakiti putraku....”Satu orang petugas polisi berhasil memanjat pohon dan hampir mencapai sarang.Eryk memusatkan perhatian pada
Eryk dan juga Barbro sama-sama waspada. Mereka berdiri saling memunggungi sambil memperhatikan semak-semak yang bergerak di sekeliling gereja. Detik berikutnya, dari semak-semak muncul segerombolan pria. Eryk menghitung jumlah mereka tak kurang dari sepuluh orang. Tapi, Eryk merasakan keanehan dengan para pria tersebut.“Kau mengenal mereka, Barbro?” Eryk berbisik di belakang Barbro.“Manusia-manusia hijau ini?” Barbro mencebik dan terlihat tak suka dengan kemunculan mereka.White sendiri sudah bertengger di pundak Eryk. Mereka memperhatikan para pria hijau. Mereka mengenakan setelan berwarna hitam yang seragam. Tubuh Mereka terlihat proporsional dan berotot. Hanya saja kulit mereka berwarna hijau dan tidak seperti manusia pada umumnya.Kepala mereka juga botak. Bahkan sampai ke kulit kepalanya juga berwarna hijau dan terlihat sedikit ada tanduk yang tumbuh di sana. Mereka semua mengenakan kacamata hitam.“Mereka bukan manusia,” ujar White dengan tenang.“Maksudmu mereka adalah para r
Tanpa sadar, Eryk menatap patung dewi bersayap itu cukup lama. Dia seolah-olah mendengar patung itu menyebut dan memanggil namanya. Eryk sudah berbalik dan mencoba mendekati patung itu ketika White tiba-tiba mengadang dan menabrak kepala Eryk.“Ada apa denganmu?” tanya White dengan datar.Eryk tersentak kaget. Sesaat dia tidak menyadari jika sedang melamun. Dia mengusap wajah dan menggeleng dengan keras.“Aku tidak apa-apa,” ujarnya. “Aku hanya sedikit kurang fokus.”“Kau terlalu banyak berkhayal, Anak Muda!” ujar Duri. “Kau harus mulai mengendalikan imajinasimu yang liar itu.”Eryk merasa sangat malu. Dia menunduk dan mengatupkan rahangnya. Eryk terus berjalan mengikuti Alyssa tanpa banyak bicara.Mereka tiba di sebuah ruangan yang pintunya disepuh dengan warna emas. Alyssa menautkan kedua tangannya di balik punggung dan berdiri dengan tenang di depan pintu itu. Duri berdiri di samping Alyssa dengan senyum lebar.Dua roh summon manusia hijau membukakan pintu untuk mereka.Eryk meliha
Evan Harris berbicara dengan tenang. “Kau beruntung bertemu denganku, Eryk. Mungkin ini suatu takdir. Menjadi seorang penjaga atau menjadi seorang perusak? Setiap summoner pada akhirnya harus memilih antara cahaya atau kegelapan, kebaikan atau kejahatan, dan mereka harus mengambil jalan yang tepat.”Evan meraih gelas anggurnya dan memutar-mutar cairan merah di dalamnya.“Menjaga atau memusnahkan?” Tiba-tiba Evan menatap tajam pada Eryk. “Wayland, kau akan memilih yang mana?”Eryk tiba-tiba tertegun. Dia tidak mengira akan mendapat pertanyaan yang seperti ini. Kedatangan dia tidak lain untuk mencari tahu tentang simbol ular melingkar, para summoner yang kabur dari penjara Rockwool, dan sosok misterius yang mengejar-ngejarnya.“Kau tak harus memilih antara hitam dan putih,” tutur Black dengan suara serak dan berisiknya.“Ya, bahkan ada banyak pilihan di luar sana yang bisa kau ambil. Kau bebas menjadi dirimu sendiri dan hidup suka-suka seperti sekarang,” lanjut White.“Bagaimanapun, ter
Kota Rockwool berada dalam kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang miskin yang telah lama terkurung di balik dinding batu raksasa mulai memberontak. Mereka berbaris dengan obor dan alat-alat seadanya, meneriakkan tuntutan kebebasan dan keadilan. Di sisi lain, kaum kaya yang tinggal di bagian kota yang lebih baik mulai panik, ketakutan bahwa pemberontakan ini akan menghancurkan kenyamanan mereka.Eryk berdiri di atas menara utama Kota Rockwool, memandang ke bawah pada kerumunan yang kacau. Di sisinya, Ravenclaw berdiri dengan ekspresi serius.“Eryk, kita tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Jika tembok ini tidak dihancurkan, mereka akan saling membunuh,” kata Ravenclaw.Eryk mengangguk perlahan. “Aku tahu. Tembok ini adalah simbol ketidakadilan yang telah memisahkan manusia dan summoner selama puluhan tahun. Jika kita ingin menciptakan dunia yang baru, tembok ini harus runtuh.”Namun, sebelum Eryk bisa memutuskan langkah berikutnya, Joshua Wayland muncul di tem
Setelah berbulan-bulan menyusun strategi dan menaiki tangga kekuasaan di Kota Black Lake, Eryk akhirnya mencapai puncak keberhasilannya. Wayland Corp yang sempat runtuh kini kembali berdiri megah di bawah kepemimpinannya. Dengan pengaruh dan kekayaan yang ia kumpulkan, Eryk mendapatkan undangan eksklusif untuk menghadiri pertemuan rahasia para summoner penghancur di sebuah benteng tersembunyi di luar kota. Namun, ia tidak menyangka bahwa pertemuan itu akan mengungkap kebenaran yang mengejutkan tentang keluarganya.Di ruang besar yang diterangi cahaya lilin, Eryk berdiri dengan tenang meski jantungnya berdegup kencang. Di hadapannya, seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam dan aura yang menekan duduk di singgasana. Pria itu, yang dikenal sebagai pemimpin tertinggi para summoner penghancur, adalah Joshua Wayland, ayah Eryk sendiri.“Kau akhirnya sampai di sini, Eryk,” kata Joshua dengan suara rendah namun penuh wibawa. “Aku telah menantikan saat ini.”Eryk menatap ayahnya dengan ma
Eryk Wayland berdiri di bawah pohon ek tua. Di bahunya bertengger seekor burung hantu dengan bulu putih. Lyra bukan burung biasa; ia adalah roh summon pertama Eryk, hasil dari bakat summoning yang diwarisi dari keluarganya. Namun, kekuatan Eryk masih jauh dari sempurna. Sejak kematian keluarganya yang tragis, dia bertekad untuk menjadi summoner yang kuat demi membalaskan dendam mereka.Eryk telah mencoba segala cara untuk meningkatkan kekuatannya, tetapi usahanya selalu menemui jalan buntu. Suatu hari, dia mendapatkan kabar dari seorang pedagang keliling tentang seorang summoner legendaris yang dikenal sebagai Ravenclaw. Summoner ini memiliki kemampuan luar biasa dalam mengendalikan roh burung, tetapi dia telah dipenjara di Kota Rockwool karena dianggap terlalu berbahaya.Kabar ini menjadi harapan terakhir bagi Eryk. Dia menyusun rencana yang gila dan penuh risiko: menyerahkan dirinya ke penjara summoner. Untuk itu, dia memalsukan tuduhan bahwa dia telah membunuh pamannya, seorang pria
Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang
“Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K
“Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu
Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m
Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k
“Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru