Semua Bab Pengendali Arwah Terakhir: Bab 11 - Bab 20

118 Bab

11| Kontrak dengan Roh Summon

Eryk terseret masuk ke dalam sebuah lubang bercahaya yang menyerupai portal waktu. Eryk tidak tahu harus menyebut lubang cahaya itu dengan nama atau istilah apa. Eryk jatuh berdebum dengan sangat menyakitkan. Dia tidak siap dengan perubahan situasi dan tempat yang tiba-tiba. Saat sadar, dia sudah berpindah tempat dan kini berada di tengah-tengah lautan limbah elektronik dan mobil bekas.Eryk tidak tahu jika tempat pembuangan akhir Rockwool juga ada area khusus untuk penampungan limbah elektronik dan mobil-mobil bekas. Baru kali ini Eryk tahu tempat itu. Dia melihat gunungan sampah rumah tangga ada di sisi terjauh dari tempatnya berada. Sehingga Eryk yakin jika dia sudah kembali ke Rockwool.“Aw!” Lengannya tergores saat jatuh di atas tumpukan besi-besi tua dan berkarat.Gagak yang sama juga masih mengikuti Eryk. Dia bertengger pada tumpukan limbah mesin cuci beragam ukuran dan jenis.Eryk kesal melihat gagak itu. Dia segera melompat untuk menangkapnya saat sang gagak lengah. Tapi, bur
Baca selengkapnya

12| Roh Summon dan Summoner yang Terhubung

Saat terlempar, White berubah kembali ke dalam wujud seekor burung hantu putih. Tubuhnya berguling-guling di permukaan tanah yang keras. Eryk juga terlempar cukup jauh. Punggungnya bahkan sempat membentur beberapa rongsokan elektronik.Sang monster yang terbuat dari ban-ban bekas dan monster yang terbuat dari elektronik bekas datang dengan cepat dari dua arah yang berbeda. Mereka sama-sama menargetkan White dan juga Eryk.Di puncak gunungan bangkai mobil bekas, Alyssa berdiri dengan senyum menyebalkan. DURI duduk di bahu Alyssa dengan wajah tegang. Kedua tangan Alyssa bergerak cepat. Bersama-sama dengan Duri, dia menggerakkan kedua monster buatannya hanya dengan menggunakan gerakan tangan.Sang monster berlari dengan cepat mendekat ke arah Eryk. Kakinya yang terbuat dari kumpulan beberapa ban truk bekas yang sangat besar dan berat terangkat dan siap menginjak tubuh Eryk.Di sisi lain, monster yang terbuat dari elektronik bekas mengayunkan tinju untuk menghantam White yang terkapar. Sa
Baca selengkapnya

13| Lulus Ujian

Eryk tersadar dari lamunannya. Dia sudah bergerak dan berpindah tempat dengan cepat untuk mengadang White yang akan menyerang Alyssa menggunakan sepasang cakarnya yang mencuat tajam.White bersuara keras dan menatap Eryk dengan sepasang mata dinginnya.“Apa yang kau lakukan, Eryk? Kenapa kau menghalangiku dari membunuh gadis ular ini? Dia sudah mencelakai dan membahayakan kita.”Eryk menyilangkan kedua cakarnya di depan dada untuk menghalau serangan White pada Alyssa. Otot-ototnya menegang menahan serangan dari sang roh summon burung hantu putih.“Aku mengikat perjanjian denganmu bukan untuk menjadi pembunuh. Alyssa mungkin memang menyerang dan mencelakai kita, tapi kita berhasil membuktikan bahwa kita bisa bertahan. Itu sudah cukup.”White melepaskan serangannya dan kembali ke wujudnya sebagai seekor burung hantu putih. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas kulkas bekas yang penyok.“Sepertinya aku telah salah memilihmu sebagai summoner.” White menggerutu kesal. “Kau terlalu b
Baca selengkapnya

14| Sirine Penjara

Eryk berdiri dengan kedua tangan terselip di saku celana. Tubuhnya yang jangkung terlihat menjulang di dalam kegelapan dan di atas tembok taman. Sang gagak terbang melingkar-lingkar tinggi di atas kepala lalu dia berteriak pada Eryk.“Kupikir kita akan mencari makan?”“Nanti!” balas Eryk dengan dingin.Pemuda itu berhenti di seberang penjara. Pohon beech tua membentang sampai ke tembok. Eryk nyaris tersembunyi di antara dedaunannya yang lebat.“Kenapa kau ke sini? Kau hanya membuang-buang waktu, Wayland! Lebih baik kita segera mencari makan. Kau sudah menjanjikan makan malam yang lezat untukku!” teriak sang gagak dengan kesal.Eryk sebelumnya mendengar suara-suara aneh dari menara penjara. Kini tatapannya beralih pada sebuah rumah yang berdiri di seberang penjara tersebut.Eryk terus menatap rumah besar yang dibangun berada di bawah bayang-bayang penjara. Sejak tinggal di taman terbengkalai, pada malam-malam ketika dia tidak bisa tidur, Eryk sering termenung di atas pagar dan memandan
Baca selengkapnya

15| Kegaduhan di Penjara Rockwool

Eryk mengendap-ngendap di sepanjang puncak tembok sambil terus mengikuti langkah pria bersetelan rapi di bawah sana.“Ini menggelikan,” ujar sang burung gagak. “Kau akan menempatkan kita semua dalam masalah lagi, seperti sebelum-sebelumnya.”Sedangkan White masih membisu, meski kepakan sayapnya terus mengikuti langkah Eryk dalam diam.Eryk mengabaikan gerutuhan sang gagak hitam. Mereka sudah mencapai ujung tembok dan lelaki bersetelan rapih itu berbelok ke kanan ke arah gerbang penjara. Untuk sesaat, Eryk panik. Dia tak bisa terus mengikuti pria itu tanpa terlihat. Tapi kemudian dia teringat sesuatu.Eryk melompat turun dari tembok dan berlari melintasi jalan yang gelap dan sepi. Pada saat itulah, White mulai penasaran dan ingin tahu apa rencana Eryk selanjutnya. Burung hantu itu mengepakkan sayap lebih kuat dan menyusul Eryk.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya White ketika terbang di atas kepala Eryk.“Akhirnya kau penasaran juga? Kupikir kau benar-benar tidak akan mau berbicara lagi
Baca selengkapnya

16| Tato Ular Melingkar

Perhatian Eryk kembali teralihkan pada gang gelap di bawah sana. Lelaki yang baru muncul dari dalam lubang inspeksi saluran air bawah tanah kini mendongak. Seketika rasa ngeri menyangkut di tenggorokan Eryk.“Ada yang salah dengan mulut orang itu,” ujar Eryk pada White dan juga si gagak yang bertengger di langkan. “Perhatikan mulutnya. Jika saja brewok di wajahnya dibersihkan, pasti akan terlihat jelas kalau mulutnya terlalu lebar. Seakan-akan pipinya terbelah dalam cengiran yang mengerikan.”Tatapan Eryk sangat tajam. Meskipun gang itu dalam keadaan remang-remang, dia bisa melihat semuanya dengan sangat jelas. Eryk sendiri baru menyadari ketajaman penglihatannya pada jarak jauh di malam hari seiring dengan kemampuannya mengerti bahasa burung.“Ya, dia lebih menyerupai Joker dalam versi brewok!” Sang gagak berusaha melucu, tapi suaranya terdengar sangat serak dan berisik.Sedetak jantung kemudian, Eryk tersadar bahwa itu adalah tato. Apa yang diguraukan oleh sang gagak tidak sepenuhny
Baca selengkapnya

17| Menghadapi Snake Eyes

Perut Eryk terasa seperti diaduk-aduk karena melihat pemandangan yang menakutkan itu. Rasa traumanya masih tersisa. Meski kini dia sudah memiliki kekuatan untuk mengendalikan roh summon, tapi turun langsung ke sana dan bersikap seolah-olah dia sebagai pahlawan adalah hal yang selalu Eryk hindari.Eryk masih terpaku dari tempatnya berada di atap. Turun ke bawah terasa jauh sekali. Dia pikir bisa sampai di bawah sana dengan beberapa lompatan, tapi setelah itu apa? Dia menelan ludah dan melangkahkan kaki melewati langkan.“Itu bukan urusanku!” gumam Eryk.“Ya, itu memang bukan urusanmu, Wayland. Sudah kukatakan sejak awal, sebaiknya kita pergi dari sini. Kau malah terus mengikuti pria itu. Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?” protes White.Ketika pertanyaan White meluncur masuk ke dalam kesadaran Eryk, pemuda itu kembali memfokuskan pikiran.“Kau benar, White. Tujuanku mengikuti Kepala Penjara Jarvis tidak lain hanya karena rasa penasaran. Dan entah ini suatu kebetulan atau bukan, aku
Baca selengkapnya

18| Singkirkan Setiap Saksi

Eryk melirik sedikit ke arah pria yang berhasil mencengkeram pergelangan kakinya. Pria itu mengenakan seragam polisi. Rekannya yang lain yang berlari di belakangnya menyorotkan senter ke arah Eryk.Eryk menendangkan sebelah kakinya pada tangan sang polisi sampai cengkeramannya terlepas. Lalu, dia melompat ke jalinan besi yang membatasinya dengan halaman belakang bekas pabrik kaleng.Eryk melentingkan kaki melewati puncak pagar. Dia mendarat di sisi lain. Ketika menengok ke belakang, Eryk melihat selusin petugas polisi mendekatinya bersama tiga atau empat anjing. Alland dan ayahnya juga ada di sana.Eryk meluncur menuruni undakan tanah tepat di depan pagar dan menghilang dari pandangan.“Tunggu!” teriak Kepala Penjara.“Enak saja!” pikir Eryk.Pemuda itu berlari dan tidak berhenti. Dia mengambil jalan memutar dan kembali ke arah taman lagi. Eryk sengaja memilih jalur terjauh untuk mengecoh mereka dan agar tidak mengikutinya.Eryk mengintip ke masing-masing ujung jalan. Dia harus memast
Baca selengkapnya

19| Tamu yang Tak Diundang

Mungkin bocah laki-laki itu tak menyadari. Tapi, tangan Eryk gemetar memegangi belatinya.Di sisi lain, White terus mendesak Eryk untuk menyingkirkan bocah itu. Tak peduli cara apa pun yang harus Eryk tempuh. White tidak suka jika sampai tempat persembunyian mereka terbongkar hanya karena ulah bocor laki-laki iseng berusia tujuh tahun.“Tidak!” jawab Eryk atas pertanyaan dan permintaan Alland untuk singgah di sarangnya. “Tinggalkan aku sendiri!”Wajah Alland tampak kecewa.“Baiklah... baiklah...,” katanya. “Santai saja. Aku tak akan memaksa. Beri aku waktu sebentar untuk beristirahat. Oke? Setelah itu aku akan pergi.”Eryk terus memperhatikan bocah itu dengan curiga.Alland tiba-tiba melepas ransel di punggungnya dan mulai membuka resleting. Gerakan tangan Alland membuat Eryk waspada. Secara refleks, dia kembali mengacungkan belatinya ke arah Alland.“Hei, jangan seperti itu!” Alland kaget. “Aku akan segera pergi. Kau tak perlu mengancamku. Kau bisa melukaiku dengan itu!”Alland pun m
Baca selengkapnya

20| Permintaan Rahasia

“Hei, ini aku!”Eryk sedikit kaget dan hampir saja melompat turun dari sarang. Ketika burung-burung merpati terbang berhamburan, Eryk mengira ada manusia yang datang ke sana menyusul kemunculan Alland. Rupanya, itu hanyalah si burung gagak yang semalam ikut membantunya dan White menolong Kepala Penjara Jarvis.“Haruskah kau datang dengan membuat keributan seperti itu, Black?” Eryk tampak kesal.“Aku benci pada merpati-merpati itu,” keluh sang gagak. “Mereka selalu bergerombol dan merebut makananku. Aku hanya ingin sedikit menakut-nakuti mereka.”Tiba-tiba, Eryk dan Black terdiam. Mereka bersama-sama melirik ke arah Alland. Betapa terkejutnya Black ketika dia terlambat menyadari bahwa ada manusia lain di dalam sarang Eryk.“Wayland, siapa manusia kecil ini?” Black menjadi waspada. “Aku pikir kau tak suka berhubungan dengan manusia lain?”Eryk tak menjawab.“Seperti itukah caramu berbicara dengan para burung?” tanya Alland dengan antusias. “Apakah burung gagak itu mengerti ucapanmu? Itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status